• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 2 Mei 2024

Daerah

Perkuat Simbol Identitas Diri dan Organisasi, PC Fatayat Garut Gelar Workshop Branding Strategy

Perkuat Simbol Identitas Diri dan Organisasi, PC Fatayat Garut Gelar Workshop Branding Strategy
Workshop Daring Branding Strategy PC Fatayat Garut (NU Online Jabar/Foto: PC Fatayat Garut)
Workshop Daring Branding Strategy PC Fatayat Garut (NU Online Jabar/Foto: PC Fatayat Garut)

Garut, NU Online Jabar
Dalam rangka peningkatan kapasitas pengurus dan anggota, PC Fatayat NU Garut menyelenggarakan Workshop Branding Strategy pada hari Sabtu, 21 November 2020 yang diikuti 40 peserta secara daring. Kegiatan workshop tersebut menghadirkan dua pembicara professional, yaitu Rosanti Utami Dewi, dosen bidang branding strategy dan public relation di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Garut, dan kedua yaitu Noviyani Nuraeni, seorang trainer CPROCOM dan Euro Management.

Brand bagi sebuah organisasi, terlebih lagi bagi organisasi sebesar Fatayat yang secara struktural berada di bawah naungan Nahdlatul Ulama (NU) sangat penting. Menurut Rosanti, selama ini NU telah memiliki reputasi yang baik sebagai organisasi terbesar di Indonesia yang mampu mengayomi dan menyikapi kemajemukan yang ada di Nusantara. Dengan demikian, Fatayat hanya perlu memperkuatnya melalui kekhasan yang dimikinya sebagai organisasi perempuan muda NU. 

Rosanti menceritakan pengalamannya ketika bekerja pada organisasi internasional dalam penanganan AIDS dan bekerjasama dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Sebagai mitra dari lembaga masyarakat yang memiliki anggota sampai level desa atau kelurahan, Ia berpendapat bahwa NU merupakan organisasi keagamaan yang moderat dan terbuka. Hal ini menurutnya menjadi salah satu brand yang melekat pada organisasi NU.

Maka dari itu, Fatayat Garut harus melihat hal unik dan khas yang dimilikinya, misalnya Fatayat yang ada di Garut barangkali berbeda dengan Fatayat cabang lain, atau organisasi lainnya. Kekhasan ini yang harus dibangun. Brand yang dikembangkan harus tercermin dari dinamika yang ada di dalam organisasi, karena namanya organisasi yang hidup pasti akan penuh dengan dinamika.

“Fatayat NU perlu memperkuat brand di bawah NU karena secara struktural berada dibawah naungan NU, sehingga Fatayat NU Garut harus mengembangkan kekhasan organisasi perempuan muda yang memiliki brand tersendiri, karena brand Fatayat NU Garut pastinya akan memiliki perbedaan dengan brand Fatayat NU dicabang lainnya,” kata Rosanti.

Lebih jauh Rosanti menjelaskan bahwa branding organisasi pada intinya adalah tentang bagaimana menciptakan hubungan yang kita inginkan dengan publik atau audiens kita untuk menumbuhkan preferensi, loyalitas, dan kepercayaan. Persepsi publik atau audiens terhadap organisasi kita dibentuk oleh setiap tindakan komunikasi dan interaksi organisasi itu sendiri.

“Setiap poin kontak adalah peluang untuk membuat kesan yang baik. Oleh karenanya, ketika kita bertindak dan berbicara atas nama organisasi, maka sudah semestinya kita memastikan diri sudah sejalan dengan visi dan misi yang dimiliki organisasi,” tegas Rosanti.

Di sinilah pentingnya, sambung Novi, pengurus maupun anggota Fatayat NU Garut memahami betul bagaimana visi maupun misi dari Fatayat sebagai bagian dari bangunan brand yang dibentuknya. Brand ini akan menjadi nyawa bagi Fatayat dalam melakukan pemberdayaan dan pengabdian kepada agama dan juga masyarakat banyak. 

“Fatayat NU Garut hendaknya melakukan segala aktifitas yang sejalan dengan visi dan misi organisasi, karena hal tersebut akan menjadikan persepsi publik  bahwa aktifitas tersebut diidentikan dengan organisasi yang diembannya,” ujarnya.

Sementara Noviyani Nuraeni, yang berprofesi sebagai MC dan trainer profesional, menjelaskan tentang personal branding yang memungkinkan individu mampu membawa diri di mana pun ia berada.  Personal branding yang kuat akan membuat khalayak mengapresiasi keberadaan kita, dan itu berdampak pada informasi yang kita sampaikan. Menurutnya jika kita berhasil mem-branding diri kita berbeda dengan orang lain, meskipun kemampuan kita sama dengan profesional lainnya, justru yang teringat dalam benak orang adalah nama kita. 

“Untuk membentuk personal branding yang baik, kita perlu melakukan tiga hal, pertama membangun kompetensi khusus, kedua membangun reputasi dan ketiga tunjukan prestasi dengan tetap menjadi diri sendiri,” tutur Noviyani

“konsistensi akan membentuk bagaimana brand kita, sehingga kita paham di mana letak keahlian kita, sebab  setiap orang memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Hal ini akan menjadikan kita memiliki kredibilitas meski bertemu dengan orang yang barangkali ada di atas kita, seperti pejabat, atasan, dan lain sebagainya,” tutup Novi. 

Pewarta: Muhammad Salim
Editor: Muhyiddin


Editor:

Daerah Terbaru