Suatu hari, aku lupa tanggalnya, manakala aku hadir dalam acara Haul Dr Soedjatmoko, Intelektual par excellence, ayah temanku Kamala Chandrakirana, di rumahnya, aku diberi hadiah beberapa buku karya beliau. Isinya semuanya mencerahkan. Di antara kata-kata bung Koko, panggilan akrab beliau, yang amat mengesankan adalah "Urip Mung Mampir Ngombe". Itu pepatah Jawa. Makna literalnya : hidup itu sekedar mampir, singgah, untuk minum".
Aku kemudian ingat sebuah hadits Nabi SAW
Seorang sahabat, suatu hari melihat Nabi tidur di atas tikar lusuh yang berkulit kasar. Tampak di punggung beliau bekas cetakan tikar itu. Hatinya berduka. Ia menawarkan kepada beliau alas tidur yang empuk dan nyaman. Katanya :
يَا رَسُولَ الله، لوِ اتَّخَذْنَا لكَ وِطَاءً، فقال: مَا لي وَللدُّنْيَا؟ مَا أَنَا في الدُّنْيَا إِلَّا كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ، ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا.
"Nabi, bagaimana jika aku ambilkan untukmu alas tidur yang halus empuk?. Nabi menjawab : " apalah artinya aku dan dunia ini. Aku di dunia ini bagaikan musafir yang sedang beristirahat di bawah pohon lalu kembali berangkat meninggalkan pohon itu".
Oh, betapa mengharukan dan indahnya kata-kata Nabi itu.
Sesudah itu setiap orang akan ditanyai apa yang sudah dikerjakannya selama hidupnya.
لا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ، وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ، وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلَاه
"Sebelum kaki seorang hamba melangkah ia akan ditanya tentang umurnya, dihabiskan/ digunakan untuk apa saja. Tentang pengetahuannya dimanfaatkan untuk apa saja. Tentang hartanya, dari mana dia peroleh dan untuk apa dia belanjakan; dan tentang tubuhnya, digunakan untuk apa ?. (HR at-Tirmidzi, ad-Darimi, al-Baihaqi).
Seorang teman bertanya : Lalu apa yang kita bawa pulang ke asal?. Aku bilang : milikmu adalah apa yang sudah kamu kerjakan dan kamu berikan. Inilah yang kamu bawa. Apa yang kamu tinggalkan: rumah, kendaraan, sawah, dll, bukan milikmu.
Aku melihat dia menunduk.
KH Husein Muhammad, salah seorang Mustasyar PBNU