• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 27 April 2024

Hikmah

Malam Lailatul Qadar dan Kisah Syam'un Al-Ghaazi (2-Habis)

Malam Lailatul Qadar dan Kisah Syam'un Al-Ghaazi (2-Habis)
Ilustrasi (kmnu.or.id)
Ilustrasi (kmnu.or.id)

Oleh Ilham Abdul Jabbar

Pada hari ketiga, istri Syam'un itu berhasil mengikat suaminya dengan rantai pemberian orang-orang kafir.
"Wahai istriku, siapakah yang mengikatku kali ini?" tanya Syam'un dengan nada agak marah ketika bangun dari tidur.

"Aku yang mengikatnya, sekedar untuk mengujimu," jawab istrinya.

Namun, seperti biasa dengan sekali hentakan Syam’un dapat menghancurkan rantai tersebut. Lalu Syam'un segera menarik tangannya dan memotong rantai itu, kemudian istrinya pun segera membujuk Nabi Syam'un agar mau menceritakan rahasia kekuatan tubuh yang dimiliki suaminya.
Akhirnya Syam'un bercerita juga, bahwa sebenarnya ia adalah seorang wali dari sekian banyak waliyullah yang hidup di dunia ini.

“Wahai istriku aku wali di antara wali Allah, segala perkara dunia ini tidak ada yang sanggup mengalahkan diriku, aku punya rambut panjang ini, ketahuilah bahwa tidak ada seorang pun yang mampu mengalahkanku dalam perkara dunia kecuali rambutku ini," jelas Syam'un.

Karena sudah mengetahui kelemahan suaminya, akhirnya pada saat Nabi Syam'un tidur mulailah istrinya mengikat tangan Syam'un dengan 4 helai rambutnya dan mengikat pula kakinya dengan 4 helai rambut milik Syam'un, sementara Syam'un tetap dalam tidurnya.

Setelah bangun, Syam'un bertanya,

"Wahai istriku, siapakah yang mengikatku ini?"

"Aku, untuk mengujimu," jawab istrinya yang mulai ketakutan.

Setelah itu Syam'un berusaha dengan sekuat tenaga untuk melepaskan ikatan itu, namun dia tidak berdaya untuk memotongnya. Seketika itu si istri langsung saja memberitahukan kepada kaum kafir tentang hal ini.

Lalu Nabi Syam’un Al-Ghaazi As dibawa ke istana dihadapkan kepada Raja Kafir lalu diikat pada tiang utama istana dan dipertontonkan kepada khalayak istana.

Mulailah mereka memotong kedua telinga, bibir, kedua tangan dan kakinya. Tidak hanya itu, ia juga disiksa dengan dibutakan kedua matanya. Tiada lain mereka menyiksa Nabi dengan tujuan agar beliau mati secara perlahan-lahan.


Istrinya yang jahat pun ikut pula menyaksikan penyiksaan tersebut tanpa rasa belas kasihan.

Pertolongan Allah SWT pun datang lewat perantaraan Malaikat Jibril yang berbicara dengan suaranya, yang hanya bisa didengar oleh Nabi Syam’un Al-Ghaazi As.

“Hai Syam’un apa yang engkau inginkan, aku akan menindak mereka.”

“Ya Allah, berikanlah kekuatan kepadaku hingga aku mampu menggerakkan tiang istana ini, dan akan kuhancurkan mereka dengan kekuatan dari-Mu. Bismillahirrahmanirrahim. La haula wa la quwwata illa billah," ungkap Syam’un. 

Doa Nabi Syam’un Al-Ghaazi As dikabulkan Allah SWT. Dan memberi kekuatan kepada Syam'un yang kekuatannya tidak bisa dibayangkan dan melebihi kekuatan dari rambutnya sendiri. Maka dengan izin Allah, Nabi Syam’un Al-Ghaazi As menggoyangkan tiang istana tersebut,

Syam'un hanya beringsut sedikit saja, putuslah tali rambut itu bahkan tiang itupun rubuh menimpa raja bersama seluruh khalayak istana termasuk istrinya yang durhaka dan orang-orang yang telah menyiksanya. Tiangnya juga ikut roboh dan hancur lebur. istana yang dijadikan tempat pembantaian itu juga turut hancur dan atapnya menimpa orang-orang kafir dan semuanya mati. Begitu juga dengan istrinya ikut tertimpa reruntuhan gedung istana raja kafir, Mereka semua mati tertimpa reruntuhan bangunan istana dan terkubur di dalamnya. Hanya Nabi Syam’un sendiri yang selamat.

lalu Allah mengembalikan seluruh anggota badan yang telah terpotong dan menyembuhkan segala sakitnya, dan setelah peristiwa itu, Nabi Syam’un Al-Ghaazi As. bersumpah kepada Allah SWT akan menebus semua dosanya dengan berjuang menumpas semua kebatilan dan kekufuran selama 1000 bulan tanpa henti.

Tak hanya itu, Nabi Syam'un Al-Ghaazi pun akan menyibukkan dirinya untuk beribadah kepada Allah. 
Malam harinya dilalui dengan memperbanyak shalat malam, sedangkan siangnya beliau berpuasa.
Nabi menjalankan ibadahnya selama seribu bulan hingga ajalnya tiba.

Nah, setelah mendengar kisah Nabi Syam’un Al-Ghaazi As, para sahabat Nabi Muhammad saw menangis terharu, dan bertanya kepada Nabi Muhammad SAW.

“Ya Rasullulah, tahukah baginda akan pahalanya?”

Jawab Rasulullah, “Aku tidak mengetahuinya.”

Setelah Rasulullah selesai berkisah, Allah SWT menyuruh Malaikat Jibril datang kepada Nabi Muhammad dan menurunkan surat Al Qadr.

"Hai Muhammad, Allah memberi Lailatul Qadar kepadamu dan umatmu, ibadah pada malam itu lebih utama daripada ibadah 1000 bulan," ujar Malaikat Jibril.

Semoga kita para pemburu Lailatul Qadar mendapatkan kesempatan beribadah di malamnya.

Penulis adalah wartawan NU Online Jabar, tinggal di Kota Tasikmalaya


Hikmah Terbaru