• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 29 Maret 2024

Daerah

LPBINU Jabar Latih Tim Siaga Buat Peta Kajian Risiko Bencana Berbasis Masyarakat

LPBINU Jabar Latih Tim Siaga Buat Peta Kajian Risiko Bencana Berbasis Masyarakat
LPBINU Jabar Latih Tim Siaga Buat Peta Kajian Risiko Bencana Berbasis Masyarakat. (Foto: NUJO?Dadang)
LPBINU Jabar Latih Tim Siaga Buat Peta Kajian Risiko Bencana Berbasis Masyarakat. (Foto: NUJO?Dadang)

Tasikmalaya, NU Online Jabar 
Bertempat di aula Desa Sindangjaya, Kecamatan Cikalong, Kabupaten Tasikmalaya, Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (LPBI PWNU) Jawa Barat kembali melaksanakan pelatihan kebencanaan pada Sabtu (04/05).  

 

Kegiatan yang berlangsung selama 1 hari ini diikuti oleh 60 orang peserta yang berasal dari Tim Siaga Bencana Desa Sindangjaya berjumlah 20 orang dan sisanya dari  beberapa desa yang ada di wilayah kecamatan Cikalong, dengan materi pelatihan pembuatan Peta Kajian RIsiko Bencana Berbasis Masyarakat.  

 

Pengkajian risiko bencana merupakan sebuah pendekatan untuk memperlihatkan sebuah pendekatan untuk memperlihatkan potensi dampak negatif yang mungkin timbul akibat suatu potensi bencana yang melanda. Potensi dampak negatif yang timbul dihitung berdasarkan tingkat kerentanan dan kapasitas kawasan atau daerah tersebut. Potensi dampak negatif ini dilihat dari potensi jiwa yang terpapar, kerugian harta benda, dan kerusakan lingkungan.

 

Menurut Wa Dadang sapaan akrab Ketua LPBINU Jawa Barat, para peserta dilatih membuat peta kajian risiko dengan mempergunakan metode PRA dan juga observasi lapangan. “Selain mendapatkan teori, setelah selesai pelatihan selama 10 hari para peserta diberikan waktu untuk turun ke lapangan untuk mempraktekkan ilmu/pengetahuan yang diperoleh selama pelatihan,” ujar Wa Dadang. 

 

“Para peserta akan memetakan tingkat ancaman kawasan, tingkat kerentanan kawasan yang terancam kemudian tingkat kapasitas kawasan yang terancam,” terangnya. 

 

Diharapkan dari pelatihan ini nantinya di masing masing desa akan memiliki Peta Risiko Bencana (KRB) yang memiliki data yang objektif dan akurat karena dibuat secara partisipatif dengan melibatkan masyarakat.

 

“Upaya pengkajian risiko bencana, pada dasarnya untuk menentukan 3 komponen risiko tersebut dan menyajikannya dalam bentuk spasial maupun non spasial agar mudah dimengerti. Pengkajian risiko bencana digunakan sebagai landasan penyelenggaraan penanggulangan bencana di suatu kawasan/wilayah,” jelasnya. 

 

Penyelenggaraan ini, lanjutnya, dimaksudkan untuk mengurangi risiko bencana dengan cara memperkecil ancaman kawasan, mengurangi kerentanan kawasan yang terancam, dan meningkatkan kapasitas kawasan yang terancam.

 

“Melalui pelatihan ini nantinya para peserta pelatihan ini mampu menjadi fasilitator dan motivator di daerahnya dalam upaya meningkatkan kapasitas masyarakat dalam mengelola risiko bencana,” tandasnya. 

 

Editor: Agung Gumelar


Daerah Terbaru