Tanamkan Nilai Toleransi, MA Al-Mubarokah Cirebon Bekali Siswa Baru dengan Moderasi Beragama
Rabu, 16 Juli 2025 | 19:39 WIB
Cirebon, NU Online Jabar
Madrasah Aliyah (MA) Al-Mubarokah Karangmangu, Kabupaten Cirebon, membekali para siswa baru dengan materi moderasi beragama dalam kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), Rabu (16/7/2025).
Mengusung tema Moderasi Beragama, Jalan Tengah dalam Berislam di Lingkungan Sekolah, kegiatan ini menghadirkan Fasfah Sofhal Jamil sebagai pemateri. Ia menegaskan bahwa moderasi beragama bukan sekadar wacana, melainkan kebutuhan mendesak di tengah meningkatnya potensi intoleransi di kalangan pelajar.
"Ayat ini menyebutkan bahwa umat Islam ditakdirkan sebagai ummatan wasathan atau umat yang moderat. Ini bukan soal pilihan, tapi kewajiban kita sebagai generasi penerus Islam untuk tampil menjadi saksi kebaikan di tengah masyarakat,” ujarnya mengutip QS. Al-Baqarah: 143.
Sofhal mengilustrasikan makna moderasi lewat berbagai contoh keseharian. Salah satunya, sikap hemat sebagai jalan tengah antara kikir dan boros.
"Hemat bukan berarti pelit, dan boros bukan berarti dermawan. Moderasi mengajarkan kita untuk bersikap bijak dan proporsional," jelasnya.
Ia menekankan bahwa moderasi beragama bukan berarti lemah atau tak punya prinsip. Justru sebaliknya, sikap ini menuntut ketegasan dalam akidah dan kelembutan dalam pendekatan.
“Moderasi bukan zona abu-abu. Ia adalah jalan terang: kokoh dalam keyakinan, santun dalam menyampaikan,” tegasnya.
Dalam konteks madrasah, ia menyebut moderasi beragama harus menjadi ruh dalam setiap aktivitas siswa. Sofhal memaparkan lima pilar utama yang bisa diterapkan langsung di lingkungan sekolah:
Tawassuth
Menolak ekstremisme dan merasa paling benar, serta menghargai perbedaan dalam berislam.
Tasamuh
Toleransi terhadap perbedaan, baik antaragama maupun antarmazhab dalam Islam.
Tawazun
Menyeimbangkan antara urusan dunia dan akhirat. “Salat jalan, belajar pun semangat,” ujarnya.
I’tidal
Sikap adil dan objektif dalam bersikap serta tidak berpihak hanya karena faktor kelompok atau golongan.
Syura dan Ikhtilaf bil Hikmah
Mengutamakan musyawarah dalam menyikapi perbedaan pendapat secara bijak dan tidak emosional.
“Kalau tidak belajar musyawarah dari sekarang, lantas kapan kita mampu membangun masyarakat yang dewasa?” tanyanya kepada para siswa.
Sofhal juga mengajak siswa meneladani Rasulullah Saw sebagai sosok moderat yang penuh kasih. Rasul, katanya, hidup berdampingan dengan pemeluk agama lain, menyusun Piagam Madinah sebagai simbol pluralisme, dan berdakwah tanpa paksaan.
“Banyak hati yang luluh bukan karena kerasnya argumen, tapi karena lembutnya pendekatan Rasulullah,” ucapnya.
Mengakhiri materinya, Sofhal berpesan agar siswa menjadi generasi madrasah yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga berakhlak mulia.
“Jadilah pelajar yang tegas tanpa kasar, santun tanpa lemah, dan yakin tanpa fanatik,” pungkasnya.
Terpopuler
1
Waketum PBNU KH Zulfa Mustofa Dijadwalkan Isi Pengajian Akbar di Pesantren Al-Ittihad Cianjur
2
Sambut Tahun Ajaran Baru, Sebanyak 250 Peserta Didik MTs Ma'arif Cikeruh Ikuti Gelaran Matsama
3
40 Jamaah Masih Dirawat di Arab Saudi, Ini Daftar Kontak Tim Penghubung
4
Khutbah Jumat: Ilmu dan Amal, Dua Pilar Meraih Keberkahan Hidup di Dunia dan Akhirat
5
PWNU Terima Kunjungan Kapolda Jabar, Sambut Hangat Program Sosial dan Ketahanan Pangan
6
KH Aziz Dorong MWCNU Pangenan Terus Giatkan Dakwah dan Jaga Aswaja
Terkini
Lihat Semua