Drama Kasidah Cinta Al Faruq, Konsistensi Pentas Teater Senapati Bandung di Bulan Ramadhan
Selasa, 11 Maret 2025 | 12:00 WIB

Mengisi aktivitas bulan Ramadhan 1446 H, Teater Senapati Bandung kembali mementaskan episodial drama musikal reliji Sunda “Kasidah Cinta Al Faruq” di Gedung Kesenian Rumentang Siang, Jalan Baranangsiang No. 1 Kosambi, Kota Bandung, 19-20 Maret 2025. (Foto: NU Online Jabar)
Rameli Agam
Penulis
Mengisi kegiatan di bulan Ramadhan 1446 H, Teater Senapati Bandung kembali mempergelarkan drama musikal reliji Sunda “Kasidah Cinta Umar Al-Faruq” karya/sutradara Rosyid E. Abby. Pentas drama ini berlangsung di Gedung Kesenian Rumentang Siang, Jl. Baranangsiang No. 1 Kosambi, Kota Bandung, Rabu-Kamis, 19-20 Maret 2025 pukul 13.00 dan 15.30 WIB.
Didukung tak kurang dari 50 pemain, konsep garapan drama musikal Kasidah Cinta Al Faruq memadukan seni drama, nyanyian (seni musik), dan seni tari (gerak/koreo), dengan media dialog berbahasa Sunda.
Pagelaran ini merupakan rangkaian dari pentas episodial Drama Sunda Reliji “Kasidah Cinta”, yang dipentaskan setiap bulan Ramadhan sejak 2006. Diawali oleh Kasidah Cinta Jalma-jalma nu Iman (2006), lalu Kasidah Cinta Sang Muadzin (2007 & 2019), Kasidah Cinta Sang Singa Allah (2008 & 2017), Kasidah Cinta Sang Sahabat (2009), Kasidah Cinta Sang Abid (2010).
Kemudian, Kasidah Cinta di Palagan Karbala (2011), Kasidah Cinta Al-Kubra (2012, 2018, 2023), Kasidah Cinta Al-Faruq (2014), Kasidah Cinta Shahabiyah (Hindun binti ‘Utbah/2016, 2024), serta Kasidah Cinta Hamzah Asadullah (2017).
Dalam rentang 19 tahun sejak 2006, Teater Senapati Bandung hanya absen 5 kali pentas, yakni di tahun 2013 dan 2015, serta saat pandemi Covid-19 (2020, 2021, 2022).
Mengutip firman Allah dalam QS Yusuf ayat 111, ”Sesungguhnya dalam riwayat-riwayat itu terdapat pengajaran (penuntun) bagi orang yang berakal”, Rosyid E. Abby menuturkan, pagelaran Kasidah Cinta, termasuk episode Kasidah Cinta Al Faruq pada Ramadhan 1446 H ini, merupakan pentas yang mencoba menghadirkan rangkaian penggalan sejarah perjuangan Islam. Sebuah pentas dengan tujuan hidmat seni bermuatan pendidikan agama dan bahasa.
Didukung sejumlah aktor senior, serta para pemain dari komunitas teater kampus dan SMA Pasundan 3 Bandung, adanya kasidah sebagai musik pengiring serta media dialog berbahasa Sunda, diharapkan dapat menghadirkan nuansa khas dan unik dengan sentuhan lokal yang dapat membawa penonton melebur dalam setiap kisahnya.
“Pementasan dibagi dalam beberapa babak, dengan adanya narator sebagai penutur cerita di dalam drama ini. Kasidah Cinta Al-Faruq adalah gambaran dan bukti cinta Umar bin Khattab kepada Tuhannya, Allah Azza wa Jalla, beserta rasul-Nya, Muhammad Saw,” ujarnya.
Al-Faruq adalah gelar yang diberikan Nabi Muhammad Saw kepada salah seorang sahabatnya, Umar bin Khattab, yang juga khalifah kedua Islam periode 634-644 M. Al-Faruq berarti “Sang Pembeda”, atau “yang bisa membedakan/memisahkan antara kebenaran dan kebathilan”.
Lahir Kota Mekah dari suku Bani Addy, sebelum memeluk Islam, Umar termasuk orang yang sangat ditakuti, disegani dan dihormati oleh penduduk Mekah. Umar sangat menentang keras ajaran Islam yang dibawa Rasulullah Saw. Umar juga tercatat sebagai orang yang paling banyak dan paling sering menggunakan kekuatannya untuk menyiksa pengikut Nabi.
Hingga tiba pada suatu waktu, saat ia menganiaya adiknya, namun dia tersadar dan terguncang jiwanya untuk kemudian menemui Rasulullah dan menyatakan masuk Islam. Peristiwa itu terjadi pada tahun keenam masa kenabian Muhammad Saw.
Islamnya Umar membawa pengaruh yang besar bagi perjuangan Rasulullah. Umar merupakan orang terdepan yang selalu membela Rasulullah dan ajaran Islam pada setiap kesempatan yang ada, bahkan ia tanpa ragu menentang kawan-kawan lamanya yang dulu bersama menyiksa para pengikut Rasulullah.
Setelah wafatnya Abu Bakar pada tahun 634 M, Umar ditunjuk untuk menggantikan kedudukannya sebagai khalifah kedua dalam sejarah Islam. Di masa pemerintahannya (13-23 H/634-644 M), kekuasaan Islam tumbuh dan berkembang dengan sangat pesat.
Sejarah mencatat, banyak negara besar yang telah ditaklukkan di masa kekhalifahannya, di antaranya mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran Sassanid), serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium).
"Cerita Kasidah Cinta menggunakan media dialog berbahasa Sunda karena banyak kata dalam bahasa Sunda yang mampu lebih kuat mengekspresikan keimanan," kata Rosyid E. Abby.
Sebagai sutradara dengan segudang karya, dia mengeksplorasi kemampuan para aktor, baik dalam gestur, blocking, vokal, dan artikulasi. Hingga menciptakan internal psikologi termasuk batin yang melingkupi aura penyampaian, juga aksi-reaksi yang dimunculkan ketika berdialog.
Pementasan Kasidah Cinta Al Faruq tidak hanya mengisi Ramadhan 1446 H, namun juga memberikan pelajaran yang mendalam tentang keimanan, kesalahan, pengorbanan dan penyesalan. Sebuah pengalaman teater yang tak hanya menyentuh hati, tetapi juga memperkaya jiwa.
“Selain memupuk keimanan dan keislaman, serta pengayaan sejarah perjuangan Islam, drama ini juga mengemban misi pembelajaran dan pelestarian Bahasa Sunda,” ucap Rosyid E. Abby. *
Terpopuler
1
Lazuardi Al-Falah Serahkan Zakat, Infaq, dan Sedekah Siswa kepada LAZISNU Kota Depok
2
Kemenag Targetkan BOS dan PIP Santri Rp230 Miliar Cair Sebelum Lebaran
3
Menyoal Legalitas Panitia Zakat Fitrah di Masjid Kampung
4
Kurangi Sampah Lebaran, Ketua LPBINU Jabar Ajak Masyarakat Bijak Kelola Lingkungan
5
Santunan Ramadhan DKM Al Hidayah: 114 Anak Yatim dan Duafa Terima Bantuan
6
Timnas Indonesia Menang 1-0 atas Bahrain di Kualifikasi Piala Dunia 2026
Terkini
Lihat Semua