• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Rabu, 1 Mei 2024

Hikmah

Perjalanan Ruh Menuju Alam Kubur dan Dua Keadaan Dijemputnya Kematian

Perjalanan Ruh Menuju Alam Kubur dan Dua Keadaan Dijemputnya Kematian
Perjalanan Ruh Menuju Alam Kubur dan Dua Keadaan Dijemputnya Kematian (Ilustrasi: AM/Freepik)
Perjalanan Ruh Menuju Alam Kubur dan Dua Keadaan Dijemputnya Kematian (Ilustrasi: AM/Freepik)

Fase kehidupan manusia setelah alam dunia yaitu alam kubur atau barzakh. Pada fase tersebut manusia akan merasakan dua kenikmatan, yaitu kenikmatan kebahagiaan dilihatkannya surga alam akhirat sebagai alam selanjutnya, dan kenikmatan pedihnya siksa kubur.    


Dalam banyak keterangan Rasulullah SAW menyebutkan nikmat dan siksa kubur. Keduanya merupakan ganjaran yang Allah berikan sebelum hari akhir tiba. Kebaikan dan kejahatan seseorang selama hidup di dunia cukup menentukan balasan apa yang akan diterimanya di alam barzakh.


Lalu bagaimana sesungguhnya perjalanan ruh mulai sejak menghadapi kematian sampai ditempatkan di liang lahat sehingga mendapatkan beragam nikmat kubur. Dalam kaitan ini, kita tidak bisa mengira-ngira dan meraba-raba kecuali melalui informasi yang didapat dari ayat Al-Quran dan penjelasan hadis shahih. 


Hadis tersebut antara lain yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud, Imam Ibnu Majah, an-Nasa’i, Imam Ahmad, dan yang lainnya. Dikomentari oleh al-Hakim, “Hadits ini memenuhi kriteria al-Bukhari dan Muslim.” Pendapat ini pun diakui oleh al-Dzahabi. (Lihat: Dr. Sulaiman al-Asyqar, Al-Qishash al-Ghaib fi Shahih al-Hadits al-Nabawi, [Oman: Daru al-Nafa’is], 2007, cet. pertama, hal. 224). Berikut adalah intisari kisahnya:  

 
Dalam riwayat itu diceritakan bahwa pada suatu hari, Baginda Nabi saw bersama para sahabat mengantar satu jenazah sahabat Anshar. Setibanya di pemakaman, karena proses penggalian liang lahat belum selesai, Rasulullah saw. akhirnya duduk di atas satu gundukan tanah sambil menghadap kiblat. Sementara para sahabat duduk di sekitarnya. Mereka tak berani bicara sepatah kata pun karena takut akan ada hal penting yang disampaikan Nabi saw kepada mereka.

 
Kemudian, Nabi saw mengorek-ngorek satu gundukan tanah. Lantas beliau menengadah ke langit dan kembali menunduk. Begitu beliau melakukannya hingga tiga kali. Tak lama berselang, beliau bersabda di hadapan para sahabat, “Kalian harus memohon perlindungan dari siksa kubur”. Kemudian beliau berdoa:

 
اَللَهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ 

 
Artinya, “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon perlindungan kepada-Mu dari siksa kubur,” (Hingga tiga kali).


Doa itu pula yang menjadi pembuka hadis panjang yang menggambarkan bagaimana keadaan seorang hamba sejak awal kematian hingga dimasukkan ke liang lahat, ditinggalkan oleh keluarga yang mengantarnya, serta menghadapi fitnah dan nikmat kubur.

 
Lantas apa saja yang terjadi kepada hamba ketika menghadapi sakaratul maut, kematian? Serta apa saja yang menimpanya setelah kematian?

 
Diungkap dalam hadis di atas bahwa keadaan manusia yang dijemput kematian ada dua keadaan: keadaan orang mukmin dan orang kafir. Mengapa dibedakan, sebab di antara keduanya terpaut keadaan yang jauh berbeda.


Kematian hamba mukmin
Diceritakan, hamba yang beriman, ketika akan meninggalkan alam dunia, ditemui rombongan malaikat langit. Lagi pula, malaikat yang menemuinya juga tampak dalam rupa yang terbaik dan berpakaian yang terbaik. Wajah mereka juga ceria, bercahaya, dan berseri-seri.

 
Di tangan mereka tampak kain kafan dan minyak wangi dari surga yang akan dipergunakan untuk membungkus dan membalur ruh si hamba mukmin tadi.

 
Karenanya, tak heran jika ada seorang hamba yang jasadnya semerbak wangi setelah meninggalnya. Itu menunjukkan bahwa hamba tersebut termasuk hamba mukmin yang ruhnya dimasukkan kain kafan yang sudah dibalur minyak wangi para malaikat tadi.

 
Kejadian wanginya jasad seorang hamba mukmin juga dialami langsung oleh Baginda Nabi saw ketika menjalani perjalanan Isra Mi’raj. Olehnya tercium satu aroma yang sangat wangi. Karena penasaran, beliau bertanya kepada malaikat Jibril. Dijawab oleh malaikat Jibril, itu adalah aroma wangi yang keluar dari kuburan Siti Masyithah, seorang perempuan yang merawat anak-anak Firaun. Dan demi mempertahankan akidah dan keimanannya kepada Allah, Masyithah rela dihukum oleh Firaun dengan cara dimasukkan ke dalam minyak panas bersama anak-anaknya hingga ajal menjemputnya.

Tampak terlihat mereka duduk sejauh pandangan mata. Bahkan, sebagian orang saleh bisa menceritakan kejadian yang disaksikannya itu, sementara orang-orang di sekitar mereka sama sekali tidak melihat apa-apa.  


Perjalanan malaikat langit turun ke hadapan hamba mukmin yang hendak dicabut nyawa, sebagian orang saleh bisa menyaksikannya dan menceritakan kejadian yang disaksikannya itu, sementara orang-orang di sekitar mereka sama sekali tidak melihat apa-apa.  Saat malaikat langit dan jibril pencabut nyawa duduk di dekat kepala orang yang hendak dicabut. Ia berkata kepada si hamba:

 
يا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ اِرْجِعِي إِلى رَبِّكِ راضِيَةً مَرْضِيَّةً

 
Artinya, “Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan rida dan diridai,” (Q.S. al-Fajr [89]: 27-28).

 
Begitu disampaikan seperti itu, ruh si hamba pun tak bisa menolak. Ia perlahan keluar dari jasad. Mengalir bagaikan air dari ceret. Kondisinya jernih dan bersih. Setelah itu, semua malaikat langit dan malaikat bumi pun mengiring kepergiannya. Pintu-pintu langit pun segera dibuka. Semua pintu berharap agar Allah menjadikan dirinya sebagai jalan lewat ruh si hamba.

 
Ketika ruh si hamba berhasil dikeluarkan malaikat maut, para malaikat yang hadir menyaksikan kematian tak membiarkan sekejap pun ruh tersebut. Mereka segera mengambil si ruh lalu menyimpannya di atas kain kafan yang sudah dilumuri minyak-minyak wangi dari surga.


Demikian sebagaimana yang telah digambarkan oleh Allah dalam Al-Quran:

 
إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لَا يُفَرِّطُونَ

 
Artinya, “Apabila kematian datang kepada salah seorang di antara kamu, malaikat-malaikat Kami mencabut nyawanya, dan mereka tidak melalaikan tugasnya,”  (Q.S. al-An‘am [6]: 61).      

 
Setelah ruh berpisah dari jasad, terciumlah aroma wangi hampir memenuhi seantero dunia. Namun hanya hamba yang dikehendaki yang dapat menciumnya. Rasulullah sendiri telah menggambarkan melalui salah satu sabdanya, “Aroma wangi yang keluar dari ruh hamba mukmin bagaikan aroma minyak kesturi yang paling wangi yang pernah ada di mika bumi”.

 
Setelah berhasil menggenggam ruh si hamba, para malaikat lantas bertolak ke langit paling atas. Di perjalanan, setiap kali bertemu dengan kumpulan malaikat, mereka ditanya tentang ruh yang tercium wangi yang mereka bawa tadi. Salah satu dari mereka menjawab, “Ini adalah ruh fulan bin fulan. Tak lupa mereka memanggil nama hamba tersebut dengan panggilan yang terbaik yang pernah terdengar di muka bumi.


Setiba di langit dunia, para malaikat pembawa ruh memohon izin kepada para malaikat penjaga langit dunia. Setelah diizinkan, mereka diiring oleh para malaikat langit dunia hingga ke langit berikutnya. Demikian seterusnya hingga sampai di langit ke tujuh. Setiba di langit ketujuh, Rabbul Izzati berfirman, “Tuliskan nama hamba-Ku ini pada illiyyin”, sebagaimana yang diungkap dalam Al-Quran:

 
وَمَا أَدْرَاكَ مَا عِلِّيُّونَ، كِتَابٌ مَرْقُومٌ، يَشْهَدُهُ الْمُقَرَّبُونَ 

 
Artinya, “Tahukah engkau apakah ‘Illiyyīn itu? (Itulah) kitab yang berisi catatan (amal)  yang disaksikan oleh (malaikat-malaikat) yang didekatkan (kepada Allah).,” (Q.S. al-Muthaffifîn [83]:  19-21).


Setelah dituliskan nama sang hamba dalam illiyyin, kemudian disampaikan kepada para malaikat, “Kembalikan lagi ruh hamba itu ke bumi. Sebab, Kami berjanji kepada manusia akan menciptakan, mengembalikan, dan membangkitkan mereka di bumi”.  Hal itu seperti yang tersurat dalam Al-Quran:

 
مِنْها خَلَقْناكُمْ وَفِيها نُعِيدُكُمْ وَمِنْها نُخْرِجُكُمْ تارَةً أُخْرى

 
Artinya, “Darinya (tanah) itulah Kami menciptakanmu, kepadanyalah Kami akan mengembalikanmu dan dari sanalah Kami akan mengeluarkanmu pada waktu yang lain,” (Q.S. Thoha [20]: 55).

 
Ruh pun dikembalikan ke bumi dan dimasukkan lagi ke dalam jasad. Sehingga ia bisa mendengar suara sandal saudara-saudara, kerabat, serta kolega yang mengantarkan dirinya yang bergegas pulang menuju rumah masing-masing.

 
Tak lama berselang, sang hamba didatangi dua malaikat yakni Munkar-Nakir yang suaranya keras, lantang, dan mengagetkan. Si hamba didudukkan lantas ditanya empat hal. Pertanyaan pertama tentang Tuhan yang disembahnya sewaktu di dunia. Pertanyaan kedua tentang agama yang dianutnya. Pertanyaan ketiga tentang nabi yang diikutinya. Pertanyaan keempat tentang qiblat yang jadi arah shalatnya. Dan pertanyaan kelima tentang pemimpin atau kitab yang diikutinya.

 
Semua pertanyaan menunjukkan fitnah kubur sekaligus fitnah terakhir yang dilalui seorang hamba mukmin. Pada saat itu, tiada artinya kecerdasan, tipu daya, dan kebohongan mulutnya. Seandainya, ada seorang kafir yang sejak di dunia menghapal jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tadi, maka tetap tidak ada gunanya. Sebab, yang akan menjawab adalah amal baiknya dan pertolongan Allah. Berkat keduanya, insya Allah ia akan bisa menjawab dengan teguh, sesuai dengan firman Allah dalam Al-Quran:

 
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَياةِ الدُّنْيا وَفِي الْآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ َما يَشاءُ

 
Artinya, “Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Allah menyesatkan orang-orang yang zalim, dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki,” (Q.S. Ibrahim [14]: 27).

 
Setelah itu, terdengar ada suara panggilan dari langit, “Hamba-Ku benar!  Maka dihamparkanlah satu taman dari surga untuknya. Beri pakaian dari surga. Buka satu pintu surga.” Maka datanglah kepadanya aroma wangi dari surga. Dan dilapangkanlah kuburannya sejauh mata memandang.

 
Hilang suara tadi, datang kepadanya satu sosok yang menyerupai laki-laki. Laki-laki itu sangat tampan dan menyenangkan. Pakaiannya sangat bagus dan menyampaikan kabar gembira kepada si hamba.

 
Ketika ditanyakan siapa laki-laki itu sebenarnya, maka diketahui bahwa ia adalah jelmaan dari amal saleh yang diperbuatnya semasa di dunia. Sementara keluarga dan anak-anaknya tak satu pun yang menemani. Yang tetap bersamanya adalah amal kebaikan dan kesalehannya.

 
Saking nikmat-nikmatnya si hamba di alam kubur, sampai-sampai ia memohon kepada Allah agar segera didirikan kiamat. Tujuannya agar dirinya segera menerima nikmat yang lebih besar di negeri yang sangat indah yakni surga Allah swt. sebagaimana yang telah dijanjikan-Nya. Disampaikan kepadanya, “Tenanglah, segala sesuatu juga ada waktunya. Ketika waktu itu datang, maka apa yang ditetapkan Allah akan terjadi, maka akan terjadi”.


Kematian hamba kafir
Semenatara itu, perjalanan ruh orang kafir sungguh jauh berbeda dengan orang mukmin atau beriman. Ia dihampiri malaikat langit dengan wajah yang bengis dan keras. Mereka membawa Masuh (kain yang tidak nyaman digunakan) dari neraka.


Para malaikat langit kemudian duduk didekat kepala hamba kafir yang hendak dicabut nyawanya, kedatangan malaikat langit disusul langsung oleh malaikat Jibril Dia memanggil, ‘Wahai jiwa yang busuk, keluarlah menuju murka Allah.’


Ruh seorang hamba kafir ketakutan, nyawanya dicabut dengan paksa sebagaimana Allah berfirman, “Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): ‘Keluarkanlah nyawamu.’ Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya.” (QS. Al An’am: 93)


Saat itu malaikat maut akan memukuli orang-orang yang tak beriman agar nyawa mereka segera keluar dari tubuh. Allah menyebutkan hal tersebut dalam Alquran surat Al-Anfaal ayat 50-51. Allah berfirman, “Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir, seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata):  ‘Rasakan olehmu siksa neraka yang membakar,’ (Tentulah kamu akan merasa ngeri). Demikian itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-Nya.” (QS. Al-Anfaal: 50-51)


Kemudian ruh tersebut keluar dengan membawa bau yang sangat busuk, seperti busuknya bau bangkai yang pernah ada di muka bumi. Merekapun naik membawa ruh ini. Setiap kali mereka melewati malaikat, malaikat itupun bertanya, ‘Ruh siapah yang buruk ini?’


Mereka menjawab, ‘Fulan bin Fulan.’ – dengan nama yang paling buruk yang pernah dia gunakan ketika di dunia – hingga mereka sampai di langit dunia. Kemudian mereka minta dibukakan, namun tidak dibukakan. Ketika itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca firman Allah,


لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ


(Orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya), tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. (QS. Al-A’raf: 40)


Merespons adanya ruh tersebut Allah berfirman ‘Tulis catatan amal hamba-Ku di Sijjin, di bumi yang paling dasar.’ Kemudian dikatakan, ‘Kembalikan hamba-Ku ke bumi, karena Aku telah menjanjikan bahwa dari bumi Aku ciptakan mereka, ke bumi Aku kembalikan mereka, dan dari bumi Aku bangkitkan mereka untuk kedua kalinya.’ Kemudian ruhnya dilempar hingga jatuh di jasadnya. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca firman Allah,


وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ


“Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, Maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” (QS. Al-Hajj: 31)


Perjalanan ruh kafir selanjutnya sama seperti ruh mukmin dikembalikan kepada jasadnya namun dengan perlakuan yang berbeda yaitu perlakuan sebaliknya dari mukmin.
 


Hikmah Terbaru