• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Senin, 29 April 2024

Hikmah

Kenapa Allah Mengulang-ulang Kata Lailatul Qadar?

Kenapa Allah Mengulang-ulang Kata Lailatul Qadar?
Ilustrasi (NU Online)
Ilustrasi (NU Online)

Oleh Ustadz Hikmatul Luthfi

Jika diperhatikan secara saksama pada redaksi ungkapan surat Al-Qadr ayat 1-3 ini, tampak berbeda dan tidak ada bandingannya dengan ayat-ayat lain dalam keseluruhan Al-Qur'an. Hal ini menunjukkan dan memberikan faidah penguatan, penghormatan serta pengagungan akan malam lailatul qadar dimana diturunkan Kalam Allah di malam tersebut. 

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ (١)

"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan."

وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ (٢)

"Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?"

Lalu setelah ayat kedua ini, lafadz lailatul qadar diulang kembali untuk ketiga kalinya pada ayat selanjutnya, yaitu:

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ (٣)

"Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan."
(Q.S Al-Qadr [97] : 1-3)

Padahal dimungkinkan untuk langsung menyebutkan dengan kalimat:

خَيرٌ مِّن أَلفِ شَهرٍ

Tanpa menyebutkan kata lailatul qadr kembali, sebagaimana tampak dalam redaksi ayat-ayat di surat lainnya, seperti dalam surat al-Humazah:

 كَلَّا ۖلَيُنْبَذَنَّ فِي الْحُطَمَةِ (٤)

"sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah"

وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْحُطَمَةُ (٥)

"Dan tahukah kamu apa huthamah itu?"

نَارُ اللّٰهِ الْمُوقَدَةُ (٦)

"(yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan" (al-Humazah: 4-6)

Terlihat pada ayat ke enam lafadz al-huthamah tidak disebutkan kembali, tidak muncul dengan redaksi ayat:

الحُطَمةُ نارُ اللّٰه المُوقَدةُ

Namun, kata al-huthamah tidak diulang tersurat untuk ketiga kalinya pada ayat ini.

Demikian juga di dalam surat al-Thariq ayat 1-3:

وَالسَّمَاۤءِ وَالطَّارِقِۙ (١)

"Demi langit dan yang datang pada malam hari."

وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا الطَّارِقُۙ (٢)

"Dan tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu?"

النَّجْمُ الثَّاقِبُۙ (٣)

"(yaitu) bintang yang bersinar tajam,"

Lagi-lagi setelah ayat keduanya yaitu (وما ادراك ماالطَّارق) pada ayat ketiganya lafadz al-Thariq (الطارِق) tidak diulang kembali untuk ketiga kalinya, mencukupkan langsung dengan ayat (ُالنَّجمُ الثَّاقِب) tidak ditulis atau diulang kembali seperti dengan kalimat:


الطَّارقُ النَّجمُ الثاقِبُ

Lafal al-thariq tidak diulang kembali pada ayat ini.

Juga sebagaimana dalam surat al-Qari'ah Ayat 9-11:

فَاُمُّهٗ هَاوِيَةٌ  ۗ (٩)
وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا هِيَهْۗ (١٠)
نَارٌ حَامِيَةٌ (١١)

Pada ayat ke 11 nya, lafadz hawiyah tidak ditulis dan tidak diulang kembali seperti dengan redaksi ayat:

الهَاوِيةُ نارٌ حاميةٌ

Demikian juga di dalam surat al-Infithar ayat 17-19:

وَمَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الدِّينِ (17) ثُمَّ مَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الدِّينِ (18) يَوْمَ لَا تَمْلِكُ نَفْسٌ لِنَفْسٍ شَيْئًا وَالْأَمْرُ يَوْمَئِذٍ لِلَّهِ (19)

Pada ayat ke-19 lafadz yaumuddin tidak diulang kembali untuk ketiga kalinya.

Oleh karena itu, pengulangan lafal lailatul qadr di dalam surat al-Qadr adalah memberikan isyarat akan keagungan dan ketinggian posisinya di sisi Allah SWT.

Penulis adalah Nahdliyin, tinggal di Sukabumi


Hikmah Terbaru