BMKG Imbau Masyarakat Waspadai Cuaca Panas dan Potensi Hujan Di Sejumlah Wilayah Dalam Sepekan ke Depan
Kamis, 17 Oktober 2024 | 12:01 WIB
M. Rizqy Fauzi
Penulis
Kota Bandung, NU Online Jabar
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis prospec cuaca mingguan periode 15-21 Oktober 2024. Dalam rilisan tersebut, BMKG mengimbau agar cuaca panas dan potensi hujan agar tetap diwaspadai di sejumlah wilayah dalam sepekan ke depan.
"Dalam beberapa waktu terakhir ini sejumlah wilayah di selatan Indonesia terutama Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara mengalami cuaca panas pada siang hari yang diikuti dengan turunnya hujan pada sore hingga malam hari. Kondisi ini merupakan salah satu ciri masa peralihan musim dimana pola hujan yang biasa terjadi pada sore hingga menjelang malam hari didahului oleh adanya udara hangat dan terik pada pagi hingga siang hari. Karakteristik hujan pada periode peralihan cenderung tidak merata dengan intensitas sedang hingga lebat dapat disertai kilat/petir dan angin kencang dalam durasi singkat," tulisnya BMKG dalam keterangan yang diunggah melalui website resmi miliknya pada Selasa (15/10/2024).
BMKG mengungkapkan bahwa hadirnya kondisi cuaca panas terkonfirmasi berdasarkan data pengamatan suhu udara maksimum terkini yang mencapai 37.5 derajat celsius di beberapa wilayah Indonesia.
"Beberapa wilayah tersebut meliputi Stasiun Meteorologi Sultan Muhammad Kaharudin Nusa Tenggara Barat (37,5 °C), Stasiun Meteorologi Gewayantana Nusa Tenggara Timur (36,9 °C), Stasiun Meteorologi Kertajati Jawa Barat dan Stasiun Meteorologi Sultan Muhammad Salahuddin Nusa Tenggara Barat (36,8 °C), Stasiun Meteorologi Perak I Jawa Timur (36,7 °C), Stasiun Meteorologi Tanjung Perak Jawa Timur (36,2 °C), Stasiun Meteorologi Tanjung Emas Jawa Timur (36,1 °C), dan Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Jawa Tengah (36,0 °C)," paparnya.
Sementara itu, lanjut BMKG, dalam sepekan terakhir curah hujan di beberapa wilayah Indonesia masih relatif tinggi. Pihaknya juga mencatat, hujan dengan intensitas ekstrem (>150 mm/hari), sangat lebat (100-150 mm/hari) dan lebat (50-100 mm/hari) terjadi pada tanggal 11 Oktober di Stasiun Meteorologi Maritim Bitung Sulawesi Utara (80 mm/hari); tanggal 12 Oktober di Stasiun Meteorologi Minangkabau Sumatera Barat (109 mm/hari), Stasiun Meteorologi Raja Haji Fisabilillah Kepulauan Riau (71 mm/hari); dan tanggal 13 Oktober di Stasiun Meteorologi Minangkabau Sumatera Barat (79 mm/hari), Stasiun Meteorologi Pattimura Maluku (76 mm/hari), dan Stasiun Meteorologi Domine Eduard Osok di Papua Barat (70 mm/hari).
"Secara global dan regional, nilai IOD, SOI, Nino 3.4, dan MJO pada fase 4 Netral tidak signifikan terhadap peningkatan curah hujan di Indonesia. Namun, aktivitas gelombang atmosfer Rossby Ekuatorial diperkirakan akan aktif di Samudra Hindia sebelah barat Lampung dan Laut Andaman dalam sepekan ke depan. Di sisi lain, gelombang atmosfer Kelvin diprediksi aktif di sebagian wilayah Sumatera, bagian selatan Kalimantan, Samudra Hindia sebelah barat Banten, perairan barat dan utara Aceh, serta Laut Cina Selatan. Aktivitas atmosfer ini berpotensi meningkatkan pembentukan awan hujan di wilayah-wilayah tersebut," tuturnya.
Tidak hanya itu, BMKG juga menyebutkan bahwa sirkulasi siklonik terpantau di perairan barat laut Aceh, di Samudra Hindia barat Sumatera, di Laut Cina Selatan, di Samudra Pasifik timur Filipina, dan di Selat Makassar yang membentuk daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) yang memanjang dari Aceh hingga Sumatra Utara, di Laut Natuna, di Kalimantan Tengah, dari Utara Kalimantan hingga Kalimantan Timur, dan di Sulawesi bagian tengah. Daerah konvergensi lainnya juga memanjang Kepulauan Bangka Belitung hingga Kepulauan Riau, dari Riau hingga Kepulauan Riau, di Bengkulu, dari NTT hingga Jawa Timur, di Kalimantan Tengah bagian utara, di Kalimantan Utara, di Kalimantan Selatan, di Sulawesi bagian tengah, di Maluku Utara, di Laut Sulawesi dan dari Papua Pegunungan hingga Papua Barat Daya. Daerah pertemuan angin (konfluensi) terpantau berada di Laut Jawa dan di Laut Cina Selatan. Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar daerah sirkulasi siklonik dan di sepanjang daerah konvergensi/konfluensi tersebut.
Baca Juga
Doa untuk Palestina
Labilitas lokal kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal terdapat di Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatra Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Pegunungan dan Papua Selatan.
"Kondisi atmosfer yang labil di masa peralihan meningkatkan potensi terbentuknya awan konvektif seperti Cumulonimbus (CB), yang bisa memicu cuaca ekstrem seperti petir, angin kencang, bahkan hujan es," katanya.
Adapun prospek cuaca sepekan kedepan berdasarkan analisis terkini, BMKG mengatakan bahwa kondisi suhu panas diprediksikan masih dapat terjadi dalam sepekan ke depan pada siang hari, yang diikuti dengan potensi turunnya hujan pada sore hingga malam hari terutama di wilayah Pulau Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara. "Hal ini merupakan ciri masa peralihan menuju musim hujan di wilayah tersebut," jelasnya.
"Awal musim hujan di wilayah tersebut bervariasi namun secara umum awal musim hujan di prediksi akan terjadi pada akhir Oktober hingga awal November mendatang dengan puncak musim hujan terjadi pada bulan Januari-Februari 2025. Sementara itu, untuk wilayah Indonesia lainya masih berpotensi terjadi hujan sedang hingga lebat. Hal ini karena beberapa wilayah Indonesia tersebut terutama di Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, hingga Kalimantan Timur, diperkirakan telah memasuki awal musim hujan pada Oktober dasarian II," tulisnya dalam keterangan tersebut.
"Dengan adanya potensi cuaca ekstrem di sejumlah wilayah Indonesia, masyarakat diimbau untuk tidak panik menghadapi suhu panas dan tetap mengikuti langkah mitigasi seperti memakai pelindung atau tabir surya saat beraktivitas di luar, serta memastikan asupan cairan cukup agar terhindar dari dehidrasi," jelasnya.
"Selain itu, penting untuk waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, dan cuaca ekstrem lainnya, terutama di daerah rawan. Masyarakat juga diharapkan mengenali potensi bencana, menjaga kebersihan lingkungan, dan selalu memperbarui informasi dari BMKG terkait prakiraan cuaca serta protokol evakuasi jika terjadi bencana," tandasnya.
PERINGATAN DINI
Sebagai informasi, adapun potensi cuaca signifikan dalam periode 15 - 21 Oktober 2024 yang dirilis BMKG adalah sebagai berikut:
Potensi Hujan sedang - lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang di sejumlah wilayah:
- Aceh
- Sumatra Utara
- Sumatra Barat
- Riau
- Kep. Riau
- Jambi
- Sumatera Selatan
- Kep. Bangka Belitung
- Bengkulu
- Lampung
- Banten
- Jakarta
- Jawa Barat
- Kalimantan Barat
- Kalimantan Tengah
- Kalimantan Timur
- Kalimantan Selatan
- Kalimantan Utara
- Sulawesi Utara
- Gorontalo
- Sulawesi Tengah
- Sulawesi Barat
- Sulawesi Selatan
- Sulawesi Tenggara
- Maluku Utara
- Maluku
- Papua Pegunungan
- Papua Barat Daya
- Papua Barat
- Papua Tengah
- Papua
- Papua Selatan.
Potensi Angin Kencang di wilayah
- Banten
- Jawa Barat
- Jawa Tengah
- DI Yogyakarta
- Jawa Timur
Terpopuler
1
Bangkitkan Semangat Wirausaha, Talk Show di Cirebon Ajak Perempuan Muda Jadi Pelaku Ekonomi Mandiri
2
Angkatan Pertama Beasiswa Kelas Khusus Ansor Lulus di STAI Al-Masthuriyah, Belasan Kader Resmi Menyandang Gelar Sarjana
3
PBNU Serukan Penghentian Perang Iran-Israel, Dorong Jalur Diplomasi
4
Kuota Haji 2026 Baru Akan Diumumkan pada 10 Juli 2025, Kemenag Masih Tunggu Kepastian
5
Koleksi Manuskrip Warisan Ulama Sunda, KH Enden Ahmad Muhibbuddin Jadi Rujukan Tim Peneliti Naskah Nusantara
6
Pengembangan Karakter Melalui Model Manajemen Manis
Terkini
Lihat Semua