Nasional

Gus Kikin Ungkap Perjalanan Awal hingga Terbitnya Buku 'Hadratusyekh KH M Hasyim Asy'ari: Pemersatu Umat Islam Indonesia'

Selasa, 7 Januari 2025 | 09:15 WIB

Gus Kikin Ungkap Perjalanan Awal hingga Terbitnya Buku 'Hadratusyekh KH M Hasyim Asy'ari: Pemersatu Umat Islam Indonesia'

KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin), saat memberikan penjelasan mengenai Buku Hadratusyekh KH M Hasyim Asy'ari Pemersatu Umat Islam Indonesia. (Foto: NU Online Jabar/Ss Yt NU Jabar Channel).

Kota Bandung, NU Online Jabar
Mengawali kegiatan bedah buku Hadratusyekh KH M Hasyim Asy'ari Pemersatu Umat Islam Indonesia yang digelar oleh Pimpinan Pusat (PP) Muslimat NU bersama Muslimat NU Jawa Barat di Golden Flower Hotel pada Ahad (5/1/2025) lalu, penulis yang juga merupakan Ketua PWNU Jawa Timur KH Abdul Hakim Mahfudz menjelaskan perjalanan awal hingga terbitnya buku tersebut.


"Buku ini berawal dari seseorang yang menyusun thesis di UIN Jakarta , Ashari El Bahri kemudian dibukukan diberikan kepada saya, yang kebetulan sedang membaca tulisan Hadratusyekh yg menceritakan kondisi umat islam di thn 1912 banyak faham baru masuk ke Indonesia," jelasnya.


Kiai yang akrab disapa Gus Kikin tersebut mengatakan, tahun 1887 Hadratusyekh ke Mekah dan berikrar bersama enam sahabatnya untuk memerdekakan negaranya masing-masing setelah Syekh Nawawi gurunya wafat yang sudah memberikan perlawanan kepada Belanda, pada 1889 Hadratusyekh mendirikan pesantren Tebuireng yang lokasinya 300 meter dari pabrik gula yang merupakan tempat kemaksiatan sehingga banyak ditentang.


Pada saat islam Ahlussunah wal jamaah tahun 1921 mengalami kesulitan tidak punya organisasi, tidak ada pemersatu, Hadratusyekh menuliskan risalah untuk pengikutnya yang menggarisbawahi prinsip-prinsip penting dalam. 


Ajaran islam yang mendorong persatuan dan pemahaman yang benar mengenai akidah, yang selanjutnya menjadi organisasi Nahdatul Ulama, kemudian organisasi 2 lain bergabung, persatuan yang menggapai Ridho Allah SWT ini menurunkan anugrah kemerdekaan.


"Banyak hal yang bisa kita pikir kan mengenai perjalanan Hadratusyekh dari 1900-1946 banyak kejadian tapi mampu diatasi dengan solusi dan langkah para ulama yang mana sekarang tergabung dalam Nahdatul Ulama," tuturnya.
 
Sementara itu, narasumber bedah buku Prof Sururin menyebutkan ada enam tujuan dari bedah buku ini, yaitu:


Pertama, Hadratusyekh adalah pemimpin yg kharismatik, patut menjadi teladan untuk kita semua.


Kedua, Ulama cendikiawan muslim yang aktivis, sebagai kiblat para kiyai dan kita juga mengembangkan konsep organisasi terhadap tradisi salatusholeh, sampai sudah mendirikan organisasi NU yang inklusif.


Ketiga, menguatkan humanis berbasis religi, beliau selalu tersenyum, berwajah cerah dengan karakter yang beradab.


Keempat, Menguatkan karakter patriotisme dalam menjaga keutuhan NKRI.


Kelima, Mengembangkan tradisi akademik para Nahdiyin.


Keenam, Meningkatkan kesadaran ukhuwah di dunia internasional untuk mendamaikan dunia. 


Selain itu, KH Faiz bin Fuad Hasyim selaku narasumber 2 memberikan masukan kepada Gus Kikin agar ada pembahasan mengenai perjalanan Hadratusyekh dalam memperjuangkan kemerdekaan. 


"Pemikiran beliau luar biasa, sejatinya beliau yang mengesahkan Pancasila, dimana pada tanggal 1 Juni 1945 para tokoh islam mengalami kebuntuan untuk merumuskan ideologi kehidupan dalam berbangsa," ungkapnya.


Menurutnya, Hadratusyekh menjadikan dasar konsensus kebangsaan sesuai dengan Rasulullah SAW yang sudah menerapkan keadilan berbangsa dan bernegara tidak menjadikan Al-Qur'an sebagai hukum negara, atau hadis sebagai undang-undang negara namun lebih memilih kesepakatan hidup dalam naungan hukum dan negara atau yang disebut Konsensus Kebangsaan. 


Kiai Faiz menilai, hal ini menjadi dasar  bagi para kiai dan Ulama, khususnya Hadratusyekh menerima NKRI dan Pancasila sebagai asas tinggal di kehidupan berbangsa dan bernegara.


"Pancasila menurut Ulama NU atas dasar pemikiran cerdas dari KH Hasyim Asy'ari, bahwa Pancasila, UUD 45, Bhinneka Tunggal ika adalah Syar'i. Cinta kepada Indonesia adalah ibadah bagi kita orang Nahdatul Ulama," tandasnya.


Sebagai informasi, kegiatan tersebut turut dihadiri oleh Ketua Umum PP Muslimat NU Hj Khofifah Indar Parawansa, Ketua Periodik sekaligus Ketua Panitia Kongres XVIII Muslimat NU Hj Siti Aniroh Ketua Muslimat NU Jawa Barat Hj R Ella M Girikomala, Sekretaris Muslimat NU Jawa Barat Hj Nani Muharomah, Ketua YKMNU Jabar, sejumlah ketua PC Muslimat NU antara lain Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, Kota Banten, Kota Lampung dan DKI Jakarta, Ketua Tanfiziah, PWNU Jabar KH Juhadi Muhamad, Mustasyar PCNU Kabupaten Bandung KH Deden, Ketua BKOW, perwakilan dari Persistri, Aisyiyah, Dinkes, BP3AKB,BKKBN,Biro Kesra,dan ratusan peserta yang termasuk dari kader Muslimat NU se-Jawa Barat. 


Sebelum kegiatan tersebut dimulai, ada sesi pembagian buku ini kepada beberapa yang diberikan secara langsung oleh Gus Kikin, yakni KH Juhadi Muhamad, KH Khoerudin Ali, H Mamam Iskandar, H Zaenal Arifin Sanusi, KH Deden, Sesmen PPPA, Muslimat NU Lampung, Muslimat NU Jabar, Muslimat NU DKI Jakarta, Muslimat NU Banten, Muslimat NU KBB, Muslimat NU Kabupaten Bandung, dan Muslimat NU kota Bandung.