Tadi malam aku hadir di Haul Gus Dur ke 14 di rumah kelahiran sekaligus tempat peristirahatan beliau, Pesantren Tebuireng, Jombang. Banyak ulama dan tokoh yang hadir. Antara lain mbak Ning Yenny A. Wahid, Kiai Dr Mustain Syafi'i, Prof Dr Mahfud MD, Dr Nadirsyah Hossen, Wagub Jatim Dr Emil Dardak, dan lain-lain.
Pak Mahfud MD dalam testimoninya pada Haul Gus Dur ke 14 di Tebuireng, Jombang antara lain mengatakan pada zaman modern ini ada empat orang pemimpin yang kematiannya ditangisi dan diantar oleh jutaan manusia di jalan-jalan. Mereka adalah Mahatma GandhiGandhi (30.01.1948), John F. Kennedy (22.11.63) Ayatullah Khomeini (3.06.1989) dan Gus Dur (30.12.2009).
Baca Juga
Haul Gus Dur: Belajar Dari Kuburan
Lalu aku bilang kepada teman : sebelum zaman modern ada tokoh besar lain yang melegenda : Maulana Jalaluddin Rumi (1273 M).
Gus Dur mengembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, pada Rabu (30/12/2009), pukul 18.45 WIB. Sementara Maulana Rumi wafat tgl 17 desember 1273 M di Konya, Anatolia, Turki.
Kematian dua tokoh besar dunia kemanusiaan itu membuat manusia tanpa sekat-sekat identitas primordial dan agama/keyakinan menangis tersedu-sedu dan berduka berbulan-bulan. Bahkan burung-burung dan bunga-bunga musim semi menyimpan pilu yang mendalam dan rindu dendam yang menusuk-nusuk kalbu.
Suara-suara : Duh Gus Dur, duh Gus Dur, oh Gus Dur. Ya Maulana, ya Maulana, oh Maulana
Menebar di mana-mana dalam nada-nada pilu
Dan bola mata-bola mata mengembang embun lalu menetes satu satu.
Kiai Abdul Hakim, pengasuh pesantren Tebuireng, mengatakan bahwa orang-orang yang ziarah ke makam GD bukan hanya orang-orang Islam, tetapi juga dari umat agama lain : Hindu, Budha, Katolik, Kristen dll. Mereka berdoa untuk GD dengan caranya masing-masing. Dan berlangsung aman dan damai.
Baca Juga
Kisah Abah Anom dan Kapten Sakti
Pada setiap acara peringatan haul tiba, kerinduan ribuan bahkan jutaan manusia kepada kedua kekasih Tuhan itu mencekam dan menggamit relung jiwa. Mereka berbondong-bondong menuju rumah peristirahatan abadi mereka.
Suara-suara : Duh Gus Dur, duh Gus Dur, oh Gus Dur. Ya Maulana, ya Maulana, oh Maulanaâââââââ
Menebar di mana-mana dalam nada-nada pilu
Dan bola mata-bola mata mengembang embun lalu menetes satu satu.
KH Husein Muhammad, salah seorang Mustasyar PBNU
Terpopuler
1
Memahami Makna Hari Arafah, Hari Kedua Puncak Ibadah Haji
2
Khutbah Jumat Dzulhijjah: Makna Syukur dan Ketakwaan dalam Kurban
3
Dari Takbir hingga Shalat Ied, Berikut 7 Amalan Lengkap pada Hari Raya Idul Adha
4
Jelang Timnas Indonesia Hadapi China di Kualifikasi Piala Dunia 2026, Patrick Kluivert Usung Optimisme Tinggi
5
PCNU Kota Bogor Dukung Program Barak Militer Siswa, Asal Libatkan Ulama dan Nilai Keagamaan
6
Ketua PCNU Pangandaran Ajak Umat Maknai Idul Adha dengan Kepedulian Sosial
Terkini
Lihat Semua