• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 29 Maret 2024

Hikmah

Khutbah dan Wasiat Sayyidina Abu Bakar Shiddiq

Khutbah dan Wasiat Sayyidina Abu Bakar Shiddiq
Khutbah dan Wasiat Sayyidina Abu Bakar Shiddiq
Khutbah dan Wasiat Sayyidina Abu Bakar Shiddiq

Oleh Ustadz Hikmatul Luthfi bin H. Imam Syamsudin

Abu Bakar al-Shiddiq r.a., nama lengkapnya adalah Abdullah bin Abi Quhafah ‘Usman bin ‘Amir bin ‘Umair bin Ka’ab bin Sa’d bin Taym bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib al-Qurasyi al-Taymi. Nasabnya bertemu dengan nasab Nabi SAW pada Murrah bin Ka’ab. Adapun ibunya bernama Ummul Khair binti Shakhr bin ‘Amir bin Ka’ab bin Sa’d bin Taym bin Murrah. (Tahdzib al-Asma wa al-Lughat, juz. 2, h. 181,). 

Abu Bakar al-Shiddiq dilahirkan di kota Makkah, Tahun 51 Sebelum Hijrah (573 M), dan wafat di Madinah Tahun ke 13 Hijrah (634 M) pada usia 63 tahun. Dia menjadi khalifah pada tahun 11-13 H/632-634 M. (al-Zirkili, al-'Alam, juz. 4, h. 102).

Banyak riwayat yang membicarakannya, baik itu tentang keteladanannya, keutamaan,dan  jasa-jasanya maupun tentang riwayat penafsirannya terhadap ayat Al-Qur’an, periwayatan hadits, perkataan hikmah, doa-doa, wasiat, nasihat, dan khutbah serta pidato-pidatonya.

Namun pada bagian ini hanya akan disajikan satu dari sekian banyak khutbahnya yaitu khutbah yang memuat wasiat agar senantiasa bertakwa, bergegas dalam kebaikan dan ketaatan, berdoa dengan penuh pengharapan dan kecemasan, serta tunduk khusyu’ dan tawadhu kepada Allah SWT. 

Berikuti ini khutbahnya sebagaimana diriwayatkan dari Abdullah bin Hakim. 


 
عَنْ عَبْدِ اللّٰهِ بْنِ حَكِيْمٍ قَالَ: خَطَبَنَا أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقُ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ، فَحَمِدَ اللّٰهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ ثُمَّ قَالَ: أَمَّا بَعْدُ،، فَإِنِّيْ أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللّٰهِ وَ أَنْ تُثْنُوا عَلَيْهِ بِمَا هُوَ لَهُ أَهْلٌ، وَأَنْ تَخْلِطُوا الرَّغْبَةَ بِالرَّهْبَةِ، فَإِنَّ اللّٰهَ أَثْنَى عَلَى زَكَرِيَّا وَأَهْلِ بَيْتِهِ، فَقَالَ (إِنَّهُمْ كَانانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ). (الأَنْبِيَاء: 90)
ثُمَّ اعْلَمُوا عِبَادَ اللّٰهِ أَنَّ اللَّهَ قَدِ ارْتَهَنَ بِحَقِّهِ أَنْفُسَكُمْ وَأَخَذَ عَلَى ذٰلِكَ مَوَاثِيقَكُمْ، وَاشْتَرَى مِنْكُمُ الْقَلِيلَ الْفَانِي بِالْككَثِيرِ الْبَاقِي، وَهٰذَا كِتَابُ اللّٰهِ فِيكُمْ لَا يُطْفَأُ نُورُهُ، وَلَا تَنْقَضِي عَجَائِبُهُ فَاسْتَضِيئُوا بِنُورِهِ، وَانْتَصِحُوا كِتَابَهُ وَاسْتَضِيئُوا مِنْهُ لِيَوْمِ الظُّلْمَةِ، فَإِنَّهُ إِنَّمَا خَللَقَكُمْ لِعِبَادَتِهِ، وَوَكَّلَ بِكُمْ كِرَامًا كَاتِبِينَ يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ
ثُمَّ اعْلَمُوا عِبَادَ اللّٰهِ انَّكُمْ تَغْدُونَ وَتَرُوحُونَ فِي أَجَلٍ قَدْ غُيِّبَ عَنْكُمْ عِلْمُهُ، فَإِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْقَضِيَ الْآجَالُ، وَأَنْتُمْ فِي عَمَلِ اللَّهِ فَافْعَلُوا وَلَنْ تَسْتَطِيعُوا ذٰلِكَ إِلَّا بِاللَّهِ فَسَابِقُوا فِي مُهْلِ آجَالِكُمْ قَبْلَ أَنْ تَنْقَضِيَ آجَالُكُمْ فَيَرُدَّكُمْ إِلَى سُوءِ أَعْمَالِكُمْ، فَإِنَّ قَوْمًا جَعَللُوا آجَالَهُمْ لِغَيْرِهِمْ وَنَسَوْا أَنْفُسَهُمْ فَأَنْهَاكُمْ أَنْ تَكُونُوا أَمْثَالَهُمْ فَالْوَحَا الْوَحَا، ثُمَّ النَّجَا النَّجَا، فَإِنَّ وَرَاءَكُمْ طَالِبًا حَثِيثٌ مَرُّهُ سَرِيعٌ.

“Dari 'Abdullah bin Hakim berkata: Abu Bakar r.a. berkhutbah kepada kami, setelah mengucapkan puji syukur dan sanjungan kepada Allah SWT serta shalawat kepada Nabi Muhamad SAW, lalu  dia berkata, "’ Amma ba'du,” sesungguhnya aku berwasiat kepada kalian agar kalian bertakwa kepada Allah, memanjatkan puji kepada-Nya dengan apa yang memang menjadi hak-Nya, mencampurkan antara harapan dan kecemasan, karena sesungguhnya Allah telah memuji Zakariya a.s dan keluarganya, Dia berfirman:

{..إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ}   


“…Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas, dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada kami.” (QS. Al-Anbiya’: 90)

Abu Bakar melanjutkan khutbahnya, “Wahai hamba-hamba Allah! Ketahuilah bahwa Allah telah menggantungkan hak-Nya kepada diri kalian. Dia telah mengambil perjanjian dari kalian atas hal itu. Dia membeli dari kalian yang sedikit lagi fana' dengan yang banyak lagi kekal. Ini adalah Kitabullah, cahayanya tidak akan padam, keajaiban-keajaibannya tidak pernah habis, maka manfaatkanlah cahayanya, patuhilah kitab-Nya dan ambillah cahaya darinya untuk hari kegelapan (kiamat), sesungguhnya Dia hanya menciptakan kalian untuk beribadah kepada-Nya, Dia mengutus para Malaikat Kiroman Katibin kepada kalian, mereka mengetahui apa yang kalian lakukan.”

“Kemudian ketahuilah wahai hamba-hamba Allah, kalian hilir-mudik di dunia ini pagi dan petang kepada sebuah ajal yang pengetahuannya tidak kalian ketahui. Jika kalian mampu pada saat ajal itu tiba, sedang kalian dalam kondisi beramal kepada Allah maka lakukanlah, namun kalian tidak akan pernah mampu demikian kecuali dengan pertolongan Allah, maka dari itu berlombalah mendahului ajal kalian yang masih tersisa waktunya sebelum ia habis sehingga ia mengembalikan kalian kepada perbuatan buruk kalian. Sesungguhnya suatu kaum yang menyerahkan ajal mereka kepada orang lain dan mereka melupakan diri mereka sendiri, aku melarang kalian agar kalian tidak meniru mereka. Bersegeralah, bersegeralah! selamatkan, selamatkanlah diri kalian karena di belakang kalian ada pemburu yang bergerak gesit dan urusannya pun sangat cepat (maut).”

Demikian petikan khutbah Sayyidina Abu Bakar al-Shiddiq sebagaimana disebutkan dalam Tafsir Ibn Katsir, Tafsir al-Durr al-Mantsur,  al-Tafsir al-Munir fi al-‘Aqidah wa al-Syari’ah wa al-Manhaj, Tafsir Ibn Abi Hatim, Hilyah al-Awliya’, Mustadrak a’la Shahihayn, dan kitab lainnya.

Mengenai ayat al-Qur’an sebagaimana dalam isi khutbah (QS. al-Anbiya: 90), Wahbah Al-Zuhayli dalam tafsir al-Munir menjelaskan bahwa sesungguhnya di dalam kisah Zakariya a.s. dengan putranya, Yahya a.s., terdapat ayat dan mukjizat luar biasa yang membuktikan kekuasaan Allah SWT yang absolut dan total meliputi segala sesuatu. Allah SWT memuliakannya dan memberinya sebuah kehormatan dengan kelahiran seorang putra bernama Yahya a.s. setelah memanjatkan doa dan memohon dengan tulus dan sungguh-sungguh, serta penuh etika dan kepasrahan kepada Allah SWT Hal itu terjadi ketika ia dan istrinya berusia lanjut, ditambah istrinya juga mandul belum pernah melahirkan anak ketika masih muda. 

Kemudian Allah SWT menghilangkan hal-hal yang menghalangi kehamilan serta memberikan kemampuan kepada Zakariya a.s. untuk menghamili dan membuahi. Sebab dikabulkannya doa Nabi Zakariya a.s. karena ia sama seperti para nabi lainnya, yakni senantiasa bersegera menjalankan ketaatan dan pendekatan diri kepada Allah SMT, berdoa baik di kala lapang maupun sempit, senang dan susah, dengan penuh pengharapan dan kecemasan kepada rahmat dan karunia Allah SWT, serta cemas dan takut kepada azab dan hukuman-Nya. Sebab harapan dan kecemasan adalah dua hal yang tidak terpisahkan. ( al-Tafsir al Munir, Juz. 9, h. 134-135).


Referensi:

Abu Nu’aym Ahmad bin ‘Abdullah al-Ashfahani, Hilyah al-Awliya’ wa Thabaqat alAshfiya’, (Beirut: Dar al-Kutub al’Ilmiyyah, 1988), Juz. 1, 35.

Abu Zakariyya Muhy al-Din bin Syarf al-Nawawi, Tahdzib al-Asma wa al-Lughat, (Beirut: Dar al-kutub al’Ilmiyyah, t.t), Juz. 2, 181.

Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan bin Habbatullah bin ‘Abdullah al-Syafi’i, Tarikh Madinah Dimasyq,(Beirut: Dar al-Fikr, 1995), Juz. 30, 330.

Abu ‘Abdillah Muhammad bin ‘Abdillah al-Hakim al-Naysaburi, al-Mustadrak ‘ala al-Shahihayn, (Beirut: Dar al-Kutub al’Ilmiyyah, 2009), Juz. 2, 415-416.

Ibn al-Mulaqqin, Mukhtashar Istidrak, (Riyadh, Dar al-‘Ashimah, 1994), Juz.2, 864-865.

Imam al-Din Abu al-Fida’ Isma’il bin ‘Umar bin Katsir al-Dimasyqi, Tafsir al-Qur’an al-‘Adhim, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1998),Juz. 5, 325.

Jalal al-Din al-Suyuthi, Tarikh al-Khulafa’, (Beirut: Dar Ibn Hazm, 2003), 26, 84.

______, _al-Durr al-Mantsur fi al-Tafsir al-Ma’tsur,(Beirut: Dar al-Fikr, 2011), Juz. 5, 671.

Wahbah al-Zuhayli, al-Tafsir al-Munir fi al-‘Aqidah wa al-Syari’ah wa al-Manhaj, (Damaskus: Dar al-Fikr, 2009), Jilid. 9, 133.

al-Zirkili, al-A’lam Qamus Tarajim, (Beirut: Dar al’Imi li al-Malayin, 2002), Juz. 4, 102.

Penulis adalah Nahdliyin kelahiran Cibadak Kabupaten Sukabumi


 


Hikmah Terbaru