• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 27 April 2024

Hikmah

KH Zakky Mubarak

Pahala Seimbang dengan Usaha 

Pahala Seimbang dengan Usaha 
Pahala Seimbang dengan Usaha (ilustrasi: freepik.com)
Pahala Seimbang dengan Usaha (ilustrasi: freepik.com)

Bila kita mengamati perjuangan para Nabi dan Rasul, kita jumpai berbagai keutamaan dari satu rasul dengan rasul lainnya. Ada diantara mereka Rasul yang gigih dalam berjuang dan melaksanakan dakwah meskipun pengikutnya sangat sedikit, misalnya Nabi Nuh a.s. Ada Rasul yang demikian sabar sehingga kesabarannya itu demikian luarbiasa, seperti Nabi Ayub a.s. Ada Rasul yang sangat kasih terhadap sesamanya sehingga dirinya sendiri hidup dalam kesederhanaan yang sangat. Adapula Rasul yang sangat berwibawa, ia berkali-kali memimpin pertempuran untuk memberatas kedzaliman dan berkali-kali memperoleh kemenangan demi kemengan sehingga kebatilan menjadi sirna.


Dari nama-nama Rasul yang disebutkan al-Qur’an, ada lima orang dari mereka memperoleh gelar Ulil ‘Azmi, yaitu Nabi yang tergolong besar dan sangat tabah dalam menghadapi berbagai rintangan dan tantangan. Mereka adalah Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Isa a.s. dan Muhammad s.a.w. Lima nama tersebut di atas merupakan bagian dari 25 Rasul yang kisah mereka diabadikan dalam al-Qur’an. Dari lima Rasul yang bergelar Ulil ‘Azmi itu kita soroti sekarang Nabi Nuh a.s. dan kita bandingkan dengan Nabi Sulaiman a.s.


Contoh kedua Rasul ini sangat menarik bila kita kaji dari segi perjuangan dan hasilnya. Bila kita melihat hasil usaha yang dilakukan Nabi Nuh a.s. yang berjuang dan berdakwah selama bertahun-tahun sedang pengikutnya tidak seimbang. Selama kurang lebih dari 950 tahun berjuang dan berdakwah pengikut beliau hanya kurang dari seratus orang. Sebaliknya dengan Nabi Sulaiman a.s. dengan perjuangannya yang tidak begitu berat, karena ia mewarisi kerajaan ayahandanya Daud a.s. pengikutnya mencapai jumlah yang sangat banyak. Kerajaan Sulaiman meliputi berbagai negara, bahkan balatentaranya terdiri dari bangsa jin, burung dan manusia.


وَحُشِرَ لِسُلَيۡمَٰنَ جُنُودُهُۥ مِنَ ٱلۡجِنِّ وَٱلۡإِنسِ وَٱلطَّيۡرِ فَهُمۡ يُوزَعُونَ  


“Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan)”. (Q.S. Al-Naml, 27: 17).


Uraian dapat disimpulkan bahwa balasan dan pahala yang diperoleh seseorang, seimbang dengan pengorbanan dan perjuangannya. Nabi Nuh a.s. meskipun pengikutnya berjumlah sedikit, karena pengorbanan dan perjuangannya sangat berat, maka dibalas dengan pahala yang seimbang, di antaranya memperoleh gelar Ulil ‘Azmi. Sebaliknya Nabi Sulaiman a.s. meskipun pengikutnya sangat banyak dan kerajaanya sangat luas, karena perjuangannya tidak seberat perjuangan Nabi Nuh a.s., maka tidak memperoleh gelar yang mulia itu. Nabi Sulaiman dengan mudah mewarisi kerajaan dan para pengikut ayahandanya.


Setiap diri manusia akan dibalas Allah menurut perjuangan dan pengorbanan yang dilakukannya. Jika pengorbanan dan perjuangannya berat, maka balasan pahalanya sangat besar, jika perjuangannya ringan, maka balasan pahalanya kecil pula. Memperhatikan uraian di atas, manusia yang hidup dalam abad modern dengan berbagai tantangan yang menghadangnya, bila ia tetap memilahara iman dan takwanya, kualitasnya akan lebih tinggi dari manusia-manusia terdahulu yang tidak banyak menghadapi tantangan.


Mereka yang hidup di kota-kota besar, sedang ia tetap menjaga kualitas iman dan takwanya, lebih tinggi derajat dan kedudukannya dari mereka yang hidup di suatu tempat yang tidak banyak mengahadapi tantangan. Dengan demikian tinggi rendahnya derajat dan martabat manusia, ditentukan oleh bagaimana ia mengantisipasi tantangan-tantangan yang dihadapinya, dengan tetap menjaga keimanan dan ketakwaan.


Dr. KH. Zakky Mubarak, MA., Salah seorang Mustasyar PBNU


Hikmah Terbaru