Hikmah

Inspirasi Rumah Tangga Harmonis: Hikmah dari Kehidupan Rasulullah

Kamis, 21 November 2024 | 11:00 WIB

Inspirasi Rumah Tangga Harmonis: Hikmah dari Kehidupan Rasulullah

Keluarga Harmonis. (Ilustrasi: NU Online/freepik)

Bandung, NU Online Jabar
Menciptakan suasana tentram, aman, dan damai dalam rumah tangga merupakan impian setiap pasangan suami-istri, baik yang baru menikah maupun yang telah lama menjalani kehidupan bersama. Namun, kenyataannya, banyak pasangan yang masih bingung dan kesulitan mewujudkan impian tersebut.


Fenomena ini tercermin dari meningkatnya kasus kriminal dalam lingkup keluarga. Kekerasan fisik, intimidasi, hingga kekerasan psikis menjadi persoalan serius yang kerap mencoreng keharmonisan rumah tangga.


Islam menghadirkan Rasulullah Muhammad saw. sebagai teladan utama dalam membina kehidupan rumah tangga yang harmonis. Dalam setiap kisah perjalanan hidup beliau bersama para istri, tersimpan hikmah yang dapat menjadi panduan bagi pasangan suami-istri untuk membangun hubungan sesuai tuntunan agama.


Sebab itu, siapa saja yang memiliki impian untuk menciptakan suasana harmonis dalam rumah tangga, hendaknya memperhatikan perjalanan keluarga Rasulullah saw dengan istri-istrinya. Mengutip tulisan Ustadz Muhaimin Yasin pada laman NU Online, berikut tiga tips kunci membangun rumah tangga harmonis ala Rasulullah saw:


1. Mengelola Perasaan Istri
Rasulullah saw dikenal sebagai suami ideal yang pandai memperlakukan istri-istrinya dengan kasih sayang dan kelembutan. Salah satu teladan yang beliau tunjukkan adalah kemampuannya dalam menjaga dan mengelola perasaan istri-istrinya agar tetap stabil.


Dalam sebuah kisah, Shafiyah binti Huyai, salah seorang istri Nabi saw, pernah merasa sedih akibat perkataan Hafsah binti Umar, istri Nabi lainnya, yang menyebut Shafiyah sebagai keturunan Yahudi. Ucapan ini membuat Shafiyah menangis.


Mengetahui hal itu, Rasulullah saw segera menunjukkan kepekaan dan perhatian. Beliau pertama-tama mengonfirmasi perasaan Shafiyah dengan bertanya apa yang membuatnya menangis. Setelahnya, beliau memberikan pujian kepada Shafiyah untuk menenangkan perasaannya. Sikap empati ini menunjukkan bagaimana Rasulullah saw menghargai emosi istrinya dan berupaya menjaga keharmonisan rumah tangga.
Sebagaimana kisah ini diriwayatkan Anas bin Malik:

 

   عَنْ ‌أَنَسٍ قَالَ: بَلَغَ صَفِيَّةَ، أَنَّ حَفْصَةَ قَالَتْ: بِنْتُ يَهُودِيٍّ، فَبَكَتْ فَدَخَلَ عَلَيْهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهِيَ تَبْكِي، فَقَالَ: مَا يُبْكِيكِ؟ فَقَالَتْ: ‌قَالَتْ ‌لِي ‌حَفْصَةُ: ‌إِنِّي ‌بِنْتُ ‌يَهُودِيٍّ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وَإِنَّكِ لَابْنَةُ نَبِيٍّ، وَإِنَّ عَمَّكِ لَنَبِيٌّ، وَإِنَّكِ لَتَحْتَ نَبِيٍّ، فَفِيمَ تَفْخَرُ عَلَيْكِ؟ ثُمَّ قَالَ: اتَّقِي اللهَ يَا حَفْصَةُ   


Artinya, "Dari Anas bin Malik, dia berkata: 'Telah sampai berita kepada Shafiyah,bahwa Hafsah berkata, kalau dirinya (Shafiyah) adalah keturunan Yahudi. Lalu Shafiyah menangis. Lantas ketika itu, Nabi Muhammad saw masuk ke rumahnya dan mendapati Shafiyah sedang menangis.   


Rasulullah saw bertanya kepadanya, 'Apa gerangan yang membuat engkau menangis?' Shafiyah menjawab, “Hafsah berkata kepadaku, bahwa aku ini adalah keturunan orang Yahudi.' 


Kemudian Rasulullah berkata, 'Sungguh engkau ini adalah keturunan nabi, pamanmu nabi dan bahkan engkau istri nabi. Lalu mengapa engkau tidak gembira dengan hal ini?'” (HR At-Tirmidzi).   


Dari kejadian ini dapat disimpulkan, Rasulullah saw mampu mengelola mood istrinya yang semula dirinya merasa direndahkan, menjadi merasa dimuliakan. Sekalipun sebetulnya Shafiyah merupakan keturunan Yahudi asli.   


2. Membantu Istri dalam Pekerjaan
Rasulullah saw adalah sosok yang sangat sibuk. Beliau bertanggung jawab mengurusi kepentingan banyak orang, mulai dari berdakwah, melayani kebutuhan umat, hingga menjalankan peran sebagai pemimpin negara.


Meski demikian, beliau tidak pernah mengabaikan tanggung jawab di rumah. Rasulullah saw senantiasa membantu istrinya dalam mengurus pekerjaan domestik. Sikap ini mencerminkan kerja sama dan saling mendukung dalam rumah tangga, yang menjadi fondasi penting bagi kehidupan keluarga yang harmonis.


    عَنِ ‌الْأَسْوَدِ قَالَ: سَأَلْتُ عَائِشَةَ، مَا كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‌يَصْنَعُ ‌فِي ‌أَهْلِهِ قَالَتْ: كَانَ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ، فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلَاةُ قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ   


Artinya, "Dari Al-Aswad, ia berkata: 'Aku bertanya kepada Aisyah, apakah Nabi Muhammad saw ikut bekerja sama dalam hal urusan rumah?' Aisyah menjawab: 'Nabi Muhammad membantu juga dalam pekerjaan rumah. Apabila telah datang waktu sholat, beliau bergegas melaksanakannya'." (HR Al-Bukhari).   


Ibnu Batthal menjelaskan, perkataan Aisyah pada redaksi hadits menandakan bahwa Rasulullah saw senantiasa melakukan pekerjaan rumah kapan saja dibutuhkan. (Syarhu Shahihil Bukhari, [Riyadh, Maktabah Ar-Rasyd: 2003], jilid IX, halaman 235).   


3. Selalu Berdiskusi bersama Istri 
Untuk menjaga keluarga tetap harmonis, seorang suami tidak boleh membawa perasaan gundah, marah dan jengkel akibat problem di luar keluarga, masuk ke dalam urusan rumah tangga.    


Misalnya, seorang suami punya masalah kerjaan yang tidak kunjung selesai di kantor, urusan dagangan yang belum kunjung terjual, ketemu rekan kerja yang toxic dan lain sebagainya, dengan menggerutu serta tidak menampilkan kesan yang kurang baik di hadapan istri, sikap seperti ini dapat berpengaruh merusak keharmonisan rumah tangga.    


Alangkah baiknya, jika suami dalam kondisi seperti itu menceritakan semua masalahnya kepada istri, lalu mengajak istri berdiskusi untuk memecahkannya atau sekedar menjadi penenang, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw.    

Suatu ketika Nabi Muhammad saw dalam keadaan terdesak pada peristiwa terjadinya perjanjian Hudaibiyah. Waktu itu, para sahabat dan Rasulullah gagal melaksanakan haji karena dihalangi oleh kaum kafir Quraisy.   


Sebagai ganti perjalanan haji yang terhalang tersebut, Rasulullah saw memerintahkan para sahabat untuk menggundul rambut kepala dan menyembelih hewan kurban mereka. Akan tetapi perintah itu tidak diindahkan oleh para sahabat, walaupun intruksinya sampai berkali-kali.   


Sebab itu, Rasulullah saw kembali ke tendanya dan menceritakan masalah yang beliau hadapi kepada istrinya, Ummu Salamah. Sampai beliau diberikan solusi bagaimana cara supaya para sahabat mematuhi apa yang disampaikan oleh Rasulullah. Dengan solusi tersebut para sahabat menjadi kembali menaati Rasulullah.     


Hal ini dikisahkan dalam hadits Nabi Muhammad saw: 


  فَلَمَّا فَرَغَ مِنْ قَضِيَّةِ الْكِتَابِ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَصْحَابِهِ: (قُومُوا ‌فَانْحَرُوا ‌ثُمَّ ‌احْلِقُوا). قَالَ: فَوَاللَّهِ مَا قَامَ مِنْهُمْ رَجُلٌ حَتَّى قَالَ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، فَلَمَّا لَمْ يَقُمْ مِنْهُمْ أَحَدٌ دَخَلَ عَلَى أُمِّ سَلَمَةَ، فَذَكَرَ لَهَا مَا لَقِيَ مِنَ الناس، فقالت أم سلمة: يانبي الله، أتحب ذلك، اخرج لَا تُكَلِّمْ أَحَدًا مِنْهُمْ كَلِمَةً، حَتَّى تَنْحَرَ بدنك، وتدعو حالقك فيلحقك. فَخَرَجَ فَلَمْ يُكَلِّمْ أَحَدًا مِنْهُمْ حَتَّى فَعَلَ ذَلِكَ، نَحَرَ بُدْنَهُ، وَدَعَا حَالِقَهُ فَحَلَقَهُ، فَلَمَّا رَأَوْا ذَلِكَ قَامُوا فَنَحَرُوا وَجَعَلَ بَعْضُهُمْ يَحْلِقُ بعضا   


Artinya, "Tatkala selesai penulisan poin-poin perjanjian (Hudaibiyah), Rasulullah saw bersabda kepada para sahabatnya, 'Bangunlah, sembelihlah hewan-hewan kurban dan kemudian cukurlah rambut-rambut kalian.'    


Seseorang berkata, 'Demi Allah, tidak satu laki-laki pun dari para sahabat yang bangun melaksanakan perintah, sampai Rasulullah mengulang intruksi tersebut tiga kali.'   


Ketika tidak seorangpun melaksanakan perintah tersebut dari kalangan para sahabat, Rasulullah saw pergi menjumpai Ummu Salamah, lalu menceritakan masalah yang dihadapinya.   


Ummu Salamah berkata, “Wahai Nabi Allah, apakah engkau menghendaki hal tersebut? Maka keluarlah dan jangan engkau bicara sepatah kata pun. Sampai engkau menyembelih hewan kurbanmu dan memanggil tukang cukurmu untuk mencukur kamu.”      


Lalu Rasulullah saw pun keluar tanpa berbicara dengan siapa pun di antara para sahabat, sampai beliau melakukan apa yang dikatakan oleh Ummu Salamah. Menyembelih hewan dan memanggil tukang cukur untuk mencukur rambutnya. Melihat hal tersebut, para sahabat pun mengikuti apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw. Mereka menyembelih dan saling cukur, satu sama lain." (HR Al-Bukhari).   


Demikian tiga kunci keharmonisan rumah tangga ala Rasulullah saw. Hal ini membuat cinta dan kasih sayang dalam keluarga beliau senantiasa terawat sampai akhir hayat. Wallahu a’lam