Gus Ulil Ungkap Keberhasilan Anti-Marketing Pesantren NU
Kamis, 4 Juli 2024 | 09:10 WIB
Fasfah Sofhal Jamil
Kontributor
Cirebon, NU Online Jabar
Mengacu data dari Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU), jumlah pondok pesantren di Indonesia saat ini telah mencapai sekitar 27 ribu unit. Tetapi, sebagian besar lembaga pendidikan tersebut justru berada di wilayah pelosok, bukan di tengah-tengah kota dengan posisi yang lebih strategis.Â
Demikian disampaikan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Ulil Abshar Abdalla, dalam malam puncak Peringatan Haul KH Salwa Yasin, KH Asror Hasan, dan KH Adnan Amin Asror, serta Haflah Imtihan Ke-45 di Pondok Pesantren Ketitang, Desa Japurabakti, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon pada Sabtu (29/6/2024).
"Kalau pakai pakem ilmu marketing, bikin pesantren di pelosok seperti ini kan tidak masuk akal? Mendirikan lembaga pendidikan itu kalau pengin laris ya harus di tempat strategis. Tetapi, para kiai justru memakai pola yang tampak melawan rumus marketing," kata Gus Ulil, sapaan akrabnya.
Strategi tersebut, lanjut Gus Ulil, juga bukan merupakan hal baru. Bahkan, dalam catatan sejarah peradaban Islam pun, para ulama besar terbiasa mendirikan pusat-pusat pendidikan yang strategis agar mudah diakses banyak orang.Â
"Kalau di negara-negara lain, tempat-tempat pendidikan seperti ini justru ada di kota besar, seperti di Kairo, Madinah, Makkah, Basrah, Kufah, Baghdad, dan di pusat-pusat peradaban lainnya. Tetapi di Indonesia ini agak lain, malah kebalikannya. Pesantren-pesantren yang mengajarkan ilmu-ilmu keislaman yang luar biasa dengan kitab-kitabnya yang ditulis oleh para ulama agung itu, itu didirikan di ibu kota, tetapi di kampung-kampung," ujarnya.Â
Menurut Gus Ulil, kecenderungan itu tidak hanya berlaku pada lembaga pendidikan, tetapi juga pada ketokohannya.
"Imam Al-Ghazali, yang kitabnya dibaca di seluruh pesantren di dunia, Ihya Ulumuddin, tinggal di kota. Imam Syafii, panutan kita, pendiri Mazhab Syafiiyah, Imam Ibnu Malik, pengarang kitab Alfiyah Ibnu Malik, Imam Fakhruddin Ar-Razi, Imam Jalaluddin As-Shuyuthi, pengarang Tafsir Jalalain, serta ribuan ulama besar lainnya kebanyakan hidup di kota besar," kata Gus Ulil.Â
"Tapi di Indonesia, termasuk di organisasinya, NU itu kantor pengurus besarnya memang ada di Jakarta, tetapi Rais 'Aam-nya selalu berada di kampung. Hadaratussyekh Hasyim Asy'ari istikamah mengajar Tebuireng, Mbah KH Wahab Chasbullah di Tambak Beras, Kiai Bisri Syansuri di Denanyar, Kiai Ali Maksum di Krapyak, agak kota memang, tapi ya tetap kampung, juga Kiai Ilyas Rukyat di Cipasung,serta KH Sahal Mahfudz juga di kampung," ungkap Gus Ulil.Â
Pondok Pesantren Tebuireng, lanjut Gus Ulil, didirikan pertama kali di tepi sungai, kawasan markas perampok dan para preman dekat Pabrik Gula Cukir.Â
"Ada lagi, tidak kalah unik, di Banyuwangi, di Blokagung, ada Namanya Pondok Pesantren Darussalam yang didirikan Kiai Syafaat pada 1950. Awalnya itu wilayah yang jauh dari pemukiman penduduk, di tengah sawah," katanya.Â
Namun, di balik itu semua, ternyata ada hikmah dan pelajaran luar biasa yang melebihi dari sekadar persoalan pemasaran. Buktinya, pesantren yang terakhir disebut justru kini memiliki lebih dari 15 ribu santri.Â
"Jadi hampir semua pondok pesantren NU itu didirikan dengan melawan ilmu marketing, tetapi justru laku. Karena marketingnya itu marketing Gusti Allah Swt, bukan marketing ala manusia," ungkapnya.
Manfaat lainnya, kata Gus Ulil, ialah wajah Islam di Indonesia yang tampak lebih menyerap, ramah, serta mudah diterima penduduk lokal.Â
"Kalau urusan meresapnya Islam ke penduduk lokal, justru lebih meresap di Indonesia ketimbang di negara-negara Arab. Mengapa? Karena kiai-kiainya mau tinggal di dusun-dusun serta mendirikan pesantren di pelosok kampung," jelas Gus Ulil.
Pewarta: Sofhal Adnan
Terpopuler
1
Barak Militer Vs Pesantren
2
Jejak Perjuangan KH Muhammad asal Garut: Dari Membangun Pesantren hingga Menjaga NU
3
Dialog Refleksi Harlah ke-70, IPPNU Tasikmalaya Tegaskan Peran Strategis Perempuan dalam Pendidikan dan Kepemimpinan
4
Pesantren Karangmangu Bertaraf Nasional, Cetak Puluhan Khatimin dari Berbagai Daerah
5
IPPNU Kota Banjar Kunjungi Dinas Sosial, Bahas Kasus Sosial dan Penguatan Ketahanan Keluarga
6
BPBD Jabar Siap Tangani Bencana Alam di Bandung Barat, Karawang, dan Bekasi
Terkini
Lihat Semua