• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 5 Mei 2024

Profil

Nahrawi dan Alasannya Istikamah Mengikuti Sema’an Al-Qur’an

Nahrawi dan Alasannya Istikamah Mengikuti Sema’an Al-Qur’an
Nahrawi (kanan) saat menyimak bacaan Al-Qur'an di Masjid Al-Falah Mekar Jaya Depok. (Foto: NU Online Jabar/Moch Ikmaluddin)
Nahrawi (kanan) saat menyimak bacaan Al-Qur'an di Masjid Al-Falah Mekar Jaya Depok. (Foto: NU Online Jabar/Moch Ikmaluddin)

Depok, NU Online Jabar
Namanya Nahrawi. Usianya 56 tahun. Pria yang sebentar lagi memasuki masa pensiun ini, kesehariannya menjadi guru matematika di SMP 163 Pasar Minggu sejak 2018 sampai sekarang. Sebelumnya, hampir 25 tahun ia mengabdikan dirinya di SMP 265 Tebet, Jakarta Selatan. 
Saat ini, Pak Nahrawi tinggal di Pancoran Mas, Depok. Karena alasan kesehatan dan usia, ia lebih sering naik angkutan kota menuju sekolah maupun ketika pulang ke rumahnya. Bahkan dulu ketika mengajar di Tebet, ia lebih sering naik KRL Commuter Line dari stasiun Depok Lama.

Soal usia dan kesehatan itu, ternyata tak menghalanginya untuk terus mendalami ilmu agama. Hal yang istikamah ia lakukan adalah hadir di majelis sema’an Al-Qur’an yang rutin dilakukan oleh Jam’iyyatul Qurra’ wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQHNU) Kota Depok. 

Menjelang maghrib, ketika JQHNU Kota Depok sudah merampungkan sema’an Al-Qur’an di Masjid Al Falah Mekar Jaya (26/12), NU Online Jabar berkesempatan berbincang dengan Pak Nahrawi. Ia bersedia menjelaskan alasannya selalu hadir di majelis sema’an Al-Qur’an dan dan menyimak dengan tekun selama berjam-jam.

“Kira-kira lima tahun lalu, ketika itu diumumkan akan ada sema’an Al-Qur’an di Pesantren At-Tibyan Depok yang diasuh oleh KH Yusuf Hidayat. Saat itu saya hadir. Padahal sebelumya saya tidak tau apa itu sema’an,” tuturnya.

Setelah itu, ia meminta izin ke Rais Majelis Ilmi JQHNU Depok, Kiai Jazim, untuk ikut sema’an. “Kiai, bolehkah saya ikut sema’an, sementara saya tidak hafal Al-Qur’an? Saya hanya ingin menyimak. Kiai Jazim membolehkan dan itu membuat saya senang sekali,” imbunya.

Dalam kesempatan yang sama, KH Jazim Hamidi membenarkan apa yang disampaikan oleh Nahrawi. 

“Pak Nahrawi itu sami’in setia. Kemana pun JQHNU Depok melakukan sema’an, beliau selalu hadir. Di Kantor PBNU, di kantor PP JQH di Cerendeu, Ciputat, dan sejumlah serta masjid yang pernah kita kunjungi,” papar Kiai Jazim.

“Jika orang sudah merasakan lezatnya mendengarkan Al-Qur’an, di manapun akan dikejar. Boleh jadi maqamnya itu lebih tinggi di hadapan Allah dari kami yang membaca. Kalau kami, para hafidz ini kan karena punya tanggung jawab,” lanjut Kiai Jazim.

Sementara itu Ustadz Imam Nafi’ Junaidi memiliki kesan tersendiri. “Selain menyimak di majelis sema’an Al-Qur’an, Pak Nahrawi juga rutin menyimak imam salat tarawih “one night one juz” dari JQHNU Kota Depok di Masjid Muhammad Yusuf, Pesona Khayangan, Depok. Dari situlah beliau merasakan lezatnya Al Qur’an.”

“Kita butuh lebih banyak penyimak Al-Qur’an seperti Pak Nahrawi ini. Dengan adanya penyimak, ada yang mengingatkan bacaan kita ketika salah atau lupa. Apalagi, orang-orang seusia beliau ini sudah saatnya mendekatkan diri kepada Al-Qur’an,” ujar Nafi’.

Disela-sela kesibukannya menjadi guru, Nahrawi tetap meluangkan waktunya untuk menghadiri majelis imu. Salah satunya mejelis yang diasuh oleh KH Muhammad Abdul Mujib dan KH Yusuf Hidayat.

Ia mengaku bahagia bisa berinteraksi dengan para penghafal Al-Qur’an. Selama berada di majelis sema’an, hatinya merasa tenang. Ia mengajak kepada rekan-rekan seusianya untuk meluangkan waktu untuk membaca Al-Qur’an dan mempelajarinya. Bagi yang belum bisa, jangan malu untuk belajar. 

“Kita kan sering dengar, obat hati ada lima, di antaranya adalah berkumpul dengan orang-orang saleh, membaca Al-Qur’an dan maknanya. Itu motivasi saya,” pungkas Nahrawi.

Penulis: Moch Ikmaluddin
Editor: Iip Yahya


Editor:

Profil Terbaru