Hati merupakan pemimpin, sementara anggota tubuh lainnya adalah pengikutnya. Jika kondisi hati baik, tentu anggota tubuh yang mengikutinya juga akan baik. Demikian pula sebaliknya. Walhasil, baik-buruknya perilaku seseorang bergantung pada keadaan hatinya.
Rasulullah SAW pernah bersabda:
أَلاَ وَإِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً: إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ، أَلاَ وَهِيَ القَلْبُ
Artinya, "Ingatlah bahwa dalam tubuh itu ada segumpal daging. Jika daging itu baik, maka baik pula seluruh tubuh. Jika daging itu rusak, maka rusak pula seluruh tubuh. Daging tersebut ialah hati," (HR al-Bukhari).
Dari hadits ini, dapat dipetik satu pelajaran penting bahwa hati adalah pemimpin, sedangkan anggota tubuh lainnya adalah pengikut atau prajuritnya. Jika kondisi hati selaku pemimpin baik, maka insyaAllah anggota tubuh selaku pengikutnya pun akan baik. Namun, sebaliknya jika hati tidak baik, maka tidak ada harapan anggota tubuh lain selaku pengikutnya akan baik.
Baca Juga
Mengenal 5 Tipe Anak dalam Al-Qur’an
Dengan demikian, baik-buruknya perilaku seseorang bergantung pada keadaan hati. Karena itu, siapa saja yang ingin mengubah diri serta memperbaiki tingkah laku anggota tubuhnya, maka hendaknya memulai dengan menata dan memperbaiki hati.
Bagaimana Cara Menata Hati?
Ustadz Tatam Wijaya, Penyuluh dan Petugas KUA Sukanagara-Cianjur, dalam tulisannya di NU Online memaparkan dengan jelas bagaimana cara menata hati. Ia menjelaskan dari mana harus memulai serta langkah dan upaya yang perlu dilakukan.
Menurutnya banyak ulama yang berpengalaman dalam urusan hati dan pendakian ruhani telah menjawab hal ini. Salah satunya Syekh Khalib ibn ‘Utsman ibn al-Sabt, seperti yang diungkapkannya dalam kitab Nuzhatul-Fudhalâ, halaman 607.
Namun sebelum menyebutkan upaya-upaya dimaksud, ia menekankan pentingnya niat dan itikad kuat dari hati itu sendiri untuk memperbaikinya. Sebab, mustahil suatu perubahan dan perbaikan akan tercapai tanpa itikad yang kuat.
Menurutnya, ada banyak upaya dalam menata hati. Setidaknya ada tujuh upaya penting:
1. Mujahadah atau Perjuangan Melawan Nafsu
Mujahadah dilakukan secara terus-menerus dan konsisten. Karenanya, dibutuhkan kesabaran yang luar biasa. Contohnya seperti yang dilakukan oleh seorang tabiin, Ibnu al-Munkadir. Ia pernah menuturkan, “Sampai benar-benar istiqamah, aku berusaha menahan nafsu selama empat puluh tahun.” Ungkapan ini berpesan, tatkala hati seorang hamba sudah istiqamah, maka istiqamah pula anggota tubuh dan amal perbuatannya. Sehingga godaan apa pun yang datang membisikkan hati, hati itu akan tetap tegak dalam ketaatan.
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِك
2. Mengingat Kematian, Ziarah Kubur
Mengingat kematian akan menghidupkan dan melembutkan hati kita yang keras. Maka dari itu, luangkanlah waktu untuk merenungkan kematian, berziarah kubur, dan mengantarkan jenazah. Hal ini sejalan dengan hadits Nabi SAW:
أَكْثِرُوْا ذِكْرَ هَادِمِ اللَّذاتِ
Artinya: “Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (yakni kematian)” (HR. Tirmidzi).
3. Bergaul dengan Orang-Orang Saleh yang Selalu Mengingat Allah dan Sering Memandang Wajah Mereka
Dengan memandang wajah mereka, hati kita akan terbuka dan lega. Begitu pula rasa bingung, susah, dan takut akan menghilang. Tidaklah kita melihat wajah orang-orang saleh kecuali akan menatap cahaya ketenangan dan kelapangan hati, serta mendapat sinar ketakwaan dan rasa takut pada Allah.
4. Merenungkan Keagungan Sang Pencipta
Hal ini sejalan dengan fungsi akal dan hati sebagaimana dalam Al-Qur'an:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
Artinya: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal," (QS. Ali Imran 190).
5. Melakukan Amalan Saleh dengan Berbagai Macam Jenisnya
Ibnu ‘Abbas menyatakan, “Kebaikan itu akan melahirkan cahaya bagi hati, sinar bagi wajah, kekuatan bagi badan, tambahan untuk rezeki, dan kecintaan dalam hati makhluk. Sebaliknya, keburukan hanya akan menimbulkan bekas hitam pada wajah, kegelapan dalam hati, keletihan bagi badan, kekurangan dalam rezeki, dan kemarahan dalam hati makhluk.”
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ
Artinya: “Jika seorang hamba melakukan satu dosa, niscaya akan ditorehkan di hatinya satu noda hitam,” (HR. at-Tirmidzi).
6. Menggunakan Hati Sesuai dengan Tujuan Penciptaannya
Ketahuilah, hati diciptakan untuk menjadi salah satu hamba Allah. Ia tercipta untuk menunaikan amalan-amalan yang luhur, seperti bertauhid, tafakur, tasyakur, berzikir, dan sebagainya. Namun, jika hati itu rusak maka amalan mulia itu tak akan terlaksana.
7. Berzikir dan Membaca Al-Qur'an
Banyak sekali hadits yang berbicara tentang ini. Namun, pepatah mengatakan, “Cukuplah kalung yang membelit leher.” Sulaiman al-Khawash menuturkan, “Zikir bagi hati ibarat makanan bagi tubuh. Namun, tubuh tidak akan merasakan lezatnya makanan selama tubuh tersebut sakit. Demikian halnya dengan hati. Ia tidak akan merasakan manisnya zikir selama ia sedang cinta kepada dunia.” Dan perlu diingat bahwa berzikir akan mendatangkan ketenangan hati, sebagaimana dalam Al-Qur'an:
اَلَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا وَتَطۡمَٮِٕنُّ قُلُوۡبُهُمۡ بِذِكۡرِ اللّٰهِ ؕ اَلَا بِذِكۡرِ اللّٰهِ تَطۡمَٮِٕنُّ الۡقُلُوۡبُ
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram,” (QS. Ar-Ra’du [13]: 28).
Indah sekali apa yang diungkapkan dalam sebuah syair:
Lima perkara yang menjadi penawar hati di kala keras
Hampirilah kelimanya, niscaya kau menang dan menuai kebaikan
Kosongkan perut, renungkan al-Quran, rendahkan hati di waktu malam
Lantas tahajudlah di pertengahannya
Dan siangnya bergaullah dengan orang-orang baik.
Demikianlah upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menata hati agar senantiasa baik, sehingga perilaku kita pun ikut baik. Semoga kita senantiasa diberi kekuatan untuk menjaga dan memperbaiki hati kita.
Terpopuler
1
Bangkitkan Semangat Wirausaha, Talk Show di Cirebon Ajak Perempuan Muda Jadi Pelaku Ekonomi Mandiri
2
Pelatih Timnas U-23 Panggil 30 Pemain Ikuti TC di Jakarta Jelang Asean Mandiri Cup 2025, Ini Daftarnya
3
PBNU Serukan Penghentian Perang Iran-Israel, Dorong Jalur Diplomasi
4
54 Rumah Rusak Berat, Pemerintah bersama LPBINU dan LAZISNU Jabar Gerak Cepat Serahkan Bantuan ke Korban Pergeseran Tanah di Purwakarta
5
Dalil Tentang Keutamaan Anjuran Membaca Shalawat hingga Surat Al-Kahfi di Hari Jumat
6
Koleksi Manuskrip Warisan Ulama Sunda, KH Enden Ahmad Muhibbuddin Jadi Rujukan Tim Peneliti Naskah Nusantara
Terkini
Lihat Semua