• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 29 Maret 2024

Hikmah

Naungan Allah dan Perlindungan-Nya

Naungan Allah dan Perlindungan-Nya
ILustrasi: NU Online
ILustrasi: NU Online

Oleh KH Zakky Mubarak

Dalam salah satu hadis Nabi SAW, disebutkan ada beberapa golongan manusia yang mendapat naungan dan perlindungan Allah di hari kiamat. Pada waktu itu tidak ada naungan dan perlindungan kecuali naungan-Nya. Maksud dengan naungan Allah dan perlindungan-Nya adalah rahmat dan karunia-Nya, berupa perlindungan serta keamanan dari dahsyatnya malapetaka di hari kiamat. Peristiwa itu terjadi sebelum hari hisab atau perhitungan amal perbuatan bagi setiap diri manusia dilaksanakan. Mereka yang mendapat naungan dan perlindungan Allah itu ada tujuh golongan, sebagai berikut: 

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ اْلإِمَامُ الْعَادِلُ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ  (رواه البخاري ومسلم والترمذي والنسائي)

”Ada tujuh golongan yang akan Allah naungi dengan naungan (rahmat)-Nya pada hari yang tidak ada naungan selain naungan-Nya. (Ketujuh orang itu) adalah: (1) seorang pemimpin yang adil, (2) seorang pemuda yang tumbuh dewasa dengan beribadah kepada Tuhannya, (3) seorang laki-laki yang hatinya terpaut dengan (aktivitas-aktivitas) masjid, (4) dua orang yang saling mencintai karena Allah, yakni keduanya bersatu dan berpisah hanya karena Allah, (5) seorang laki-laki yang ketika dirayu oleh seorang wanita bangsawan dan cantik, kemudian menolaknya, sambil menjawab, “Sungguh aku takut kepada Allah, (6) seorang yang bersedekah lalu ia menyembunyikannya, sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannnya, dan (7) seorang yang berzikir kepada Allah di tempat yang sunyi kemudian kedua air matanya berlinang.” (HR. Bukhari: No.620 dan 1334, Muslim: No.1712, Tirmidzi: No. 2313, dan Nasai: No.5285). 

Pemimpin yang adil adalah pemimpin yang menjadi dambaan rakyatnya, karena mereka selalu menegakkan amanat Tuhan. Adil pengertian ringkasnya adalah menempatkan sesuatu pada proporsi yang sebenarnya atau memberikan sesuatu sesuai dengan haknya. Dengan demikian para pemimpin yang adil akan bersikap sama terhadap rakyatnya, tidak membedakan satu dengan yang lain. Sikap dan perlakuannya sama, meskipun terhadap keluarganya sendiri ataupun kerabatnya. Allah SWT, mengarahkan manusia beriman agar senantiasa bersikap adil. Disebutkan dalam al-Qur’an :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُونُواْ قَوَّٰمِينَ بِٱلۡقِسۡطِ شُهَدَآءَ لِلَّهِ وَلَوۡ عَلَىٰٓ أَنفُسِكُمۡ أَوِ ٱلۡوَٰلِدَيۡنِ وَٱلۡأَقۡرَبِينَۚ إِن يَكُنۡ غَنِيًّا أَوۡ فَقِيرٗا فَٱللَّهُ أَوۡلَىٰ بِهِمَاۖ فَلَا تَتَّبِعُواْ ٱلۡهَوَىٰٓ أَن تَعۡدِلُواْۚ وَإِن تَلۡوُۥٓاْ أَوۡ تُعۡرِضُواْ فَإِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٗا  

“Wahai orang-orang yang beriman jadilah kamu benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, meskipun terhadap dirimu sendiri atau kedua orang tuamu dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih mengetahui kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan kata-kata atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. al-Nisaa, 135). Mengenai keadilan, Umar Ibnu al-Khattab menjelaskan : “Bahwa adil itu tidak mengenal dispensasi bagi keluarga dekat ataupun yang jauh dan tidak pula mengenal waktu sempit atau lapang. Walaupun ia nampaknya lunak akan tetapi sebenarnya kuat, dapat memadamkan api kedzaliman dan memberantas kebathilan”. 

Rasul SAW menerangkan bahwa para penegak keadilan dan pemimpin yang adil akan ditempatkan Allah dalam kedudukan yang luhur dan terpuji, sampai digambarkan berada di atas “mimbar cahaya”. Rasul tegaskan :  

عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ عَمْرُو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : إِنَّ الْمُقْسِطِيْنَ عِنْدَ اللهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُوْرٍ, عَنْ يَمِيْنِ الرَّحْمنِ الَّذِيْنَ يَعْدِلُوْنَ فِيْ حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيْهِمْ وَمَا وَلَّوْا. (رواه مسلم)

“Abdullah bin Amr r.a. berkata, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Penegak keadilan itu di sisi Allah berada di atas “mimbar cahaya”. Mereka itu adalah para penegak keadilan dalam menetapkan hukum terhadap keluarga dan rakyat yang berada di bawah pimpinannya”. (H.R. Muslim, No: 1827). 

Para pemimpin yang adil akan senantiasa mencintai rakyatnya dan rakyatpun akan mencintai dan menghormati mereka, wajarlah kalau mereka mendapat naungan dan perlindungan di Hari Kiamat.

Kaum remaja biasanya menghabiskan waktu dengan bersantai dan berpoya-poya, mengumbar masa remajanya yang sangat berharga. Karena itu kalau ada para remaja yang memanfaatkan usia remajanya dengan beribadah kepada Allah, gemar menuntut ilmu dan beramal saleh maka termasuk remaja yang sangat baik dan diridhai di sisi-Nya. Merekalah yang mendapat bimbingan dan petunjuk dari Allah dalam segala kehidupannya. Demikian juga orang-orang yang hatinya selalu terkait dengan masjid, dalam arti, mereka selalu datang ke masjid berpartisipasi langsung. Mereka yang berusaha memakmurkan masjid, menjaga kebersihan dan kesuciannya serta mengisi dengan kegiatan ilmiah, niscaya termasuk manusia yang diridhai oleh Allah SWT.

Dalam mengarungi kehidupan, kita sering bersahabat dengan seseorang, kita berjumpa dan berpisah. Persahabatan yang kita jalin begitu ikhlas semata-mata karena Allah, tidak karena pamrih terhadap sesama. Terkadang kita merasakan kesedihan yang mendalam apabila berpisah dengan sahabat karib yang kita cintai. 

Apabila kita sabar terhadap semua itu dan senantiasa mencari keridhaan Allah dalam persahabatan tersebut, maka itulah persaudaraan yang hakiki. Biasanya seorang pria yang dirayu oleh seorang wanita untuk berbuat perbuatan yang tercela, ia tidak kuat menerima rayuan tersebut, sehingga terjerumus ke lembah dosa dan nista. Apalagi yang merayunya adalah seorang wanita cantik lagi bangsawan, kedudukannya terhormat dan penampilannya amat menggiurkan, tentu jarang yang kuat menghindarinya. Tetapi apabila ada seorang yang mengalami hal seperti ini, karena iman yang kuat ia menolak rayuan tersebut seraya berucap : “Sungguh aku takut kepada Allah”, maka orang tersebut tergolong manusia yang bertaqwa yang akan ditempatkan ditempat yang tinggi lagi mulia.

Mereka yang bersedekah memberikan bantuan kepada orang lain dengan ikhlas, sehingga digambarkan seolah-olah tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya. Maksudnya, orang tersebut merahasiakan pemberian dan bantuannya kepada orang lain, sehingga mereka yang dibantu tidak rendah diri, maka amal seperti ini merupakan perbuatan yang sangat baik. Dengan demikian orang yang menerima bantuan itu tidak akan dihinggapi oleh rasa rendah diri dan malu kepada orang lain. Mereka yang mengingat atau dzikir kepada Allah, kemudian merasakan keagungan dan kasih sayang-Nya yang tidak terhingga, sehingga orang tersebut dapat menitikkan air mata tanda taqwanya sudah sangat tinggi. Renungan atau dzikir semacam ini diridhai oleh Allah SWT, sehingga ia akan mendapat naungan dan perlindungan-Nya, perlindungan dan naungan yang senantiasa didambakan oleh setiap insan yang beriman.

Mengenai perintah bersedekah secara ikhlas, banyak disebut dalam al-Qur’an dan al-Sunnah. Setiap orang muslim  harus senantiasa memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan. Dalam surat al-Baqarah ayat 269 disebutkan, bahwa mereka yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, dengan menyakiti orang yang diberi sedekah, maka sedekahnya itu akan sia-sia. 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تُبۡطِلُواْ صَدَقَٰتِكُم بِٱلۡمَنِّ وَٱلۡأَذَىٰ كَٱلَّذِي يُنفِقُ مَالَهُۥ رِئَآءَ ٱلنَّاسِ وَلَا يُؤۡمِنُ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۖ فَمَثَلُهُۥ كَمَثَلِ صَفۡوَانٍ عَلَيۡهِ تُرَابٞ فَأَصَابَهُۥ وَابِلٞ فَتَرَكَهُۥ صَلۡدٗاۖ لَّا يَقۡدِرُونَ عَلَىٰ شَيۡءٖ مِّمَّا كَسَبُواْۗ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡكَٰفِرِينَ  

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan yang lebat, lalu menjadilah dia bersih (Tidak berdebu). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (QS. al-Baqarah, 2:264).
 
Sebagai kebalikan dari kelompok ini adalah mereka yang menafkahkan hartanya secara ikhlas dan dilakukan karena mencari keridhaan Allah. Kelompok ini akan memperoleh kebahagiaan  di dunia dan akhirat, serta memperoleh kedudukan yang luhur, baik lahir maupun bathin.

وَمَثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمۡوَٰلَهُمُ ٱبۡتِغَآءَ مَرۡضَاتِ ٱللَّهِ وَتَثۡبِيتٗا مِّنۡ أَنفُسِهِمۡ كَمَثَلِ جَنَّةِۢ بِرَبۡوَةٍ أَصَابَهَا وَابِلٞ فََٔاتَتۡ أُكُلَهَا ضِعۡفَيۡنِ فَإِن لَّمۡ يُصِبۡهَا وَابِلٞ فَطَلّٞۗ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ بَصِيرٌ  

“Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat. Maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan”. (QS. al-Baqarah, 2:265).

Mereka yang menafkahkan hartanya, dengan ikhlas dan semata-mata mencari keridhaan Allah, akan mendapat balasan yang baik dan berlipat ganda. Mereka akan memperoleh bimbingan Allah dan keridhaanya baik dalam kehidupan di dunia ataupun di akhirat. Demikian, tujuh golongan manusia yang diridhai Allah, yang mendapatkan naungan dan rahmat-Nya di Hari Kiamat.

Penulis Merupakan Salah Seorang Rais Syuriah PBNU
 


Hikmah Terbaru