• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 27 April 2024

Hikmah

Kolom Buya Husein

Shudur Al-Ahrar Qubur Al-Asrar (3) Kisah Kontemporer

Shudur Al-Ahrar Qubur Al-Asrar (3) Kisah Kontemporer
(Ilustrasi: NUO)
(Ilustrasi: NUO)

Oleh: KH Husein Muhammad
Pada era kontemporer, kekerasan yang dilakukan publik awam dengan tuduhan menentang atau merusak kesucian agama juga dialami oleh para pemikir muslim progresif, antara lain Ustaz Mahmûd Muhammad Tâha dari Sudan. Ia harus mengakhiri hidupnya di tiang gantungan dengan vonis pengadilan, gara-gara pikiran-pikiran pembaharuannya yang dianggap menghancurkan syariah. Ia menulis buku yang sangat kontroversial: Al-Risâlah al-Tsâniyah (Missi Kedua).

Thahir Al-Haddad adalah anak muda cerdas, kritis dan progresif dari Tunisia. Ia menulis karyanya yang monumental, “Imraatuna fi al-Syariah wa al-Mujtama’“. Buku ini menjadi kontroversial dan memicu kemarahan publik tradisional. Karena buku ini ia dituduh kafir. Ia dibuang dan dipenjara di Arab Saudi, dan meninggal di sana, tanggal 7 Desember 1935, pada usia yang masih muda, 36 tahun. Buku ini berisi tentang berbagai persoalan perempuan dan hukum keluarga. Di antara persoalan perempuan, yaitu tentang hijab atau cadar. Thahir al-Haddad juga menolak poligami.

Lalu Profesor Nasr Hâmid Abû Zaid dari Mesir. Ia divonis murtad dan diceraikan dari isterinya dengan keputusan pengadilan karena usahanya merekonstruksi metodologi keilmuan Islam konservatif dan kritiknya yang sangat tajam terhadap Imam al-Syâfiî. Buku-bukunya yang kontroversial antara lain: Al-Imâm al-Syâfiî wa Tasîs al-Ideologia al-Wasathiyah dan Mafhûm al-Nash. 

Saat saya di Leiden, Belanda saya bertemu dan berdialog dengan beliau tentang isu-isu Tabdi' (pembidahan) dan Takfir (pengkafiran) atau "Tahrir" (Hurriyah al Fikr/Kemerdekaan berfikir). 

Di Indonesia, ada sejumlah nama yang dicaci-maki, dituduh sesat atau murtad dan dihalalkan darahnya. Dulu ada disebut nama al Maghfur lah Gus Dur, lalu Ulil Abshar Abdalla dan belakangan Buya Syakur, serta yang lain-lain.

Bersambung

Sumber: FB Husein Muhammad


Hikmah Terbaru