• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Rabu, 24 April 2024

Taushiyah

KOLOM KH ZAKKY MUBARAK

Iman dan Amal Shaleh

Iman dan Amal Shaleh
Iman dan Amal Shaleh (Ilustrasi: NU Online)
Iman dan Amal Shaleh (Ilustrasi: NU Online)

Iman dan amal shaleh merupakan dua hal yang menyatu yang tidak bisa dicerai-pisahkan. Apabila iman diumpamakan dengan matahari, maka amal shaleh merupakan sinarnya. Wujud dari iman seseorang adalah terlaksananya amal kebajikan dalam segala aspek kehidupan. Amal shaleh terdiri dari dua bagian, yaitu amal untuk diri sendiri dan amal yang manfaatnya untuk orang banyak. 
 

Perwujudan amal kebajikan dalam kehidupan sehari-hari akan dapat menjadi indikator dari tingginya iman seseorang. Amal shaleh yang bermanfaat bagi orang banyak di antaranya (1) memiliki ilmu yang bermanfaat. Karena itu, setiap orang muslim harus berusaha secara terus menerus untuk mencari ilmu. Seorang yang berilmu lebih utama kedudukannya dari seorang ahli ibadah. Rasulullah s.a.w. bersabda:


وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ على الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ على سَائِرِ الْكَوَاكِبِ


Keutamaan seorang yang berilmu atas seorang yang ahli ibadah, seperti keutamaan bulan purnama atas segala bintang. (HR. Abu Daud, 3641).


Dengan memiliki ilmu yang tinggi, seseorang akan dapat mewujudkan kemaslahatan yang luas bagi umat manusia secara umum. Amal shaleh berikutnya (2) hendaknya kita mencintai orang lain sebagaimana kita mencintai diri sendiri. Karena sesungguhnya tidak sempurna iman seseorang, sehingga ia mencintai sesamanya.


لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ


Tidaklah beriman salah seorang di antaramu, sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. (HR. Bukhari, 13).


Berkaitan dengan kepedulian kita pada orang lain, diarahkan agar kita bisa bersikap kepada orang lain sebagaimana kita bersikap terhadap diri kita sendiri. Perlakuan kita terhadap orang lain selalu mempertimbangkan pada diri sendiri. Apabila pada diri kita dirasa tidak enak, maka pada orang lain pun demikian. Apabila dirasakan pada diri kita menyenangkan, maka orang lain pun akan senang pula. Nabi bersabda:


المُؤْمِنُ يَأْلَفُ وَيُؤْلَفُ وَلَا خَيْرَ فِيْمَنْ لَا يَأْلَفُ وَلَا يُؤْلَفُ، وَخَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ


Seorang mukmin itu adalah yang bisa menerima dan diterima orang lain, tidak ada kebajikan bagi orang yang tidak bisa menerima dan tidak bisa diterima orang lain, dan sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya. (HR. Thabrani, 6026).


Sikap bisa menerima dan diterima orang lain atau bisa mencintai dan dicintai orang lain merupakan bukti dari tingginya iman seseorang. Dengan demikian, orang tersebut akan mendatangkan maslahat untuk sesama manusia, dan dialah orang yang dicintai oleh Allah s.w.t.. Sebaik-baiknya aktivitas yang dilakukan oleh seseorang, antara lain adalah dapat membuat saudara-saudaranya berbahagia atau ia berusaha untuk menghilangkan kesulitan saudaranya, atau membantu orang yang terlilit hutang. 


Termasuk dalam kategori ini adalah mereka yang dapat memberikan bantuan berupa konsumsi kepada mereka yang kelaparan. Nabi s.a.w. bersabda:


أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ أَوْ تَكَشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا


Manusia yang paling dicintai oleh Allah s.w.t. adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia lain, sebaik-baiknya aktivitas di sisi Allah s.w.t. adalah menggembirakan dan membahagiakan seorang muslim atau dia menghilangkan kesulitan atau melunasi orang yang dililit hutang, atau memberikan makanan bagi orang yang kelaparan. (HR. Thabrani, 13280).


Termasuk usaha yang mendatangkan kemanfaatan bagi manusia dan makhluk lain adalah menanam pohon sebanyak-banyaknya. Karena tanaman itu akan dapat menjaga keseimbangan alam, memproduksi oksigen, dan mendatangkan buah-buahan yang sangat bermanfaat. Karena itu, orang-orang yang banyak menanam pohon, termasuk orang yang bermal jariyah, karena semua manfaat dari pohon itu akan dirasakan oleh makhluk hidup.

Pepohonan itu akan hidup lama dan terus mendatangkan pahala kebaikan kepada yang menanamnya. Apabila tanaman itu ada buahnya, akan bermanfaat bagi manusia dan makhluk lain, termasuk hewan seperti burung, kelelawar, kalong, monyet dan semua makhluk yang memanfaatkannya. Mengenai hal ini Nabi bersabda:


ما مِن مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا، أَوْ يَزْرَعُ زَرْعًا، فَيَأْكُلُ منه طَيْرٌ أَوْ إِنْسَانٌ أَوْ بَهِيمَةٌ؛ إِلَّا كانَ له به صَدَقَةٌ


Tidak ada seorang muslim pun yang menanam suatu tanaman, atau menanam tumbuhan, maka dimakan dari tanaman itu oleh bangsa burung, manusia, atau hewan kecuali hal itu baginya sebagai sedekah. (HR. Bukhari, 2320).


Amal shaleh berikutnya (3) memperbanyak sedekah. Dengan memperbanyak sedekah, maka seseorang akan mendapatkan kebahagiaan lahir dan batin, baik di dunia maupun di akhirat. Memperbanyak sedekah, selain dengan menginfakkan sebagian harta yang dimiliki, adalah (1) menyebarkan ilmu pengetahuan, (2) membentuk generasi penerus yang shaleh dan shalehah, (3) mewariskan mushaf al-Qur’an, (4) membangun masjid, (5) membangun rumah untuk tamu dan para musafir, (6) membuat saluran air atau sumur yang airnya digunakan untuk minum manusia dan hewan, dan untuk mengairi sawah, ladang, dan perkebunan.


Termasuk dalam kategori sedekah adalah mengucapkan perkataan, berdialog, bergaul secara sopan dan santun, serta berbagai perbuatan baik lainnya. Nabi s.a.w. bersabda:


إِنَّ مِمَّا يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ عِلْمًا عَلَّمَهُ وَنَشَرَهُ وَوَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ وَمُصْحَفًا وَرَّثَهُ أَوْ مَسْجِدًا بَنَاهُ أَوْ بَيْتًا لاِبْنِ السَّبِيلِ بَنَاهُ أَوْ نَهْرًا أَجْرَاهُ أَوْ صَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِي صِحَّتِهِ وَحَيَاتِهِ يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ


Sesungguhnya sebagian dari amal yang diperoleh dari seseorang yang beriman dan kebaikan yang akan ia peroleh setelah ia wafat adalah (1) ilmu yang diajarkan pada orang lain, (2) anak shaleh yang ia tinggalkan, (3) mushaf al-Qur’an yang ia wariskan, (4) masjid yang ia bangun, (5) rumah untuk ibnu sabil yang ia dirikan, (6) sungai yang ia alirkan (7) sedekah yang dikeluarkan dari hartanya ketika ia masih hidup dan sehat. Semua itu akan dikaitkan dengannya setelah ia wafat. (HR. Ibnu Majah, 242).


Sebagian dari contoh amal kebajikan yang dilakukan Rasulullah s.a.w. terangkum dalam ucapan permaisuri beliau yaitu Sayyidah Khadijah binti Khuwailid, ketika Nabi s.a.w. dalam keadaan risau waktu menerima wahyu pertama. Sayyidah khadijah berkata kepada beliau:


فَوَاللَّهِ لا يُخْزِيكَ اللَّهُ أبَدًا؛ إنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ، وتَصْدُقُ الحَدِيثَ، وتَحْمِلُ الكَلَّ، وتَقْرِي الضَّيْفَ، وتُعِينُ علَى نَوَائِبِ الحَقِّ


Demi Allah, Dia tidak akan menghinakanmu, sesungguhnya engkau adalah orang yang selalu merajut silaturrahim, ucapanmu jujur, suka memikul kesulitan orang lain, memuliakan tamu, dan menolong orang-orang yang perlu ditolong. (HR. Bukhari, 6982).


Dr. KH. Zakky Mubarak, MA, salah seorang Mustasyar PBNU
 


Taushiyah Terbaru