Catatan Perjalanan (13): Tetap Sabar dan Berakhlak dalam Perjalanan
Ahad, 12 Mei 2024 | 08:21 WIB
Hasemi Fauziah
Kontributor
Rasulullah Muhammad SAW pernah bersabda:
السَّفَرُ قِطْعَةٌ مِنَ الْعَذَابِ ...
"Safar (bepergian) itu bagian dari azab," (HR.Bukhori Muslim)
Tentu saja teks hadits tersebut tidak dapat diartikan bahwa (setiap) perjalanan adalah "azab", lebih-lebih jika perjalanan itu untuk urusan ibadah.
Dalam lanjutan teks hadits tersebut dijelaskan bahwa seseorang yang melakukan perjalanan akan "tersiksa" (terganggu) makan, minum, dan tidurnya.
يَمْنَعُ أَحَدَكُمْ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَنَوْمَهُ
Kita dapat lebih memahami hadits tersebut jika dikaitkan dengan konteks zamannya waktu itu bahwa setiap perjalanan ditempuh dengan berjalan kaki atau menaiki unta, melewati padang pasir, mendaki bukit dan gunung, di bawah sengatan panas matahari dan gigitan dinginnya malam.
Berbagai kendala dan kesulitan yang kita hadapi selama perjalanan ibadah Umroh, tidaklah "seberapa" dibanding perjalanan Nabi Muhammad SAW dan para sahabat kala itu.
Maka--jika ada kendala dan masalah, bersabarlah. Hadapi setiap kendala dan masalah dengan tenang, tidak emosional, dan tidak saling menyalahkan. Yakinlah bahwa setiap ada kesulitan, akan ditemukan banyak kemudahan. Sebagaimana janji Allah SWT dalam Surah al-Insyiroh:
فَإِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا. إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا
"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,".
Sikap seorang muslim ketika menghadapi kesulitan dan masalah adalah saling menasihati dalam kesabaran dan kasih sayang (QS Al-Balad 17)
Ibnu Qudamah al-Maqdisi, seorang Ulama bijak pernah mengingatkan:
السفر يكشف معادن الناس ويظهر أخلاق الرجال
Sebuah perjalanan itu menyingkap sifat asli manusia dan menampakkan akhlak seseorang.
وإنما سمى السفر سفراً، أنه يسفر عن الأخلاق ...
Sesungguhnya perjalanan dikatakan safar (as-safaru)–safran karena perjalanan akan “menampakkan" perilaku (akhlak) seseorang.
ومن كان في السفر آذى هو مظنة الضجر حِسنَ الخلق، كان في الحضر أحسن خلقاً .وقد قيل : إذا أثنى على الرجل معاملوه في الحضر ورفقاؤه في السفر فلا تشكوا في صلاحه .
Barangsiapa ketika sedang melakukan perjalanan mengalami kesusahan dan keletihan, namun ia tetap berakhlak baik, maka ketika dia sedang tidak melakukan perjalanan, (dipastikan) ia juga berakhak baik. Sehingga dikatakan, jika seseorang dipuji perilakunya ketika tidak melakukan perjalanan dan dipuji perilakunya oleh para teman seperjalanan, maka janganlah diragukan kebaikannya.
Dus, sebuah perjalanan sejatinya adalah ujian dan pembuktian. Apakah dia penyabar dan berakhlak baik, atau sebaliknya.
Maka, tidaklah mengherankan jika--dalam suatu riwayat diceritakan, ketika seseorang "merekomendasikan" temannya kepada Sahabat Umar Ibn Khattab RA untuk memegang jabatan tertentu, sahabat Umar Ibn Khattan RA akan menyelidik dengan memberikan pertanyaan antara lain:
هل سافرت معه ؟
وإن قال لا , فقال لا علم لك به...
"apakah engkau pernah melakukan perjalanan bersamanya? Jika jawabannya "belum pernah', maka Sahabat Umar akan mengatakan: "engkau belum tahu banyak tentang orang itu".
Wallahu'alam..
Makkah - Cairo, 27 Syawwal 1445, 06 Mei 2024
KH Tatang Astarudin, Pimpinan Pondok Pesantren Mahasiswa Universal, Kota Bandung
Terpopuler
1
Amalan-Amalan di Malam Nisfu Syaban
2
Malam Ini Nisfu Syaban: Laporan Amal Manusia Diserahkan, Dosa Ini Tidak Diampuni
3
Khutbah Jumat Terbaru: Tiga Persiapan di Bulan Sya'ban Menyambut Bulan Suci Ramadhan
4
Nisfu Syaban: Hari Raya Malaikat Sibuk Merekap Amal Manusia
5
Urgensi Pemotongan Anggaran Kementerian/Lembaga di Pemerintah
6
Tangkal Abrasi! GP Ansor Indramayu Tanam 1.020 Mangrove di Pesisir Pantai Banji Krangkeng
Terkini
Lihat Semua