Hikmah

Menyambut Ramadhan: Tiga Hal yang Perlu Dipersiapkan di Bulan Syaban

Selasa, 25 Februari 2025 | 09:00 WIB

Menyambut Ramadhan: Tiga Hal yang Perlu Dipersiapkan di Bulan Syaban

amalan bulan syaban (Ilustrasi: NU Online/freepik)

Bulan Syaban merupakan bulan penuh keberkahan yang menjadi kesempatan terbaik untuk mempersiapkan diri menyambut bulan suci Ramadhan. Sejumlah hal perlu dipersiapkan agar ibadah Ramadhan dapat dijalankan secara maksimal, terutama dalam aspek keimanan, kesehatan, dan perbekalan.


Keimanan menjadi persiapan utama karena perintah puasa sendiri ditujukan kepada orang-orang yang beriman, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an:

 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ

Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa,” (QS. Al-Baqarah [2]: 183).


Selain keimanan, menjaga kesehatan juga sangat penting, mengingat ibadah puasa membutuhkan kondisi tubuh yang prima, baik jasmani maupun ruhani. Dalam literatur fiqih, kesehatan menjadi salah satu syarat wajib puasa, di mana orang yang sakit diperbolehkan untuk tidak berpuasa dan menggantinya di lain hari.


Tak kalah penting, perbekalan juga perlu dipersiapkan. Dalam bulan Ramadhan, semangat kerja umumnya menurun karena kondisi berpuasa. Oleh karena itu, mempersiapkan kebutuhan sejak bulan Sya’ban akan membantu menjaga fokus dalam menjalankan ibadah.


Memperkuat Keimanan di Bulan Sya’ban
Di antara tiga hal tersebut, keimanan menjadi yang paling utama. Sebab, meskipun kesehatan dan perbekalan terbatas, keimanan yang kuat akan mendorong seseorang untuk tetap menjalankan ibadah. Rasulullah SAW mencontohkan beberapa cara untuk memperkuat keimanan di bulan Sya’ban:


Bertobat dan Membersihkan Diri
Seperti halnya menyambut tamu agung, menyambut Ramadhan pun perlu dilakukan dengan kebersihan lahir dan batin. Salah satu bentuk tobat adalah memperbanyak istighfar, terutama pada malam Nisfu Sya’ban. As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki dalam kitab Ma Dza fi Sya’ban menyebutkan bahwa istighfar dapat menarik rezeki dan menghapus kesulitan.


Rasulullah SAW bersabda:

 

مَنْ لَزِمَ الْاِسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيْقٍ مَخْرَجًا، وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ حيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

Artinya, “Siapa saja yang membiasakan istighfar, maka Allah akan menjadikan jalan keluar atas segala kesempitannya, memberikan kelapangan atas segala kesusahannya, serta memberinya rezeki dari jalan yang tak disangka-sangka,” (HR. Abu Dawud).
 

Memperbanyak Puasa Sunnah
Rasulullah SAW memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya’ban, sebagaimana dikisahkan oleh Sayyidah ‘Aisyah. Beliau tidak melihat Rasulullah lebih banyak berpuasa sunnah dalam satu bulan selain di bulan Sya’ban, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim.


Ketika ditanya tentang puasa terbaik setelah Ramadhan, Rasulullah SAW menjawab:

 

شَعْبَانَ لِتَعْظِيْمِ رَمَضَانَ

Artinya, “(Puasa) Sya’ban demi mengagungkan Ramadhan,” (HR. At-Tirmidzi).


Salah satu alasan utama Rasulullah memperbanyak puasa di bulan Sya’ban adalah karena pada bulan ini amal manusia diangkat kepada Allah.

 

فَذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ، بَيْنَ شَهْرِ رَجَبٍ وَشَهْرِ رَمَضَانَ، تُرْفَعُ فِيهِ أَعْمَالُ النَّاسِ، فَأُحِبُّ أَنْ لَا يُرْفَعَ عَمَلِي إِلَّا وَأَنَا صَائِمٌ

Artinya, “Ini adalah bulan yang banyak dilalaikan oleh orang-orang. Padahal bulan ini berada di antara bulan Rajab dan bulan Ramadhan di mana amal-amalan manusia diangkat kepada Allah. Dan aku ingin, tidaklah amalku diangkat kecuali sedang berpuasa,” (HR. An-Nasa’i).


Mendekatkan Diri kepada Allah dan Mengingat Kematian
Di bulan Sya’ban, Allah SWT menetapkan umur hamba-Nya, yaitu menentukan siapa saja yang akan wafat pada tahun tersebut. Oleh karena itu, Rasulullah SAW memperbanyak ibadah agar ketika ajal menjemput, beliau dalam keadaan berpuasa.

 

إنَّ اللَّهَ يَكْتُبُ عَلَى ‌كُلِّ ‌نَفْسٍ ‌مَيِّتَةٍ تِلْكَ السَّنَةَ، فَأحِبُّ أَنْ يَأْتِيَنِى أَجَلِىْ وَأَنَا صَائِمٌ

Artinya, “Sesungguhnya, Allah swt. mencatat setiap jiwa yang akan meninggal pada tahun itu, maka aku ingin ajalku datang dalam keadaan berpuasa,” (HR. Abu Ya’la).


Selain itu, memperbanyak shalawat kepada Nabi SAW juga menjadi amalan utama di bulan Sya’ban. Hal ini didasarkan pada sejarah turunnya ayat perintah shalawat di bulan ini.


Bulan Sya’ban adalah waktu terbaik untuk mempersiapkan diri menyambut Ramadhan, baik secara spiritual maupun fisik. Dengan memperkuat keimanan, menjaga kesehatan, serta mempersiapkan perbekalan, umat Islam dapat menjalani bulan suci dengan lebih khusyuk dan maksimal.


Tulisan ini dikutip dari artikel karya Ustadz M. Tatam Wijaya sebagaimana dimuat di NU Online.