• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Hikmah

Kolom KH Zakky Mubarak

Mukmin yang Konsisten

Mukmin yang Konsisten
Foto: NUO
Foto: NUO

Oleh: KH Zakky Mubarak
Manusia mukmin diarahkan oleh al-Qur’an dan al-Sunnah agar memiliki sikap hidup yang konsisten, ia harus memiliki iman yang teguh dan kuat serta tidak mudah diombang-ambingkan oleh siapapun. Manusia mukmin memiliki cita-cita yang luhur dan berusaha merealisir cita-cita itu dengan usaha yang sungguh-sungguh serta melakukan kegiatan yang terpola dengan baik. Ciri manusia mukmin dapat dilihat dari sikap mereka yang tidak bimbang atau kehilangan akal menghadapi berbagai kesulitan.

Demikian juga tidak lenyap keseimbangan dirinya tatkala memperoleh keberuntungan dan karunia yang berlimpah. Bila ditimpa musibah ia bersikap tabah dan bila memperoleh nikmat ia bersyukur.

Dalam surat al-Hujurat ayat 15 disebutkan bahwa orang yang betul-betul mukmin adalah mereka yang beriman dengan teguh kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka juga tidak ragu-ragu dalam berjuang di jalan Allah. 

إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ لَمۡ يَرۡتَابُواْ وَجَٰهَدُواْ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلصَّٰدِقُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar,”. (QS. Al-Hujurat, 49:15).

Dalam hadis nabi disebutkan, beberapa kriteria orang mukmin sejati dengan sifat-sifat yang luhur:

الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ (رواه مسلم)

“Mukmin yang kuat lebih baik dan dicintai oleh Allah dari mukmin yang lemah. Pada setiap hal terdapat kebaikan. Peliharalah dari sesuatu yang mendatangkan manfaat padamu. Mohonlah pertolongan pada Allah dan jangan bersikap lemah. Bila kamu ditimpa musibah, jangan berkata: “Sikaranya saya tidak berbuat demikian, tentulah tidak akan terjadi begini dan begitu. Tetapi katakanlah: “Semua itu adalah ketetapan Allah”. Sesungguhnya ucapan yang mengandung keluhan (sekiranya) dapat membukakan pintu bagi godaan syetan. (H.R. Muslim, No: 4816).

Hadis di atas mengisyaratkan kepada kita bahwa manusia mukmin yang konsisten adalah mereka yang memiliki: (1) Iman yang teguh, (2) mendatangkan manfaat, (3) memohon pertolongan Allah, (4) tidak bersikap lemah dan (5) tidak menyesali keadaan.

Iman yang Teguh
Orang yang memiliki iman yang teguh, akan mengembalikan persoalannya kepada Allah s.w.t.. Ia berusaha dengan imannya melaksanakan perbuatan-perbuatan yang baik dan menghindari perbuatan yang tercela. Dengan iman yang teguh dan dilanjutkan dengan melakukan aktifitas-aktifitas yang baik serta menghindari aktifitas yang tercela, maka ia akan memperoleh kehidupan yang terpuji. Dijelaskan dalam al-Qur’an:

مَنۡ عَمِلَ صَٰلِحٗا مِّن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَلَنُحۡيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةٗ طَيِّبَةٗۖ وَلَنَجۡزِيَنَّهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan,”.(QS. al-Nahl, 16:97).

Hayatan Thayyibah (kehidupan yang baik) pada ayat itu, tercakup di dalamnya segala bentuk kenikmatan dan kebahagiaan, baik dalam bentuk fisik maupun mental. Kebahagiaan itu akan diperoleh bukan hanya dalam kehidupan dunia saja tetapi juga dalam kehidupan akhirat.

Mendatangkan Manfaat
Ciri mukmin lainnya adalah senantiasa mendatangkan manfaat, baik bagi dirinya sendiri ataupun bagi orang lain. Kehadiran manusia mukmin di tengah-tengah masyarakatnya akan dirasakan sebagai rahmat yang dapat mengantarkan umat manusia pada kebaikan dan menyelamatkan mereka dari kehancuran.

Dalam sebuah hadis disebutkan:

مَثَلُ الْمُؤْمِنِ كَمَثَلِ النَّحْلِ أَكَلَتْ طَيِّبًا، وَوَضَعَتْ طَيِّبًا، وَوَقَعَتْ فَلَمْ تُكْسِرْ وَلَمْ تُفْسِدْ (رواه ابن المبارك)

“Perumpamaan seorang mukmin adalah bagaikan lebah madu, jika ia makan ia memakan yang baik. Bila ia mengeluarkan sesuatu, maka yang dikeluarkannya itu sesuatu yang baik. Bila ia hinggap di atas ranting yang rapuh sekalipun, ia tidak merusaknya,”.  (HR. Ibnu Mubarak, No: 1610).

Mohon Pertolongan kepada Allah
Kriteria mukmin berikutnya, ia selalu memohon pertolongan pada Allah atas segala kesulitan dan rintangan yang dihadapinya. Ia juga memohon kebaikan-kebaikan dan karunia pada Allah disertai dengan melaksanakan usaha yang sungguh-sungguh untuk memperoleh apa yang dicita-citakan. Permohonannya langsung disampaikan kepada Allah dilakukan dengan sungguh-sungguh dan memiliki kayakinan bahwa do’a itu akan dikabulkan oleh–Nya.

Tidak bersikap lemah
Manusia yang beriman selalu ditandai dengan memiliki penghargaan dan kecerahan bagi masa depannya yang disebut optimisme. Ia tidak lekas patah hati atau putus asa, tidak pernah berhenti untuk berjuang dan tidak pernah bosan untuk melakukan berbagai kegiatan yang bermanfaat. Dijelaskan al-Qur’an:

يَٰبَنِيَّ ٱذۡهَبُواْ فَتَحَسَّسُواْ مِن يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَاْيَۡٔسُواْ مِن رَّوۡحِ ٱللَّهِۖ إِنَّهُۥ لَا يَاْيَۡٔسُ مِن رَّوۡحِ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلۡقَوۡمُ ٱلۡكَٰفِرُونَ

“Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada yang berputus asa dari rahmat Allah, kecuali kaum yang kafir,". (QS. Yusuf, 12: 87).

Tidak menyesali keadaan
Pada kehidupan setiap orang, ada rentetan yang silih berganti, antara kesenangan dan kesusahan, kekayaan dan kemiskinan, kemenangan dan kekalahan, kesuksesan dan kegagalan dan seterusnya. Setiap peristiwa ini dijalani oleh manusia muslim, ia akan menerima apa adanya, tidak lari dari kenyataan yang ada. Ia tidak sering mengekspos keluhan, karena keluhan itu akan membuka jalan bagi syetan untuk menjerumuskan manusia. Setiap orang muslim hendaklah berusaha menjadi mukmin yang sejati dengan memiliki sifat-sifat di atas.

Penulis merupakan salah seorang Rais Syuriyah PBNU
 


Hikmah Terbaru