Hikmah

Mengenal 5 Tipe Anak dalam Al-Qur’an

Selasa, 30 Juli 2024 | 16:17 WIB

Mengenal 5 Tipe Anak dalam Al-Qur’an

Anak (Foto: NU Online/freepik)

Anak adalah anugerah paling indah dan berharga yang diberikan Allah SWT kepada setiap keluarga. Mereka adalah generasi penerus yang memerlukan perhatian dan pendidikan dari orang tua. Dalam Al-Qur’an, anak disebutkan memiliki lima tipe atau jenis yang tidak hanya mampu mendatangkan hal positif, tetapi juga bisa memunculkan hal negatif. Hal ini menjadi perhatian penting bagi setiap orang tua Muslim.


Allah telah menganugerahkan nikmat yang tak terhitung dalam kehidupan ini, salah satunya adalah karunia anak dalam keluarga. Sebagai amanah yang agung dari Allah, kita diingatkan untuk mendidik mereka dengan baik agar kehadiran buah hati dalam keluarga membawa kemaslahatan, bukan kemudaratan.
 

Mengutip tulisan H. Muhammad Faizin di laman NU Online, ada lima tipikal atau sifat anak yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Kelima tipikal ini bisa menjadi pengingat kita untuk mampu mengarahkan putra-putri kita menjadi generasi yang selalu diwarnai dengan kebaikan dan menjauhkan mereka dari keburukan. Terlebih di era modern ini, di mana perubahan dan dinamika kehidupan berlangsung begitu cepat, prinsip mendidik harus dikedepankan agar anak-anak kita menjadi generasi yang baik, bukan sekadar pintar.
 

1. Qurrata A’yun (Penyejuk Hati)

Tipikal anak pertama disebut sebagai “Qurrata A’yun’’, seperti yang disebutkan dalam surat Al-Furqan ayat 74:


 رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا  


“Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa” (QS al-Furqan [25]: 74).


Qurrata A’yun” adalah anak yang mampu menjadi penenang hati, penyejuk jiwa, dan kelak mampu menjadi pemimpin orang-orang yang bertakwa. Dalam Kitab Tafsir Muqatil ibn Sulaiman, Qurrata A’yun diartikan sebagai anak-anak yang saleh, taat kepada Allah, berbakti kepada orang tua, dan bermanfaat bagi sesama. Untuk mendapatkan anak semacam ini, dibutuhkan usaha sungguh-sungguh dari orang tua dalam mengasuh, mendidik, dan memberi nafkah dengan rezeki yang halal. Selain usaha lahir, doa dan ikhtiar batin juga sangat penting.


2. Perhiasan Hidup

Tipikal anak kedua adalah sebagai perhiasan, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Kahfi ayat 46:


 الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ  

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”


Dalam Tafsir Tahlili, dikatakan bahwa harta benda dan anak-anak adalah kebanggaan manusia di dunia ini. Namun, Allah menegaskan bahwa keduanya hanyalah perhiasan hidup duniawi, bukan perhiasan dan bekal untuk akhirat. Oleh karena itu, penting bagi kita menjaga agar anak sebagai perhiasan bisa senantiasa membahagiakan dan memberikan kemaslahatan di dunia dan akhirat.
 

3. Anak Sebagai Musuh


Tipikal anak ketiga bisa menjadi musuh, sebagaimana firman Allah dalam surat At-Taghabun ayat 14:


 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ  

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan, tidak memarahi, serta mengampuni (mereka), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. At-Taghabun [64]: 14).


Para ahli tafsir memaknai anak sebagai musuh adalah anak yang memusuhi orang tua dan kerabatnya, bahkan saling gugat dan menyudutkan akibat hak masing-masing tidak dipenuhi. Dengan mendidik mereka penuh kasih sayang, hati mereka akan menyatu dan selalu bersemi kasih sayang yang jauh dari permusuhan.
 

4. Anak Sebagai Fitnah atau Ujian

Tipikal anak keempat adalah sebagai fitnah atau ujian, seperti termaktub dalam Al-Qur’an surat At-Taghabun ayat 15:
 

 إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ  
 

 “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.”


Inilah tugas berat orang tua yang telah diingatkan oleh Allah. Jangan sampai anak tidak diberi perhatian yang baik sehingga menjadi sumber fitnah dan ujian bagi orang tuanya. Naudzubillah mindzalik.


5. Anak yang Menjadi Penghalang dan Melalaikan Ibadah

Tipikal anak kelima adalah mereka yang menjadi penghalang dan membuat orang tua lalai beribadah, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Munafiqun ayat 9:


 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ  


“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Siapa yang berbuat demikian, mereka itulah orang-orang yang merugi.” (QS. Al-Munafiqun: 9).


Allah mengingatkan bahwa kesibukan mengurus harta benda dan anak-anak jangan sampai membuat manusia lalai dari kewajiban kepada Allah. Terlebih harus dihindari memiliki anak yang menghalangi orang tua untuk beribadah. Sebaliknya, kita harus mencetak generasi yang cinta dengan ibadah sebagai misi utama diciptakannya manusia di dunia.