• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 11 Mei 2024

Nasional

Bagi Hariyanto, Usia Senja Bukan Halangan Untuk Menghapal Al Qur'an

Bagi Hariyanto, Usia Senja Bukan Halangan Untuk Menghapal Al Qur'an
Ustadz Nur Rohim Alhafidz menerima setoran Hariyanto. (foto: Syamsul Badri Islamy)
Ustadz Nur Rohim Alhafidz menerima setoran Hariyanto. (foto: Syamsul Badri Islamy)

Kota Bekasi, NU Online Jabar
Usia Hariyanto sudah kepala enam. Tepatnya 66 tahun. Imam Masjid Al Ittihad Kayuringin Jaya, Bekasi Selatan, Kota Bekasi, itu adalah murid Ustadz Nur Rohim Abdullah, 50 tahun, guru tahfidz Pimpinan Cabang Jam’iyyatul Qurra wal Huffadz (JQH) NU Kota Bekasi. 

Hariyanto hanya satu di antara banyak penghafal Al-Qur’an yang ada di bawah naungan hafidz JQH NU Kota Bekasi. Ia rutin setoran kepada Ustadz Nur Rohim sejak sebelum program Sadesha diluncurkan, dan kian giat menghafal karena termotivasi para calon hafidz lainnya.

“Sudah menghafal Al-Qur’an selama 5 tahun, alhamdulillah sudah hafal 10 juz. Sekarang setoran seminggu sekali setengah juz. Insya Allah saya akan terus menghafal sampai tidak mampu lagi,” ujar Hariyanto, di Masjid Agung Al Barkah, Rabu, (16/12).

Pria yang tinggal di Jl. Tampu Mas 3 No 13 Kayuringin Jaya itu mengatakan bahwa dirinya menghafalkan Al-Qur’an di usia 60 tahun, sekitar 2015, dengan bekal ilmu tajwid yang minim. Meski sudah di usia senja, dan agak kesulitan menghafal Al-Qur’an, ia tak menyerah.

Hal itu diamini Ustadz Nur Rohim. Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al As’adiyah Rawalumbu itu menjelaskan bahwa belajar di masa tua ibarat mengukir di atas air, mudah tapi cepat lupa. Belajar di masa muda ibarat mengukir di atas batu; sulit tapi awet.

Ustadz Nur Rohim berpesan, penting bagi muslim untuk memiliki ilmu (‘aliman), kalau tidak bisa; menjadi penimba ilmu (muta’alliman), kalau tidak bisa; menjadi pendengar penjelasan orang berilmu (mustami’an), atau kalau tidak bisa; pecinta orang berilmu (muhibban).

Koordinator Sadesha Kota Bekasi Khaidir Rozi menambahkan, para hafidz JQH NU Kota Bekasi sudah disebar di 56 kelurahan. Mereka ditargetkan menerima setoran seminggu dua kali. Mereka juga diwajibkan mereport progres bulanan para calon hafidz sesuai RPP.

“Metodenya kalau dari JQH Jabar pakai Ilhamqu, tapi kalau masing-masing guru punya metode sendiri yang sekiranya lebih nyaman digunakan dipersilakan. Yang penting targetnya adalah di akhir periode Pak Gubernur ada hafidz baru di setiap desa di Jawa Barat,” jelasnya.

Pewarta: Syamsul Badri Islamy
Editor: Muhyiddin


Editor:

Nasional Terbaru