• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 2 Mei 2024

Taushiyah

RAMADHAN

Kultum Ramadhan: Kunci Mengatasi Hambatan Bersedekah

Kultum Ramadhan: Kunci Mengatasi Hambatan Bersedekah
Sedekah. (Foto: NU Online/freepik)
Sedekah. (Foto: NU Online/freepik)

Bagi orang yang belum gemar bersedekah alias belum merasakan manisnya bersedekah, kayaknya berat sekali untuk menyisihkan sebagian rezekinya untuk membantu orang lain yang kesusahan, baik itu orang kaya ataupun orang miskin. 


Mereka seringkali terlalu berpikir rasional, bahkan cenderung terlalu perhitungan soal untung dan rugi jika ingin mengeluarkan hartanya. Padahal balasan sedekah itu tidak bisa diprediksi kapan dan dari mana sumbernya. Jadi diperlukan keyakinan akan kebenaran janji-janji Allah kepada siapa saja yang bersedekah.  


Selain itu pengaruh kehidupan hedonisme juga bisa membuat seseotang bersikap egois, hanya memikirkan dirinya sendiri. Sebab itu, ada ungkapan "Untuk apa mementingkan orang lain, mendingan pentingkan diri sendiri dulu." Ditambah lagi dengan hembusan hoax dari setan bahwa sedekah itu bisa mendatangkan kemiskinan atau kekurangan. Padahal tidak ada ceritanya orang yang besedekah itu kekurangan. 


Di samping itu menaruh kepedulian terhadap orang yang kesusahan itu, bukan berarti harus menomorduakan kebutuhan keluarga sendiri. Tapi di sini kita belajar untuk merasa cukup (istighna'). menganggap rezeki yang ada sudah cukup memenuhi kebutuhan keluarga, serta menyadari di dalam rezeki itu tersimpan bagian untuk fakir miskin yang mesti ditunaikan. 


Rasulullah saw pernah menjelaskan, bahwa barangsiapa yang merasa cukup (kaya), maka akan benar-benar diperkaya oleh Allah (HR. al-Bukhari dan Muslim). Dalam sejarah Islam tercatat pula bahwasanya para sahabat yang miskin itu sangat banyak, namun mereka memiliki mental kaya tidak mau meminta-minta, bahkan merasa cukup, sehingga mereka rela menyisihkan sebagian besar rezekinya untuk menolong orang lain. 


Adapun penyebab masih sulit atau beratnya sebagian orang untuk bersedekah, antara lain karena mereka belum mengetahui ilmu bersedekah, apa saja keutamaan dan manfaatnya di dunia dan akhirat, bagaimana indahnya balasan Allah kepada orang-orang yang bersedekah, terutama memahami bagaimana cara mengatasi hambatan-hambatan bersedekah. 


Berikut ini dijelaskan beberapa langkah jitu agar mudah dan ringan dalam bersedekah: 


Pertama, jangan takut kurang. Jika takut kurang, pasti bakal kurang. Sama halnya jika takut bacaan sholatnya salah, pasti bakal salah. Jika menyetir kendaraan takut nabrak, tentu pasti nabrak, dan seterusnya.


Kedua, Harus dipaksakan. Ibadah apa pun jika tidak paksakan, tidak akan terlaksana. Sholat, puasa baik fardhu maupun sunnat, silaturahmi, mengaji, menengok orang sakit dan lain-lain tidak akan jalan jika tidak dipaksakan. Begitu juga sedekah.


Jangan berlindung dengan semboyan "gak apa-apa sedikit juga, yang penting ikhlas.” kata Mas Mono, itu bahasa muncul dari orang yang pelit. Yang benar adalah "gak apa-apa besar juga, yang penting ikhlas.” Dan ikhlas itu awalnya harus dipaksakan. Dulu waktu kecil kita dipaksa untuk sholat oleh orangtua. Setelah dewasa, kita menjadi ikhlas mengerjakannya karena sudah terbiasa.


Ketiga, jangan ditunda-tunda. Karena setan akan cepat menggoda kita dengan berbagai cara untuk membatalkan rencana mulia tersebut.


Keempat, Menanam kepercayaan bahwa dengan sering menolong orang lain, maka apabila suatu saat menemui kesulitan apa saja, kita pasti akan cepat ditolong Allah melalui hamba-hamba-Nya yang saleh dan tulus. Bila kita memudahkan urusan orang lain, niscaya segala urusan kita pun akan dipermudah oleh Yang Maha Kuasa. Ingatlah selalu pesan alQur'an:


اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ ، وَاِنْ أَسَئْتُمْ فَلَهَا


"Jika kamu berbuat baik kepada orang lain, sama saja kamu berbuat baik kepada dirimu sendiri. Tapi jika kamu berbuat jahat kepada orang lain, maka kerugiannya akan menimpa dirimu sendiri."(Q.S.al-Isra' : 7).


Pertama, Alihkan dana untuk haji dan umroh sunnah, plesiran ke luar negeri atau dalam negeri untuk membantu orang lain yang kesulitan dalam biaya pendidikan lewat program orang tua asuh, menunjang pengembangan ilmu dan dakwah pesantren atau madrasah diniyyah, menyantuni fakir miskin,dan kepedulian sosial lain yang jauh lebih penting dan wajib. 


Selain itu juga manfaatnya lebih terasa bagi masyarakat luas, serta amalnya yang pasti mengalir abadi ke liang kubur, ketimbang ibadah haji dan umroh sunnat, atau plesiran (traveling) yang manfaatnya hanya bersifat pribadi.


(6). Yakin, yakin, dan yakin akan janji-janji Allah dan Rasul-Nya atas berbagai balasan yang luar biasa kepada para pemberi sedekah baik di dunia maupun di akhirat. Antara lain: dapat rezeki berlimpah dan berkah (H.R.al-Baihaqy), disembuhkan dari segala penyakit (H.R.ad-Dailamy), terhindar dari semua bala'/musibah (H.R.at-Thabrany),panjang umur (H.R.at-Tarmidzy dan al-Hakim), doa2 nya mustajab (H.R.Ali bin Abi Thalib), bisa merubah akhlaq yang buruk(anak nakal/istri durhaka dsb) (H.R.al-Bukhory), mempermudah segala urusan (Q.S.al-Lail: 5-7), dan terkabulnya segala hajat/keinginan (Q.S.Fathir : 10), Adapun di akhirat ia akan diselamatkan dari panasnya alam kubur dan adzab api neraka (H.R.at-Thabrany), dilindungi ALLAH dari panasnya padang Mahsyar(H.R.al-Bukhary dan Muslim), menjadi orang yang pertama kali masuk surga(H.R.at-Thabrany) dan selalu dirindukan surga (H.R.at-Tirmidzy). Wallahu a'lam bish showab. Semoga bermanfaat.


Cep Herry Syarifuddin, Pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrahim Mekarsari,Cileungsi Bogor


Taushiyah Terbaru