• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Senin, 29 April 2024

Hikmah

Malam Lailatul Qadar dan Kisah Syam'un Al-Ghaazi (1)

Malam Lailatul Qadar dan Kisah Syam'un Al-Ghaazi (1)
Ilustrasi (https://kmnu.or.id/)
Ilustrasi (https://kmnu.or.id/)

Oleh Ilham Abdul Jabar

Lailatul Qadar sangat diburu kaum muslim di bulan Ramadhan. Pasalnya, pahala yang dijanjikan sangat menggiurkan, yaitu satu kali beribadah pada malam itu, maka lebih baik daripada beribadah 1000 bulan. Namun, persoalannya adalah tak ada yang tahu kapan malam itu tiba? 

Dalam tulisan ini, saya tidak akan mengungkap kapan tibanya Lailatul Qadar karena sudah banyak tulisan lain yang membahas tentangnya. Saya hanya ingin menukil kisah Nabi Syam’un Al-Ghaazi yang beribadah dan berperang selama 1000 bulan. Kisah ini penulis temukan di dalam kitab Durratun Nasihin halaman 270 cetakan Haromain.

Dulu di Bani Israil ada seorang nabi yang bernama Syam’un Al-Ghaazi (seorang ahli perang). Dia memerangi orang-orang kafir selama 1000 bulan. Senjata yang digunakannya hanyalah tulang rahang unta. Namun hebatnya, bila tulang itu dipukulkan kepada musuhnya, maka seketika mati. Apabila Syam’un haus, maka dari celah gigi senjatanya itu keluar air tawar lalu diminumnya. Dan bila ia lapar, tulang itu menumbuhkan daging, lalu ia memakannya.

Ketangguhan dan keperkasaan Nabi Syam'un dipergunakan untuk menentang penguasa kaum kafirin saat itu, yakni raja Israil. Karena itulah, ia dibenci para musuh, terutama dari golongan orang kafir. 

Mereka kemudian membuat suatu rencana untuk membunuh Nabi Syam’un. Sang raja Israil mencari jalan untuk menundukkannya. Atas nasihat para penasihatnya, diumumkanlah, barangsiapa yang dapat menangkap Syam’un Al-Ghaazi, akan mendapat hadiah emas dan permata yang berlimpah.

Akhirnya ide licik pun ditemukan.

Mereka menawarkan hadiah berupa uang dan perhiasan yang berlimpah kepada istri Nabi Syam'un. Tentu saja dengan syarat bersedia melumpuhkan suaminya. 

Istrinya itu ternyata seorang kafir. Ia sangat tergiur oleh hadiah itu sehingga kemudian mereka memanfaatkannya untuk ikut membantu membunuh suaminya.

Orang-orang kafir memberikan ide agar dia mengikat tangan dan kaki Syam’un sewaktu ia tidur untuk kemudian akan dibunuh dengan beramai-ramai.

"Kami akan memberimu seutas tali kuat, ikatlah tangan dan kakinya ketika dia tidur, nanti setelah itu kamilah yang bertindak untuk membunuhnya," kata pembesar kafir.

Di hari pertama, istri Syam'un gagal karena ketiduran yang disebabkan suaminya terlalu lama mengerjakan shalat malam sehingga istri Syam'un tak kuasa menahan kantuk yang amat sangat.

Memang Nabi Syam'un tidurnya hanya sedikit saja dalam semalam, karena malam-malamnya hanya dipergunakan untuk beribadah kepada Allah SWT.

Keesokan harinya, istri Nabi Syam'un lapor kepada kaum kafir bahwa dia belum berhasil mengikat tangan dan kaki suaminya, namun mereka tidak mempermasalahkan hal ini.

Pada hari kedua Istri Nabi Syam'un berhasil mengikat suaminya ketika tidur dengan seutas tali yang kuat.

Tatkala Syam'un bangun dan ingin beribadah kepada Allah SWT, ia terkejut karena kedua kakinya terikat.

"Wahai istriku, siapakah yang mengikatku dengan tali ini?" tanya Syam'un kepada istrinya.

"Aku yang mengikat, hanya sekedar mengujimu sampai sejauh mana kekuatanmu," ujar istrinya.

Maka Nabi Syam’un dengan mudah dapat melepaskan tali yang mengikatnya dengan satu ucapan doa, kemudian Nabi Syam'un bergegas menuju tempat peribadatannya.

Maka gagallah rencana pembunuhan pada hari kedua itu.

Namun setelah itu, orang-orang kafir datang lagi kepada istri Nabi Syam'un dengan membawa rantai untuk istri Nabi Syam'un, dan istri Nabi Syam'un pun siapa mengikat suaminya lagi pada keesokan malamnya. (Bersambung)

Penulis adalah aktivis muda NU Kota Tasikmalaya


Hikmah Terbaru