• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 27 April 2024

Hikmah

Menghormati Anak Orang Terhormat

Menghormati Anak Orang Terhormat
(Ilustrasi: NUO)
(Ilustrasi: NUO)

Salah satu hal yang sangat diperlukan untuk mewujudkan keharmonisan dan kedamaian dalam pergaulan antar sesama adalah sopan santun. Diantara sopan santun adalah bahwa orang yang berusia muda sudah seharusnya menghormati yang lebih tua, sedangkan yang lebih tua menyayangi yang muda. Demikian berimbang, karena rasa kasih sayang dari orang lebih tua dibalas dengan penghormatan oleh orang yang berusia muda kepadanya, demikian pula sebaliknya.


Sopan santun demikian itulah yang mampu menarik simpati hati orang lain dibandingkan memengaruhinya dengan materi. Nabi Muhammad shalla Allahu 'alaihi wa sallama bersabda:


"Kalian tidak dapat menjangkau semua orang dengan harta benda kalian, tetapi mereka dapat terjangkau oleh kalian dengan kecerahan wajah dan keluhuran akhlak." (HR.  al-Bazzar).


Dalam tradisi sehari-hari penghormatan bukan saja dilakukan atas dasar perbedaan usia, di mana yang muda hormat kepada yang lebih tua. Penghormatan juga dianjurkan kepada setiap orang yang menjaga kehormatannya, kepada tamu-tamu, kepada para tetangga, kepada orang-orang berilmu (kyai,  alim ulama, guru, dosen, dsb), dan juga kepada orang yang sudah beruban (berusia lanjut), bahkan penghormatan kepada anak orang terhormat, meskipun usianya relatif lebih muda, pun menjadi tradisi yang terus berlangsung di tengah-tengah masyarakat kita. Seperti penghormatan terhadap anak para kyai (yang lazimnya dipanggil "gus", "kang" dsb) di lingkungan pondok pesantren NU di Indonesia. 


Menghormati anak orang terhormat itu tentu dalam batas di mana mereka sendiri juga berupaya menjaga kehormatannya, dengan meniru orang tua atau para pendahulunya yang dihormati karena kesalehan dan kebaikannya. Yakni manakala para pendahulunya itu pun dihormati,  diagungkan,  dan diharapkan kebaikan "barakah"nya.


Namun persoalannya,  tidaklah setiap anak orang terhormat itu menjaga kehormatannya.  Ada di antara mereka yang karena selalu dihormati orang justru bersikap arogan,  angkuh,  dan mudah memandang orang lain sebelah mata alias meremehkan orang. Padahal idealnya setiap orang harus saling menghargai,  karena tiada manusia yang sempurna, masing-masing orang itu ada dengan kelebihan dan kekurangannya untuk saling melengkapi. 


Terhadap anak orang terhormat yang berkubang kebodohan dan diliputi kelalaian kita dianjurkan untuk menasehati dan menunjukinya ke jalan kebenaran, dan tetap menghormatinya dengan sedikit penghormatan karena menghormati para pendahulunya yang baik-baik. 


Terkait dengan hal tersebut,  al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad dalam Kitab al-Fushul al-'Ilmiyyah wa al-Ushul al-Hikamiyyah,  halaman 53 menuliskan, 


ومن كان على الجهل والغفلة فينبغي أن ينصح ويرشد إلي الصواب ويحترم شيئا  من الإحترام لأجل سلفه الصالحين، وكيف لا وقد قال الله تعالى ما قال في شأن الغلامين والجدار (( وكان تحته كنز لهما وكان أبوهما صالحا ))


"Barangsiapa yang berada dalam kebodohan dan kelalaian,  maka sepantasnya dinasehati, ditunjukkan kepada kebenaran, dan sedikit dihormati karena menghormati para pendahulunya yang shaleh-shaleh. Bagaimana tidak (dihormati)? Allah ta'ala telah berfirman tentang masalah dua anak kecil dan sebuah tembok (yang hampir runtuh): "Di bawahnya ada harta simpanan milik keduanya,  sedangkan bapak dari kedua anak tersebut adalah seorang yang shaleh,".


Demikianlah,  semoga kita mampu menghormati siapa saja, termasuk menghormati setiap anak orang terhormat. Hanya orang beradab dan rendah hati saja yang sanggup menghargai dan menghormati orang lain.


Dan janganlah kita menjadi angkuh terhadap setiap orang yang telah bersedia memberikan penghormatan nya. Saling menghormati saja, jangan gila hormat. Jangan terjadi suasana hati yang senang dihormati tetapi bersikap enggan menghormati.


KH. Ahmad Ishomuddin,  Rais Syuriyah PBNU masa khidmah 2010-2015 dan 2015-2021


Hikmah Terbaru