Ubudiyah

Puasa: Upaya Syariat Melindungi Akal

Jumat, 7 Maret 2025 | 08:36 WIB

Puasa: Upaya Syariat Melindungi Akal

Puasa; Upaya Syariat Melindungi Akal. (Ilustrasi: freepik.com).

Ada banyak makna yang dapat diresapi seorang muslim dari ibadah puasa. Dari sederet makna itu, semuanya bermuara pada pembentukan pribadi yang taqwa. Dari kacamata maqoshid syariah, bisa kita lihat dengan jelas jika syariat puasa adalah upaya syariah melindungi akal manusia atau hifdzul aql.


Telah menjadi semacam kesepakatan di kalangan sarjana muslim, bahwa syariah hadir membawa kebaikan bagi manusia (mashlahah) di dunia dan di akhirat.


Kemaslahatan manusia adalah kelezatan jasad (ladzzah) dan kesenangan jiwa (al-faroh), sebagaimana didefinisikan Ibn Abdissalam dalam karya besarnya, Qowaidul Ahkam.


المصلحة : اللذة وأسبابها والفرح وأسبابها


Kelezatan raga maupun kesenangan jiwa didapat karena raga dan jiwa mendapati kesesuaian alami dengan objek yang ditemui.


اللذة إدراك الملائم حسيا
الفرح إدراك الملائم معنويا


Kemaslahatan manusia mencakup maslahat jiwa dan raga. Di dalam Islam, jiwa menempati posisi penting dan vital dalam struktur filsafat manusia.


Ketenangan jiwa dengan sendirinya membawa kepada ketahanan fisik. Namun ketahanan fisik tidak lantas menjadikan jiwa puas dan tenang. Mendapati makanan yang enak, fisik yang kuat dan menawan, pakaian keren, istri cantik adalah sedikit contoh kenyamanan fisik.


Adapun kenyamanan jiwa seperti mendapati kebenaran, mengakui ketidakberdayaan, menyerap pengetahuan, keimanan kepada Alloh, dan puncaknya adalah berada pada tahap Ihsan.


Maslahat terdiri dari tiga aspek utama, yakni keniscayaan atau dhoruriyyah, kebutuhan atau haajiyyah, dan keindahan atau tahsiniyyah. Diantara ketiganya, yang paling vital adalah aspek dhoruriyyah atau keniscayaan. Aspek dhoruriyyah berisi lima unsur pokok sekaligus sebagau indikator (kulliyyatul khoms).


Kelima unsur itu ialah; 1) perlindungan agama, 2) perlindungan jiwa, 3) perlindungan akal, 4) perlindungan harta, 5) perlindungan keturunan.


Perlindungan akal artinya memastikan akal manusia tetap berada pada kondisi awal yang ideal, yang memiliki kemampuan mengenali Allah dan kebenaran. Dalam perjalanannya, akal menghadapi berbagai rintangan dan hambatan. Hawa nafsu dan setan adalah dua rintangan akal yang serius. Dibandingkan setan, nafsu adalah musuh terbesar manusia.


أعدى عدوك نفسك التي بين جنبيك


Saat akal terhambat nafsu, gerak akal menjadi lemah karena dikendalikan nafsu. Imbasnya, akal yang semula mampu mengenali Alloh dan kebenaran menjadi sulit.


Kondisi seperti ini bukan kondisi ideal manusia. Kondisi ideal manusia ketika akal mengendalikan nafsu secara penuh. Untuk bisa mengembalikan manusia kepada kondisi semula, Islam memberi banyak solusi, salah satunya dengan menahan raga (imsak) dari makan, minum dan jimak, disamping menahan anggota badan lainnya dari maksiat.


Semakin banyak makanan yang masuk ke dalam tubuh, semakin kuat energi yang dimiliki nafsu. Begitu pula sebaliknya, semakin sedikit makanan yang masuk, semakin lemah energi nafsu.


Islam menghadirkan puasa di bulan Ramadhan maupun di luarnya tiada lain untuk menegaskan kembali peran strategis akal sebagai pemandu utama manusia mengarungi dan menata kehidupan dunia. 


Manusia takwa adalah ia yang berhasil mengendalikan nafsu. Keberhasilan manusia akan banyak ditentukan sejauh mana keberhasilan berpuasa. Keberhasilan puasa akan banyak ditentukan sejauh mana berhasil menahan nafsu makan. Wallohu a'lam


Penulis merupakan Ketua Lembaga Bahtsul Masail MWCNU Karangpawitan Garut