• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 28 April 2024

Ubudiyah

Mengenal Kitab al-Amtsilah at-Tashrifiyah: Belajar Dasar-Dasar Ilmu Sharaf

Mengenal Kitab al-Amtsilah at-Tashrifiyah: Belajar Dasar-Dasar Ilmu Sharaf
Kitab al-Amtsilah at-Tashrifiyah (Ilustrasi: AM)
Kitab al-Amtsilah at-Tashrifiyah (Ilustrasi: AM)

Ilmu nahwu dan sharaf seperti dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan, sebagaimana dikatakan dalam ungkapan populer di lingkungan pesantren. Nahwu dianggap sebagai bapak ilmu-ilmu, sementara Sharaf adalah ibunya. Seolah-olah, keduanya saling melengkapi untuk membentuk fondasi kokoh bagi pemahaman ilmu syariah, khususnya dalam membaca kitab turats berbahasa Arab.


Ilmu nahwu menjadi kunci untuk memastikan ketepatan susunan kata dalam kalimat Arab, sedangkan ilmu sharaf mempelajari perubahan bentuk kata dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Keduanya bersatu dalam keharmonisan gramatika Arab, membantu pemahaman dan penafsiran teks-teks kitab turats dengan lebih baik.


Salah satu kitab yang kerap menjadi panduan bagi pemula dalam mempelajari ilmu sharaf adalah "al-Amtsilah at-Tashrifiyah." Dikarang oleh KH Muhammad Ma’shum bin Ali pada usia 19 tahun, kitab ini menjadi pedoman awal para pelajar pemula di pesantren. KH Ma’shum, yang lahir di Maskumambang, Gresik, merupakan menantu dari Hadratussyekh KH Hasyim Asyari dan wafat pada 24 Ramadhan 1351 atau 8 Januari 1933.


Melansir NU Online, Amien Nurhakim, mahasantri Pesantren Luhur Ilmu Hadis Darussunnah, menyebutkan keistimewaan kitab ini terletak pada susunannya yang sistematis, mulai dari tsulatsi mujarrad hingga at-tashrîf al-lughawi. Kitab ini disusun dengan cara yang simpel, langsung menampilkan contoh-contoh tanpa banyak teori, menjadikannya pegangan wajib di sebagian pesantren di Indonesia. Selain itu, al-Amtsilah at-Tashrîyah juga menjadi panduan belajar ilmu sharaf dalam kancah akademi internasional.

Kitab al-Amtsilah at-Tashrifiyah
Kitab al-Amtsilah at-Tashrifiyah 


Mempelajari perpindahan bentuk kata dari satu ke lainnya dengan menggunakan kitab al-Amtsilah at-Tashrîfiyah akan memudahkan kita untuk menimbang dan melacak perubahan kata-kata lainnya yang tidak tercantum di dalam contoh-contoh kitab ini. Hanya saja, terkadang mempelajari perubahan bentuk kata dari contoh-contoh akan membuat kita agak kesulitan ketika menemukan kata yang asing bagi kita, apakah perubahannya sama dengan contoh ini, atau contoh itu. Ya, meskipun hal ini sedikit sekali terjadi.   


Meski sistematis dan memudahkan, al-Amtsilah at-Tashrîfiyah hanya memuat sedikit penjelasan, dan hal tersebut dapat dimaklumi dari judul kitab ini, al-Amtsilah at-Tasrifiyah yang jika kita artikan adalah “contoh-contoh tashrif (perubahan bentuk kata)”. Meski penjelasan-penjelasan dalam kitab ini sangat sedikit, namun lumayan mencakup bagian-bagian yang penting. Misalnya, disebutkan dalam kitab ini di bab pertama, ats-tsulâts al-mazîd:


  ينقل الثلاثي المجرد إلى وزن – فعّل – بزيادة التضعيف ١- للتعدية، نحو: فَرَّحَ زَيْدٌ عَمْرًا، فإنّ مجردَه لازم. ٢- وللدلالة على التكثير، نحو: قَطَّعَ زَيْنٌ الحَبْلَ، أي جَعَلَهُ قِطَعًا كثيرةً، ٣- ولنسبة المفعول إلى أصل الفعل، نحو: كَفَّرَ زَيْدٌ عَمْراً، أي نَسَبَهُ إِلَى الكُفْرِ، ٤- ولسلب أصل الفعل من المفعول، نحو: قَشَّرَ زَيْدٌ الرُّمَّانَ، أي نَزَعَ قِشْرَهُ، 5- ولاتخاذ الفعل من الإسم، نحو: خَيَّمَ القَوْمُ، أي ضَرَبُوا الخِيَامَ.


Banyak penerbit yang mencetak kitab al-Amtsilah at-Tashrîfiyyah, salah satu yang terkenal ialah Penerbit Salim Nabhan Surabaya, Jawa Timur, dengan warna sampulnya yang populer: kuning. Kitab al-Amtsilah at-Tashrîfiyyah yang diterbitkan Salim Nabhan Surabaya terdiri dari 60 halaman. Pada halaman pertamanya terdapat sambutan berbahasa Arab dari Menteri Agama RI KH Saifuddin Zuhri, tertanggal 25 Juni 1965.
 


Ubudiyah Terbaru