Kabupaten Bogor

Lailatul Ijtima, Jalan Sunyi MWCNU Bogor Utara dalam Penguatan Organisasi

Selasa, 29 Juli 2025 | 15:06 WIB

Lailatul Ijtima, Jalan Sunyi MWCNU Bogor Utara dalam Penguatan Organisasi

Lailatul Ijtima MWCNU Bogor Utara (Foto: Dok. Pribadi)

Bogor, NU Online Jabar
Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Bogor Utara kembali menggelar kegiatan rutin Lailatul Ijtima di Gedung MWCNU Bogor Utara, Senin (28/7/2025). Kegiatan ini menjadi wadah konsolidasi sekaligus penguatan kaderisasi di lingkungan Nahdlatul Ulama, khususnya di tingkat kecamatan.


Wakil Katib Syuriyah MWCNU Bogor Utara, Faridh Almuhayat Uhib H, menyampaikan bahwa Lailatul Ijtima bukan sekadar agenda rutin, tetapi merupakan forum sunyi yang justru memiliki peran penting dalam menjaga arah dan semangat perjuangan organisasi.


“NU mengadakan konsolidasi bukan di siang hari seperti kebanyakan organisasi, tetapi di malam hari. Inilah waktu yang tepat untuk merenung, menyelesaikan masalah umat, dan menyusun langkah strategis organisasi,” ungkapnya.


​​​​​​​Faridh menjelaskan bahwa Lailatul Ijtima menjadi ruang yang efektif untuk memperkuat ukhuwah insaniyah dan batiniyah di antara para kader. Ia menekankan pentingnya memahami baiat sebagai janji yang harus ditepati oleh para pengurus NU. Meskipun baiat tidak menggunakan sumpah secara eksplisit, namun secara hukum fiqih, pengingkaran terhadap amanah organisasi tetap memiliki konsekuensi.


“Dengan berbaiat, para pengurus NU telah menyatakan kesanggupan untuk menjalankan amanah. Jika mereka lalai atau mangkir, maka itu berarti telah ingkar terhadap janji, meskipun tidak sampai pada hukum haram,” jelasnya.


Lebih jauh, ia menambahkan bahwa Lailatul Ijtima juga menjadi sarana kaderisasi non-formal bagi warga NU. Banyak jamaah yang mengikuti forum ini meski belum pernah mengikuti pelatihan kaderisasi secara formal, namun mereka memahami dan menjalankan nilai-nilai NU dalam kehidupan masyarakat.


“Lailatul Ijtima dapat menjadi sarana untuk menjam’iyyahkan jamaah dan menjamaahkan jam’iyyah. Secara perlahan, warga dapat memahami NU secara utuh dan berproses dalam organisasi,” katanya.


​​​​​​​Faridh juga menyoroti peran strategis NU dalam menjaga keutuhan bangsa dari berbagai ancaman ideologi transnasional. Menurutnya, NU selalu hadir sebagai penyangga utama dalam meredam ekstremisme, baik dari sisi kiri maupun kanan, dan tetap teguh menjaga prinsip Aswaja An-Nahdliyah serta budaya nusantara.


“NU harus mampu bermetamorfosis menjadi organisasi yang modern dan kuat secara manajerial, tanpa meninggalkan akidah Aswaja. Jangan sampai terjebak pada arabisasi budaya, seperti kata Bung Karno: ‘Jika menjadi orang Islam, jangan menjadi orang Arab.’ Artinya, kita harus tetap menjadi Muslim sejati dengan identitas keislaman nusantara,” tegasnya.


Ia menutup sambutannya dengan apresiasi kepada para kader NU yang terus bergerak dalam kesunyian tanpa pamrih. Gerakan senyap para muharik NU inilah yang menjadi fondasi utama kekuatan organisasi.


“Terima kasih para muharik NU. Semoga Allah SWT memberikan imbalan dunia dan akhirat, dan mengumpulkan kita bersama para muassis NU yang ikhlas dalam perjuangan,” pungkasnya.