• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Kota Bandung

El Nino di Depan Mata, Ketua LPBINU Jabar Waspadai Ancaman Terhadap Dua Sektor Ini

El Nino di Depan Mata, Ketua LPBINU Jabar Waspadai Ancaman Terhadap Dua Sektor Ini
El Nino di Depan Mata, Ketua LPBINU Jabar Waspadai Ancaman Terhadap Dua Sektor Ini. (Ilustrasi/freepik)
El Nino di Depan Mata, Ketua LPBINU Jabar Waspadai Ancaman Terhadap Dua Sektor Ini. (Ilustrasi/freepik)

Bandung, NU Online Jabar
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan kondisi iklim secara umum di wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, (NTB) dan wilayah Sulawesi Selatan pada bulan April 2023 akan mengalami curah hujan di bawah normal. 


Sementara itu menurut Kepala Center for Climate Rusak and Opportunity Management di Asia Tenggara dan Pasifik (CCROM-SEAP) IPB menjelaskan, prakiraan hujan secara eksperimental bulan Januari hingga Maret dari BMKG dan CCROM-SEAP IPB relatif konsisten. 


Sementara itu menurut, prakiraan ENSO (El Nino and the Southern Oscillation) terjadinya El Nino dengan peluang di atas 50 Persen setelah bulan Juni. Ditinjau dari model secara statistik dan dinamik menunjukkan Indonesia akan mengalami EL Nino relatif tinggi. 


Menurut Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) Jawa Barat, Dadang Sudardja menjelaskan, EL Nino merupakan salah satu yang dapat memicu kekeringan saat musim kemarau. 


Menurutnya, kekeringan yang berkepanjangan disertai dengan meningkatnya suhu panas yang ekstrem dapat menimbulkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan yang luas terutama di wilayah Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. 


“Pertanian akan menjadi salah satu sektor yang akan mengalami dampak yang signifikan, di mana para petani akan mengalami gagal panen dan tidak akan bisa mengolah tanahnya karena tidak ada air,” ujarnya, Sabtu (29/4/2023). 


Sementara itu, hal yang sama juka akan terjadi di sektor kesehatan. Menurutnya, kekeringan yang mengakibatkan krisis air akan memperburuk sanitasi dan sudah dipastikan akan memperburuk derajat kesehatan. 


“Begitu pula keanekaragaman hayati akan mengalami gangguan, menurunnya pasokan mata rantai sumber pangan akan berdampak pada keberlanjutan kehidupan seluruh makhluk hidup,” ungkapnya.


Siapakah Pemerintah Indonesia?


Menurut uwa Dadang panggilan akrab Ketua LPBINU Jabar, mengatasnamakan, seharusnya Pemerintah Indonesia sudah siap menghadapi El Nino jika melihat dari pengalaman sebelumnya. 


Kondisi ini bukan hal baru menurutnya. Indonesia pernah mengalami 8 kali El Nino level lemah, kejadian, yaitu pada tahun 1951,1963, 1968, 1969, 1976,1977, 2004, dan 2006. Sedangkan pada level Moderate, Indonesia pernah mengalami yaitu, pada tahun 1986, 1987, 1994, dan pada tahun 2022. 


“Berkaca kepada peristiwa yang pernah terjadi berulang kali, seharusnya Pemerintah Indonesia harus jauh lebih siap, terutama dalam memberikan pendampingan kepada masyarakat untuk melakukan mitigasi supaya tidak berujung menjadi bencana,” pungkasnya. 


Pewarta: Agung Gumelar


Kota Bandung Terbaru