Taushiyah KOLOM KH ZAKKY MUBARAK

Santun dan Pemurah

Kamis, 1 Agustus 2024 | 10:38 WIB

Santun dan Pemurah

(Ilustrasi: NU Online).

Sebagian dari gaya hidup manusia muslim adalah santun dan pemurah, dengan sikap itu, ia akan meraih kesuksesan dalam segala kehidupannya. Sebaliknya sikap kikir atau bakhil merupakan sifat yang sangat buruk dan tercela. Sikap kikir bersumber dari jiwa yang kotor dan hati yang gelap. Dengan bersikap santun dan pemurah, maka jiwa seseorang akan menjadi bersih dan hatinya menjadi suci. Sifat kikir atau bakhil itu pasti akan hilang dari jiwa yang bersih dan hati yang suci. Sifat itu merupakan penyakit hati yang sangat buruk, namun demikian, seorang muslim tidak akan mudah melepaskan diri daripadanya, kecuali mereka yang kuat imannya dan gemar beramal shaleh.


Kegiatan seperti shalat dan zakat akan dapat memelihara perilakunya dari sikap kikir dan dari hati yang kotor. Kepada mereka yang menjaga shalatnya dengan baik dan melaksanakan zakat serta berinfaq dengan tulus, akan memperoleh kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat.


۞ اِنَّ الْاِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوْعًاۙ * اِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوْعًاۙ * وَّاِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوْعًاۙ * اِلَّا الْمُصَلِّيْنَۙ لَّذِيْنَ هُمْ عَلٰى صَلَاتِهِمْ دَاۤىِٕمُوْنَۖ * وَالَّذِيْنَ فِيْٓ اَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَّعْلُوْمٌۖ * لِّلسَّاۤىِٕلِ وَالْمَحْرُوْمِۖ


Artinya: “Sesungguhnya manusia diciptakan dengan sifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ditimpa keburukan (kesusahan), ia berkeluh kesah. Apabila mendapat kebaikan (harta), ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan salat, yang selalu setia mengerjakan salatnya, yang di dalam hartanya ada bagian tertentu. untuk orang (miskin) yang meminta-minta dan orang (miskin) yang menahan diri dari meminta-minta”. (QS. Al Ma’arij 70:19-25).


Melaksanakan zakat dan bersedekah dengan tulus, akan dapat membersihkan dan mensucikan hati seorang muslim, baik dari dosa ataupun dari sikap kikir yang sangat tercela. Zakat dan infak akan dapat mensucikan pelakunya dari dosa yang keji dan sikap bakhil yang membelenggunya.


Ambillah zakat dari harta mereka (guna) menyucikan dan membersihkan mereka, dan doakanlah mereka karena sesungguhnya doamu adalah ketenteraman bagi mereka. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. At Taubah 9:103)


Setiap orang muslim yang telah dapat menghilangkan sifat kikir, dengan memperjuangkannya secara sungguh-sungguh, mereka itulah termasuk manusia yang sukses yang akan meraih kebahagiaan baik pada masa kini, maupun pada masa yang akan datang.


“…Siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran itulah orang-orang yang beruntung”. (QS. Al Hasyr 59:9).


Pada saat seorang muslim telah memiliki sifat-sifat yang terpuji melalui usaha yang sungguh-sungguh dan Pendidikan yang terus-menerus, maka orang tersebut akan dapat mewujudkan akhlak yang mulia baik dalam perilakuknya sehari-hari maupun akhlak batiniyahnya. Dia akan mengarahkan dirinya agar sesuai dengan ajaran agama islam dan mengarahkan umat manusia secara umum agar bersikap santun, pengasih dan dermawan.


“Infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami anugerahkan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antaramu. Dia lalu berkata (sambil menyesal), “Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)-ku sedikit waktu lagi, aku akan dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang saleh.” (QS Al Munafiqun 63:10)


Ayat ini mengarahkan setiap diri manusia, agar membelanjakan dan menginfakan sebagian hartanya kepada mereka yang amat membutuhkan, ketika kita masih hidup, sebelum dijemput oleh kematian. Karena orang-orang yang telah wafat sedangkan dia belum berinfaq dan bersedekah akan sangat menyesal. Penyesalan itu tidak bisa ditebus dengan apapun karena ia telah dijemput oleh kematiannya. Sebaliknya mereka yang menginfakan hartanya di jalan Allah, bertaqwa kepada-Nya dan mengharapkan balasan yang baik di akhirat, orang itu akan memperoleh jalan keluar dari segala kesulitannya. Orang-orang yang bersikap bakhil serta angkuh, yang dengan hartanya itu dia merasa akan dapat menyelesaikan segala masalahnya, akan menyesal. Mereka akan terbelenggu dalam berbagai kesulitan dan tidak memperoleh jalan keluar dari permasalahannya.


Dalam salah satu haditsnya Rasulullah SAW menegaskan: “Bahwa sesungguhnya Allah SWT itu Maha Pemurah. Dia mencintai kemurahan, mencintai akhlak yang luhur serta memurkai akhlak yang tercela”. (HR. Bukhari Muslim)


Sikap iri pada orang lain merupakan akhlak yang sangat tercela, namun demikian ada dua macam iri hati yang diperbolehkan, bahkan kita harus bisa melaksanakannya sehingga bisa memperoleh berbagai macam Kebajikan. Nabi SAW bersabda: “Tidak ada iri hati yang diperbolehkan kecuali terhadap dua hal yaitu: (1) Seseorang yang dikaruniai Allah harta yang cukup, kemudian orang itu menggunakannya di jalam yang benar dan baik. (2) Seseorang yang diberi ilmu dan hikmah lalu ilmu dan hikmah itu diamalkannya dan diajarkan kepada orang lain (HR Bukhari).


Terhadap dua kelompok orang yang disebutkan di atas bukan saja kita boleh bersikap iri hati dan menginginkan hal itu, bahkan diperintah kan agar kita memiliki sifat iri yang sangat mendalam. Dengan demikian kita bisa mengikuti kebaikan yang terpuji dari kedua orang yang disebutkan di atas. Sebagian dari manusia ada yang mencintai harta ahli warisnya dari pada harta untuk dirinya. Orang itu selalu mengumpulkan harta tapi tidak pernah menginfakannya ke jalan yang baik. Dengan demikian hartanya tidak berfaedah bagi dirinya, hanya berfaedah bagi ahli warisnya atau bagi orang lain. Sesungguhnya harta yang jadi milik seseorang adalah harta yang diinfakkannya untuk Kebajikan, sedangkan harta yang dikumpulkan diluar itu adalah harta yang diberikan kepada ahli waris dan orang lain yang tidak berfaedah bagi dirinya.


Dr. KH. Zakky Mubarak, MA, salah seorang Mustasyar PBNU