• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Senin, 20 Mei 2024

Hikmah

Catatan Perjalanan (12): Thawaf Wada', 'Pamitan' untuk 'Kembali'

Catatan Perjalanan (12): Thawaf Wada', 'Pamitan' untuk 'Kembali'
(Ilustrasi: NU Online Jabar).
(Ilustrasi: NU Online Jabar).

Thawaf Wada' adalah  thawaf 'perpisahan' yang dilakukan setelah melaksanakan seluruh rangkaian ibadah haji/umroh (al-'ahd) dan akan meninggalkan kota Makkah. 


Menurut jumhur (mayoritas) ulama, thawaf wada' bagi jamaah haji hukumnya 'wajib';  bagi jamaah Umroh, sebagian ulama menghukumi 'afdholiyyah' atau keutamaan (saja), dan terdapat 'keringanan' (kekecualian) bagi perempuan yang sedang Haid, sebagaimana dijelaskan dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas. 


عَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: { أُمِرَ اَلنَّاسُ أَنْ يَكُونَ آخِرَ عَهْدِهِمْ بِالْبَيْتِ, إِلَّاأَنَّهُ خَفَّفَ عَنِ الْحَائِضِ -- مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ


Artinya: "Dari Ibnu ‘Abbas RA, ia berkata, “Orang-orang diperintahkan agar akhir dari ibadah ('ahd, haji) mereka adalah thawaf di Baitullah (thawaf wada'), tetapi diberikan keringanan bagi wanita haidh.” (Muttafaq ‘alaih). 


Sebagian ulama dan 'orang tua' di Indonesia berpendapat bahwa pada thawaf wada' melekat dimensi 'adab'--bukan hanya urusan soal fiqh--, ibarat seorang yang selesai 'bertamu' tentu saja sangat 'elok' dan 'beradab' jika tamu berpamitan kepada 'Tuan Rumah'.


Terlepas dari perbedaan pendapat hukumnya, banyak jamaah haji maupun umroh yang memiliki "kesan" tersendiri ketika melaksanakan thawaf wada'. 


Kesan khusus itu antara lain bersumber dari untaian doa yang lazim dipanjatkan oleh para jamaah, diantaranya:


يا رَدَّادُ ارْدُدْنِى إِلىَ بَيْتِكَ هَذا وَارْزُقْنِىَ العَوْدَ ثُمَّ العَوْدَ كَرَّاتٍ بَعْدَ مَرَّاتٍ تائِبُوْنَ عاَبِدُوْنَ ساَئِحُوْنَ لِرَبِّناَ حامِدُوْنَ


"... Wahai Zat Yang Maha Kuasa Mengembalikan, kembalikanlah aku ke RumahMu ini dan berilah aku rizqi (kesempatan) untuk mengulanginya (lagi) berkali-kali, dalam keadaan bertaubat, beribadah, "berlayar" menuju Tuhan kami,  sambil memuji-Nya.. "


أَللَّـهُمَّ لاَ تَجْعَلْ هَذا أَخِرَ العَهْدِ بِبَيْتِكَ الحَراَمِ وَإِنْ جَعَلْتَهُ أَخِرَ العَهْدِ فَعَوِّضْنِى عَنْهُ الجَنَّةَ بِرَحْمَتِكَ ياَ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ


"Ya Allah, jangan jadikan ini sebagai kesempatan terakhirku di Rumah-Mu. Sekiranya Engkau jadikan ini sebagai kesempatan terakhir bagiku,  maka gantilah Surga untukku, dengan Rahmat-Mu, wahai Tuhan yang Maha Pengasih dari segala yang Pengasih,". 


Para jamaah juga banyak yang memanjatkan doa dengan redaksi dan bahasa masing-masing, sesuai asa, harapan, suasana hati, dan permasalahan masing-masing. 


Siapapun, yang dengan tulus penuh penjiwaan memanjatkan doa thawaf wada', dipastikan tidak akan kuasa menahan deraian air mata, terlebih dalam suasana ketika para jamaah sedang merasakan puncaknya nikmat beribadah, pada saat yang sama harus segera meninggalkan Baitullah 


Tiba-tiba Aku teringat pada Maulana Jalaluddin Rumi yang berkata:  


“الوداع لا يقع إلا لمن يعشق بعينيه…أما ذاك الذي يحب بروحه وقلبه فلا ثمة انفصال أبدا.”


Ucapan "Selamat Berpisah" (Wada') hanya terjadi pada orang yang mencintai dengan kedua bola matanya. Sedang dia yang mencintai dengan jiwa dan hatinya, "Tak ada kata perpisahan”.


Aku malu dengan tangisan dan doa-doaku, jika thowaf wada'-ku hanya diwarnai dengan deraian air mata, sementara jiwa dan hati tidak terpaut dengan Baitullah dan Pemiliknya. 


Ya Allah bimbing hati dan jiwa kami senantiasa terpaut, dekat, dan didekatkan kepadaMu, kepada RumahMu, kepada para KekasihMu. 


Ya Allah, kalaupun kami harus meninggalkan Baitullah, izinkan kami untuk kembali dan kembali lagi ke RumahMu dengan anak cucu kerabat dan sahabat-sahabat kami. 


Kalaupun ini kesempatan terakhir kami bersimpuh di RumahMu--meskipun ibadah Umroh kami jauh dari sempurna,-- kami mohon jadikan Surga sebagai penggantinya. Aamiin.


Makkah, 27 Syawwal 1445 H. 06 Mei 2024


KH Tatang Astarudin, Pimpinan Pondok Pesantren Mahasiswa Universal, Kota Bandung


Hikmah Terbaru