• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 25 April 2024

Tokoh

KH Shoheh Bunikasih, Ulama Sunda Murid Syekh Ibrahim Al-Baijuri, Teman Syekh Nawawi Al-Bantani

KH Shoheh Bunikasih, Ulama Sunda Murid Syekh Ibrahim Al-Baijuri, Teman Syekh Nawawi Al-Bantani
Makam KH Shoheh Bunikasih di Cianjur
Makam KH Shoheh Bunikasih di Cianjur

Di Desa Bunikasih (Warungkondang), Cianjur, Jawa Barat, ternyata terdapat makam seorang ulama besar Sunda yang hidup di abad ke-19 M, yaitu KH Shoheh bin KH Nuruddin. KH Shoheh tercatat wafat pada 24 Rajab tahun 1302 Hijri (bertepatan dengan 10 Mei 1885 Masehi).

Dalam kitab Fawa'id al-Muhtaj yang mengisahkan riwayat hidup KH Ahmad Syathibi (Mama Gentur, w. 1947 M), ulama sentral di Tatar Pasundan pada paruh pertama abad ke-20 M, disebutkan bahwa KH Syathibi Gentur pernah belajar dan menjadi santri dari KH Shoheh Bunikasih.Jarak antara Gentur (Jambudipa) dengan Bunikasih memang tidak terlalu jauh, terpaut sekitar 3 kilo meter.

Kitab Fawa'id al-Muhtaj merupakan karangan KH Dahyatullah bin KH Rahmatullah, yang tak lain adalah cucu dari KH Ahmad Syathibi Gentur.

Dikisahkan dalam kitab tersebut bahwa KH Shoheh Bunikasih adalah murid dari  syekh Ibrahim al-Baijuri (w. 1860 M), ulama besar Mesir yang pernah menjabat sebagai Grand Syekh Al-Azhar Kairo sekaligus pengarang banyak kitab-kitab rujukan, di antaranya adalah kitab Hasyiah al-Baijuri 'ala Fath al-Qarib (dalam bidang fikih atau yurisprudens), Hasyiah Tuhfah al-Murid 'ala Jauharah al-Tauhid (dalam bidang teologi), termasuk nazham (puisi) Masa'il al-Baijuri fi al-'Aqa'id (nazhaman ini yang kemudian di-syarah oleh Syekh Nawawi Banten).

KH Shoheh Bunikasih juga ternyata merupakan kawan dari  Syekh Nawawi Banten (w. 1897 M), ulama besar Makkah abad ke-19 M yang banyak menulis karya keilmuan Islam dan berasal dari Nusantara.

Informasi penting lainnya yang didapati dari kitab tersebut adalah keberadaan KH Shohehlah yang ternyata yang memotivasi Syekh Nawawi Banten untuk menulis kitab Tijan al-Darari yang merupakan syarah atau penjelasan atas teks (matan) kitab Masa'il al-Baijuri [fi al-'Aqa'id" karangan Syekh Ibrahim al-Baijuri yang merupakan guru keduanya.

Sosok yang dimaksud oleh Syekh Nawawi Banten dalam redaksi (طلب مني بعض الإخوان) "telah meminta kepadaku seorang sahabatku untuk menulis kitab Tijan al-Darari, tak lain dan tak bukan adalah KH Shoheh Bunikasih ini.

Selain KH Shoheh Bunikasih, dalam kitab itu juga disebutkan seorang ulama Priangan lainnya yang menjadi murid dari Syekh Ibrahim al-Baijuri ini, yaitu KH Adzro'i Bojong, Garut (w. ?). Sayangnya saya belum mendapatkan informasi dan data yang cukup memadai terkait sosok KH Adzro'i Bojong Garut ini.

Selain dipertalikan oleh sanad keguruan kepada Syekh Ibrahim al-Baijuri, antara Syekh Nawawi Banten, KH Adzro'i Garut, dan KH Shoheh Bunikasih, ketiganya juga dipertemukan sanad keilmuannya sebagai sama-sama murid dari Sayyid Ahmad Zaini Dahlan (w. 1886), pengarang kitab Syarah Mukhtashar Jiddan 'ala al-Ajurumiyyah sekaligus mufti mazhab Syafi'i di Makkah pada masanya. Wallahu A'lam.

Penulis: A. Ginanjar Sya'ban
Editor: Abdullah Alawi


Tokoh Terbaru