• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Selasa, 23 April 2024

Hikmah

KOLOM BUYA HUSEIN

Kau Adalah Aku

Kau Adalah Aku
Kau Adalah Aku.
Kau Adalah Aku.

Dalam gulita malam yang hening, Qais Majnun mendengar Layla memanggil-manggil dirinya dengan suaranya yang memelas.


"Qais, Qais. Oh Qais, di manakah kau. Kemarilah sayangku".


Ia memendam rindu yang tak tertahankan. Qais Majnun mencari-cari suara memelas itu ke seluruh pelosok hutan, tempat terusir dari kampung halamannya. Dia berjalan ke pelosok hutan tanpa lelah mencari kekasihnya itu. Bila kemudian Layla tak dijumpai di sana, ia nekad bergegas datang ke arah rumah Layla.


Ia memberanikan diri dengan menerima seluruh risiko yang akan terjadi, termasuk resiko kematian. Ia juga tak lagi peduli dengan tubuhnya yang kotor dan berbau tak sedap, serta rambutnya yang telah menjadi gimbal, atau gembel dengan bau yang menyengat. Bila malam kemudian menjelang, ia segera menyalakan kayu. Dan dengan obor kayu di tangan. Ia menyusuri jalan-jalan setapak dan terus berjalan menuju rumah Layla. 


Layla yang sendiri di dalam kamar rumahnya merasa kekasihnya akan datang. Ia terus menyebut nama Majnun dalam rintihan yang memelas. Ia lalu mengintip ke luar. Dadanya bergemuruh keras dan berdegup-degup kencang. Saat matanya melihat Majnun di depan halaman rumahnya sambil memegang obor kayu dengan api yang menyala-nyala. Layla segera membuka pintu. Kini dia tak takut lagi kepada ayahnya bila nantinya mengetahui pertemuan itu. Dia sudah siap menerima hukuman apapun. Kerinduan pada Qais Majnun meliputi seluruh jiwanya.


Saat bertemu mata Majnun tak berpaling dari mata Layla. Mata Layla juga terus menatap mata Qais. Api kayu bakar menjalari tangan Majnun. Tetapi majnun tak merasakannya. Dirinya telah hilang dalam Layla.


Masih dalam saling menatap, Lyla seperti tak percaya kekasihnya datang, lalu bertanya untuk meyakinkan dirinya:


“Qais?. Kamu Qais?”, "kau Qais?". Majnun berteriak keras.


Suaranya mengguncang dedaunan pohon di sekitarnya: “Bukan. Aku Layla”.  “Aku bukan Qais. Aku Layla. Aku Layla!”. “Aku adalah Kau”. Qais mengalami ekstasi : “Hulul”, “Ittihad” dan “Fana” (hilang bentuk, lebur). Hatinya larut menyatu di dalam hati Layla. 


Ruhmu bercampur ruhku
Bagai perasan anggur bercampur air bening
Bila sesuatu menyentuhmu
Ia menyentuhku
Kau adalah aku


KH Husein Muhammad, salah seorang Mustasyar PBNU


Hikmah Terbaru