• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 18 April 2024

Sejarah

Muktamar Lampung

Mereka yang Berkhidmah di Jalur Katib Syuriyah (4 - Habis)

Mereka yang Berkhidmah di Jalur Katib Syuriyah (4 - Habis)
Katib 'Aam KH. Yahya Cholil Staquf (Foto: NUJO)
Katib 'Aam KH. Yahya Cholil Staquf (Foto: NUJO)

Pada Muktamar NU ke-33 di Jombang tahun 2015, jabatan Katib 'Aam diamanahkan kepada KH. Yahya Cholil Staquf. Ia diangkat menggantikan Dr. KH. Malik Madani, Katib 'Aam periode kepengurusan 2010-2015 dan Gus Yahya menjadi salah satu wakilnya.


KH. Yahya Cholil Staquf, atau biasa dikenal Gus Yahya ini merupakan cucu dari ulama besar NU asal Rembang, yaitu KH. Bisri Mustofa. Adapun ayah Gus Yahya adalah KH. Cholil Bisri, salah seorang pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), yang juga kakak dari Gus Mus.


Lahir dan dibesarkan di tengah keluarga besar ulama NU, sejak kecil Gus Yahya otomatis 
sudah sering menyaksikan bahkan terlibat dalam berbagai dinamika keorganisasian NU. Seperti misalnya, ketika ia masih kelas tiga SMP, pada saat Munas Alim Ulama di Kaliurang tahun 1981, Gus Yahya pernah berdiri di hadapan para kyai sepuh, untuk memimpin sesi menyanyikan lagu Indonesia  Raya.


“Untung saya masih anak-anak. Itu kalau sudah ndolor, sudah mikir sedikit, ya mungkin tidak bisa berdiri di situ. Kalau saya inget, itu keberuntungan luar biasa buat seorang anak SMP kelas tiga,” ujar Gus Yahya ketika diwawancara dalam talk show Peci dan Kopi.


Gus Yahya juga mengisahkan bahwa pada tahun 1979, tepatnnya pada Muktamar ke-26 di Semarang, ia sudah turut terlibat. Berkat ayahnya yang pada saat itu menjabat ketua Tanfidzyah PCNU Rembang, yang tentu punya akses ke panitia, Gus Yahya akhirnya bisa mendapat id-card kegiatan sebagai peninjau. Berbekal id-card itu, meski ia masih kelas satu SMP, ia bisa menyaksikan dinamika persidangan di arena Muktamar. Dan dari situ juga lah ia melihat dari jauh bagaimana seorang KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dipilih menjadi Katib.Kelak, ketika Gus Dur menjadi Presiden RI, Gus Yahya mendapat peran sebagai juru bicara kepresidenan.


Hal ini mengkonfirmasi bahwa Gus Yahya adalah salah satu orang kepercayaan Gus Dur. Dan secara pemikiran, Gus Yahya dengan tegas mengakui bahwa ia terpengaruh serta 
terinspirasi oleh beragam ide, pemikiran, dan gagasan seorang Gus Dur. Ia merasa, wasilah 
mengenal Gus Dur-lah, yang membuatnya mengalami transformasi mindset dan mentalitas.


Pertemuannya dengan Gus Dur secara langsung dan ngobrol pertama kali terjadi pada tahun 1987. Pada saat itu, ayah dan paman Gus Yahya (KH. Cholil Bisri dan Gus Mus), diundang datang pada acara P3M, di hotel Sofyan di Tebet. Sebagai remaja yang biasa nginthil kepada ayah dan pamannya, Gus Yahya dibawa di acara itu, dan diperkenalkan langsung kepada Gus Dur. Meski sebenarnya, sebelum itu pun Gus Yahya sering bertanya banyak hal kepada Gus Mus perihal bagaimana seorang Gus Dur; tentang kiprah, kepribadian, pemikiran, pengalaman, dan lain-lain. Dan rupanya, pertanyaan-pertanyaan dari keponakannya itu, diceritakan kembali oleh Gus Mus kepada Gus Dur.


Selepas berkhidmah sebagai jubir kepresidenan di tahun 2000, kemudian pada tahun 2004 Gus Yahya memantapkan hati untuk pulang kembali ke Rembang. Ketika itu, KH. Cholil Bisri, ayah Gus Yahya wafat. Awalnya ia memantapan hati untuk konsentrasi ngurusi pondok pesantren saja, di rumah. Tapi kemudian, Rois Am PBNU, KH. Sahal Mahfudz malah membawa Gus Yahya masuk PBNU, dan memberinya tugas spesifik, yaitu diminta untuk mengupayakan menghidupkan kembali simpul-simpul kontak internasional-nya Gus Dur, selama ini.


Dari situ, Gus Yahya mulai terlibat urusan internasional sengaja tidak sengaja, yang baginya dirasa ternyata sangat luas sekali. Ia datang ke berbagai tempat menemui banyak pihak, pada awalnya semata-mata menjalankan apa yang diperintahkan oleh Rais Am waktu itu. Ia datang ke Amerika Serikat bertemu tokoh-tokoh Senat, datang ke Afghanistan bertemu kelompok Taliban-Al Qaeda, ke Vatikan bertemu Paus, ke Eropa bertemu presiden Uni-Eropa, bertemu Perdana Menteri Inggris, dan lain-lain, itu semua demi menghadirkan peran NU dalam upaya perdamaian dunia. Bahkan kedatangannya di forum IJC (Kongres Yahudi Internasional) pada tahun 2017, juga rupanya sudah atas restu para kiai sepuh, salah satunya dari KH. Maimoen Zubair. Dan itu melanjutkan apa yang sudah dirintis oleh Gus Dur, di mana pada tahun 2002, Gus Dur di forum yang sama berbicara perdamaian.


“Walaupun Islam dalam posisi belum beruntung dan masih di bawah dominasi kelompok lain, tapi dari semua yang diwacanakan Gus Dur, bisa kita sarikan; mari, daripada melawan yang lain, lebih baik kita berkontribusi untuk menyempurnakan,” ujar Gus Yahya. 


“Sekarang ini tekhnologi militer berkembang memiliki daya hancur yang luar biasa besar. 
Beda dengan dulu, sekarang sekali tekan tombol jutaan orang bisa mati. Kalau dibiarkan konflik antar identitas ini terus berkembang, dunia ini tidak akan tahan,” tegasnya.


Hal lain yang berkaitan dengan Gus Yahya ini adalah tentang reorganisasi di tubuh salah satu Banom NU, Ansor. Pada perhelatan Kongres Ansor di Surabaya, Gus Yahya membuat deal dengan Nusron Wahid, ketua terpilih, untuk lakukan tiga hal;

1. Gus-gus muda harus kembali ditarik ke Ansor, setelah selama ini seperti kurang diberi peran.
2. Harus ada pelatihan kader reguler secara berjenjang di dalam Ansor, yang sudah lama tidak dilakukan.
3. Kembangkan kegiatan-kegiatan rutin di lingkungan Ansor, sampai di tingkat PAC atau kecamatan.


“lalu kita bangun desain pelatihannya. Kita bangun strateginya. Dan saya temani terus. Sampai sekarang itu kalau pelatihan tingkat Nasional, selalu saya ngisi. Dan kita bisa lihat hasilnya Ansor berubah, lebih solid dan koheren,” begitu Gus Yahya menegaskan.


Dari apa yang sudah dilakukannya selama berkiprah di jam’iyah, kini menjelang Muktamar NU ke-34 di Lampung, Gus Yahya mengajukan diri sebagai calon Ketua Umum PBNU periode 2021-2026.


Agung Purnama, Redaktur NU Online Jabar.


Editor:

Sejarah Terbaru