• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 20 April 2024

Hikmah

Resep Imam Fakhruddin Ar-Razi Agar Gemar Menuntut Ilmu (Bagian 1)

Resep Imam Fakhruddin Ar-Razi Agar Gemar Menuntut Ilmu (Bagian 1)
Imam Fakhruddin Ar-Razi agar memberikan resep tentang bagaimana caranya agar gemar menuntut ilmu (Foto: NU Online)
Imam Fakhruddin Ar-Razi agar memberikan resep tentang bagaimana caranya agar gemar menuntut ilmu (Foto: NU Online)

Oleh Ustadz Hikmatul Luthfi 

Imam Fakhruddin Ar-Razi bernama lengkap Muhammad bin Umar bin al-Husain bin al-Hasan bin ‘Ali al-Imam Fakhruddin Ar-Razi al-Qurasyi al-Bakri. Termasuk dari keturunan Abu Bakr al-Shiddiq r.a., dia bermazhab Syafi'i, seorang mufassir, dan juga teolog. Ia dilahirkan di Kota Rayy tahun 544 H (1149 M), dan wafat di Kota Harrah tahun 606 H (1209 M). (Jalal-Din al-Suyuthi, h. 115-116; Taj al-Din al-Subki, h. 93)

Imam Fakhruddin Ar-Razi adalah sosok yang sangat alim, agung dan menguasai berbagai disiplin ilmu, ahli ilmu ushul, seorang mufassir, tokohnya orang-orang cerdas, juga tokohnya para filosof dan para pengarang kitab. (Syams al-Din al-Dzahabi, Juz 21, h. 500-591)

Tentang ilmu, Imam Fakhruddin Ar-Razi berpendapat bahwa mempelajari semua ilmu adalah salah satu kewajiban syariat. Oleh karena itulah, dia mencintai semua ilmu, dan menerima dengan tanpa membaginya, kecuali pembagian antara yang utama dan yang biasa. Semua ilmu dalam pandangannya itu tidak keluar dari keberadaannya sebagai hal yang wajib.

Dia sangat giat dan tekun dalam belajar, dalam pengembaraan keilmuannya dia belajar kepada sejumlah ulama terkemuka. Dia berharap agar tidak ketinggalan ilmu sedikit pun, dan sungguh harapannya telah menjadi kenyataan, pengetahuannya menjadi sangat luas, ilmunya berbagai macam bidang sampai hampir mencakup setiap ilmu dari ilmu-ilmu yang dikenal di masa itu.

Dia adalah pembesar ahli ushul, ahli fikih, ahli ilmu kalam, ahli tafsir, ahli filsafat, ahli kedokteran, dan dia pun menguasai bidang ilmu lainnya seperti hadits, tasawuf, ilmu bahasa, syair, matematika, ilmu pengetahuan alam,  ilmu falak, arsitektur, mantiq, sejarah, dan lain sebagainya. (Taha Jabir al-‘Ulwani, h. 84-101)

Imam Fakhruddin Ar-Razi mengungkapkan bahwa bagi orang beriman hendaklah memperhatikan enam perkara dalam dirinya sehingga dengan begitu dia akan gemar, suka, dan senang menuntut ilmu. Hal tersebut didedahkannya dalam karya tafsirnya yang terkenal yaitu Mafatih al-Ghaib atau al-Tafsir al-Kabir, atau disebut jugaTafsir al-Fakhr Ar-Razi. Berikut kutipannya:

اَلْمُؤْمِنُ لَا يَرْغَبُ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ حَتَّى يَرَى سِتَّ خِصَالٍ مِنْ نَفْسِهِ. أَحَدُهَا: أَنْ يَقُوْلَ إِنَّ اللهَ أَمَرَنِيْ بِأَدَاءِ الْفَرَائِضِ وَأَنَا لَا أَقْدِرُ عَلَى أَدَائِهَا إِلَّا بِالْعِلْمِ. اَلثَّانِيَةُ: أَنْ  يَقُوْلَ نَهَانِيْ عَنِ الْمَعَاصِي وَأَنَا لَا أَقْدِرُ عَلَى اجْتِنَابِهَا إِلَّا بِالْعِلْمِ. اَلثَّالِثَةُ. أَنَّهُ تَعَالى أَوْجَبَ عَلَى شُكْرِ نِعَمِهِ وَلاَ أَقْدِرُ عَلَيْهِ إِلَّا بِالْعِلْمِ. وَالرَّابِعَةُ: أَمَرَنِيْ بِإِنْصَافِ الْخَلْقِ وَأَنَا لَا أَقْددِرُ أَنْ أُنْصِفَهُمْ إِلَّا بِالْعِلْمِ. وَالْخَامِسَةُ: أَنَّ اللهَ أَمَرَنِيْ بِالصَّبْرِ عَلَى بَلَائِهِ وَلَا أَقْدِرُ عَلَييْهِ إِلَّا بِالْعِلْمِ وَالسَّادِسَةُ: إِنَّ اللهَ أَمَرَنِيْ بِالْعَدَاوَةِ مَعَ الشَّيْطَانِ وَلَا أَقْدِرُ عَلَيْهَا إِلَّا بِالْعِلْمِ. (تفسير الرازي: ج.2، ص. 200-201)

"Orang beriman itu tidak akan gemar dan suka menuntut, menimba, dan mencari ilmu sehingga dia melihat enam perkara dalam dirinya, yaitu hendaklah dia berkata:
1. “Allah memerintahkanku untuk menunaikan kewajiban sementara aku tidak akan mampu melaksanakannya kecuali dengan ilmu”
2. “Allah melarangku untuk berbuat maksiat dan keburukan, sementara aku tidak akan mampu menjauhinya kecuali dengan ilmu”
3. Allah mewajibkanku untuk bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya, sementara aku tidak akan mampu melakukannya kecuali dengan ilmu”
4. Allah memerintahkanku untuk berlaku adil terhadap makhluk, sementara aku tidak akan mampu adil terhadap mereka kecuali dengan ilmu”
5. Allah memerintahkanku untuk bersabar atas cobaan, sementara aku tidak akan mampu melaksanakannya kecuali dengan ilmu”
6. Allah memerintahkanku untuk bermusuhan dengan syetan, sementara aku tidak akan mampu demikian kecuali dengan ilmu” (Tafsir Ar-Razi, Juz. 2, h. 200-201).

Bersambung

Referensi:
Jalal-Din al-Suyuthi, Thabaqat al-Mufassirin, h. 115-116
Muhammad Ar-Razi Fakhr al-Din, Tafsir al-Fakhr Ar-Razi, Juz. 2, h. 200-201
Syams al-Din al-Dzahabi, Siyar A’lam al-Nubala, Juz. 21, h. 500-501
Taha Jabir al-‘Ulwani, Fakhr al-Din wa Mushannafatuh, h. 84-101
Taj al-Din al-Subki, Thabaqat al-Syafi’iyyah al-Kubra, Juz. 8, h. 93.

Penulis adalah Nahdliyin kelahiran Cibadak, Kabupaten Sukabumi
 


Hikmah Terbaru