• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 2 Mei 2024

Kota Bandung

PWNU Jabar Siap Kawal KH Abdul Chalim Jadi Tokoh Pahlawan Nasional

PWNU Jabar Siap Kawal KH Abdul Chalim Jadi Tokoh Pahlawan Nasional
Ketua PWNU Jabar KH Juhadi Muhammad. (Tangkapan Layar Kabar Pergunu TV)
Ketua PWNU Jabar KH Juhadi Muhammad. (Tangkapan Layar Kabar Pergunu TV)

Bandung, NU Online Jabar
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat KH Juhadi Muhammad mendukung penuh usulan KH Abdul Chalim, Leuwimunding, Majalengka untuk dijadikan sebagai tokoh pahlawan nasional. 


Dukungan tersebut ia sampaikan secara terbuka dalam acara Seminar Nasional Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional KH Abdul Chalim Leuwimunding yang berlangsung di Islamic Center Jawa Timur pada Sabtu (29/4/2023). 


“Kami dari PWNU dan segenap keluarga besar Nahdlatul Ulama Jawa Barat akan memberikan dukungan sepenuhnya agar KH Abdul Chalim ini menjadi tokoh Pahlawan Nasional seperti Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari dan KH Wahab Chasbullah,” ujarnya. 


Ia juga meminta doa kepada para kiai dan sesepuh NU agar proses pengusulan ini berjalan dengan lancar. “Mudah-mudahan tahun ini (KH Abdul Chalim, red) bisa ditetapkan sebagai tokoh pahlawan nasional,” ucapnya. 


Turut hadir pada acara tersebut Gubernur Jawa Timur Khofifah Indah Parawansah, Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Prof. Dr. KH Asep Saefudin Chalim, Sekda Provinsi Jawa Timur Adi Karyono, para pengajar dari Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir, Dzurriyat KH Hasyim Asy’ari Tebuireng, dan Dzurriyat KH Wahab Chasbullah, Tambak Beras, Jombang dan para tamu undangan lainnya. 


Profil Singkat KH Abdul Chalim Leuwimunding


KH Abdul Chalim Leuwimunding dilahirkan pada Juni 1898 dari pasangan Mbah Kedung Wangsagama dan Nyai Santamah. Para buyutnya adalah tokoh-tokoh setempat, yaitu Buyut Kreteg, Buyut Liuh, dan Buyut Kedung Kertagam. Setelah itu, KH Abdul Chalim belajar mengaji di Pesantren Trajaya Majalengka, kemudian meneruskan ke Pesantren Kedungwuni, Majalengka, dan dilanjutkan di Pesantren Kempek, Cirebon.


Sebagaimana tokoh-tokoh di masanya yang berkelana sampai Makkah untuk menuntut ilmu, KH Abdul Chalim juga menempuh hal yang sama. Ini dilakukan ketika ia baru berusia 16 tahun, yaitu pada sekitar tahun 1914. Sebelumnya dua pamannya telah berada di sana, yaitu H. Ali dan H. Jen. Di Makkah ia bertemu dan berkawan baik dengan KH Abdul Wahab Hasbullah. 


Ia kemudian pulang ke tanah asalnya pada 1917, dan satu tahun kemudian ia mencari ilmu di pesantren yang ada di Jawa Timur. KH Abdul Chalim kemudian memutuskan berangkat ke Tebuireng, Jombang, yang saat itu diasuh oleh kiai yang sangat dihormati di seluruh Jawa dan Madura yaitu KH  Hasyim Asy'ari. 


Dengan demikian, sejak awal KH Abdul Chalim sudah memiliki jaringan dengan pendiri NU, baik dengan KH Abdul Wahab maupun KH Hasyim Asy'ari. Ia kemudian menjadi salah satu peserta diskusi-diskusi dalam perbincangan pendirian NU, dan salah seorang yang hadir dalam pendirian NU pada 31 Januari 1926 atau 16 Rajab 1344 H di Kertopaten, Surabaya. Ia sendiri kemudian mendapat kehormatan untuk menjabat sebagai Katib Tsani dalam kepengurusan NU awal itu. 


Selama berguru kepada KH Wahab Hasbullah, KH Abdul Chalim telah mendarmabhaktikan hidupnya demi perkembangan ilmu di kalangan para santri. Di mana Nahdlatul Wathan merupakan tempat yang sangat baik bagi KH Abdul Chalim dalam berguru dan menularkan kemampuan ilmiahnya.


Pendekatan ilmiah terhadap masyarakat dengan interaksi sosial keagamaan dalam Nahdlatul Wathan merupakan salah satu sumbangsih KH Abdul Chalim. Bagi KH Abdul Chalim pendekatan sosial kepada masyarakat untuk menerapkan kaidah-kaidah keilmuan syariat bagi kehidupan masyarakat menumpakan sebuah terobosan yang sangat urgen dalam menyebarkan konsep-konsep keislaman yang membumi.


KH Abdul Chalim juga memerintah dan mengembangkan NU di Jawa Barat, khususnya sekitar Majalengka, bersama kiai-kiai yang merintis NU di Jawa Barat, seperti KH Abbas dan keluarga Pesantren Buntet, KH Mas Abdurrahman dan masih banyak lagi yang lain. 


Sebagai pendiri NU, KH Abdul Chalim tidak memiliki pesantren, tetapi atas saran KH Wahab Hasbullah yang bertemu di Bandung pada 1954, kemudian Abdul Halim mendirikan pusat pendidikan. Baru pada tahu 1963 ia mendirikan dan mengembangkan Madrasah Ibtidaiyyah Nahdlatul Ulama (MI-NU) yang menjadi Madrsah Dinyah pertama di Majalengka. Pada perkembangan selanjutnya, pendidikan ini bertambah dengan Madrasah Tsanawiyah Leuwimunding di bawah payung Yayasan Sabilul Halim.


Pewarta: Agung Gumelar


Kota Bandung Terbaru