Hikmah KOLOM NADIRSYAH HOSEN

Dari Allah kepada Manusia: Pesan yang Menggetarkan Jiwa

Rabu, 11 Desember 2024 | 10:27 WIB

Dari Allah kepada Manusia: Pesan yang Menggetarkan Jiwa

Manusia. (Ilustrasi; freepik.com).

Pernahkah kita merenungi bagaimana Al-Quran dimulai dan diakhiri? Ia membuka dirinya dengan kalimat agung: “Bismillahirrahmanirrahim”, dengan nama Allah, yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Dalam lafaz ini, kita diajak untuk menengadah, mengingat bahwa di balik setiap langkah kita ada Allah, sumber cinta dan harapan. Namun, Al-Quran menutup dirinya dengan surah An-Nas, yang berbicara tentang manusia: kelemahan, ketakutannya, dan perlindungannya kepada Allah. Seolah-olah kitab ini ingin membisikkan bahwa semua pencarian kita—dari awal hingga akhir—bermuara pada Allah, namun berakar pada keberadaan kita sebagai manusia.


Lihatlah juga shalat, ibadah yang menjadi napas seorang mukmin. Kita memulainya dengan kalimat “Allahu Akbar”—Allah Maha Besar. Kalimat ini adalah seruan untuk meninggalkan dunia sejenak, mengangkat hati menuju kebesaran-Nya, dan membebaskan diri dari belenggu ego. Tetapi shalat tidak berhenti dalam keheningan. Ia diakhiri dengan ucapan lembut: “Assalamu ’alaikum wa rahmatullah.” Salam ini bukan hanya ritual, melainkan sapaan kasih kepada manusia di kanan dan kiri, pengingat bahwa ibadah kepada Allah harus melahirkan kebaikan bagi sesama.


Adakah yang lebih indah dari pola ini? Dari Allah menuju manusia. Dari pengagungan Sang Pencipta menuju penghormatan kepada ciptaan-Nya.


Seakan-akan Al-Quran dan shalat ingin mengatakan: “Jangan hanya datang kepada Allah tanpa mempedulikan manusia. Dan jangan sibuk dengan manusia tanpa mengingat Allah.” Pesan ini menggetarkan hati—bahwa hidup adalah tarikan napas antara langit dan bumi, antara kesadaran akan Yang Maha Tinggi dan tanggung jawab kepada sesama.


Di setiap langkah kita, pesan ini bergema. Memulai dengan Allah dan mengakhiri dengan manusia berarti menjalani hidup penuh keseimbangan. Ibadah bukanlah pelarian dari dunia, melainkan bekal untuk kembali ke dunia dengan hati yang lebih lembut, tangan yang lebih siap memberi, dan jiwa yang lebih penuh cinta.


Itu sebabnya saat kita letakkan kasih sayang Allah di tangan kita berdua, betapa dahsyatnya ketika jemari kita saling menggenggam, kasih.


KH Nadirsyah HosenDosen di Melbourne Law School, the University of Melbourne Australia