Hikmah

Maksiat Hati yang Mengikis Pahala Ibadah

Rabu, 13 November 2024 | 11:00 WIB

Maksiat Hati yang Mengikis Pahala Ibadah

Tobat Maksiat (Foto: NU Online/Freepik)

Bandung, NU Online Jabar
Setiap anggota tubuh kita memiliki bentuk-bentuk kemaksiatannya sendiri. Mulai dari tangan, kaki, mata, telinga, hingga hati. Namun, di antara semua itu, kemaksiatan hati termasuk yang paling merugikan. Hal ini karena kemaksiatan hati bersifat tersembunyi, sulit dikenali, dan lebih sulit diobati.


Oleh sebab itu, siapa pun yang hendak menata diri dari segala bentuk kemaksiatan anggota tubuh, sebaiknya terlebih dahulu menata dan membersihkan hati. Kemaksiatan hati tidak hanya sulit dideteksi, tetapi juga seringkali menjadi awal dari maksiat lainnya.


Mengutip tulisan M. Tatam Wijaya, seorang Penyuluh dan Petugas KUA Sukanagara-Cianjur di laman NU Online, Syekh Abdullah ibn Hasan dalam kitab Sullam at-Taufiq menguraikan empat jenis kemaksiatan hati. Penjelasan ini diperdalam oleh Syekh Muhammad Nawawi dalam Syarah Sullam at-Taufiq, yang diterbitkan oleh Daru Ihyail-Kutub al-‘Arabiyyah, pada halaman 63-65.


Maksiat hati yang pertama adalah riya atau beramal karena ingin terlihat baik di mata orang lain. Riya digambarkan sebagai syirik kecil dalam Islam, seperti yang disebutkan dalam ayat Al-Qur'an:


فَمَن كَانَ يَرْجُواْ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَٰلِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدًۢا


Artinya: “Siapa yang mengharapkan pertemuan dengan Tuhannya hendaklah melakukan amal saleh dan tidak menjadikan apa dan siapa pun sebagai sekutu dalam beribadah kepada Tuhannya,” (QS. Al-Kahfi [18]: 118).


Untuk menghindari sifat riya, penting untuk menjaga niat murni dalam beramal. Ingat bahwa amal yang dilakukan dengan riya akan sia-sia di sisi Allah. Tidak peduli sebesar atau sekecil apa amal kita, Allah pasti melihatnya:


فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ * وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ


Artinya: “Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat biji gandum, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya,” (QS. Az-Zalzalah [99]: 7-8).


Kemaksiatan hati yang kedua adalah ujub, yaitu merasa kagum terhadap diri sendiri dan meyakini bahwa kemampuan beramal berasal dari dirinya sendiri. Rasa ujub kerap kali beriringan dengan sifat sombong dan merasa lebih baik dari orang lain, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an:


إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالًۭا فَخُورًا


Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong,” (QS. An-Nahl [16]: 23).


Nabi Muhammad saw juga memperingatkan bahaya sifat sombong dalam haditsnya:


لَا يَدْخُلُ ‌الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ


Artinya: “Tidak akan masuk surga bagi seseorang yang di dalam hatinya ada sebesar biji sawi dari sifat takabur,” (HR. Muslim).


Maksiat hati ketiga adalah hasud dan dengki. Hasud berarti tidak suka terhadap nikmat orang lain dan berharap nikmat itu hilang dari orang tersebut. Allah telah memperingatkan kita dari sifat ini:


وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللّٰهُ بِهٖ بَعْضَكُمْ عَلٰى بَعْضٍۗ


Artinya: “Janganlah kamu berangan-angan (iri hati) terhadap apa yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain,” (QS. An-Nisa [4]: 32).


Nabi saw juga mengingatkan bahaya hasud:


إِنَّ ‌الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ


Artinya: "Sesungguhnya sifat hasud dapat memakan kebaikan seperti halnya api memakan kayu bakar,” (HR. Abu Dawud).


Maksiat hati yang keempat adalah keraguan terhadap Allah dan putus asa atas rahmat-Nya. Padahal, seorang mukmin diwajibkan memiliki keyakinan kuat kepada Allah, seperti yang disebutkan dalam ayat berikut:


لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًاۗ


Artinya: “Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah Dzat yang mengampuni semua dosa,” (QS. Az-Zumar [39]: 53).


Semoga kita dijauhkan dari segala bentuk kemaksiatan hati dan diberi kemampuan untuk menjaga hati kita agar tetap bersih.