• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 18 Mei 2024

Profil

KH Lukman Hakim Pencetus Metode ILHAMQU untuk Cepat Hafal Al-Qur’an (Bagian 3)

KH Lukman Hakim Pencetus Metode ILHAMQU untuk Cepat Hafal Al-Qur’an (Bagian 3)
KH Lukman Hakim, MA
KH Lukman Hakim, MA

Metode ILHAMQU yang dicetuskan oleh seorang ulama muda dan hafiz asal Kabupaten Cirebon, KH Lukman Hakim memiliki berbagai keunggulan, selain mampu dengan mudah dan cepat bagi para calon hafiz dan hafizah (penghafal) untuk menghafal kitab suci juga mampu mendatangkan kerianggembiraan dan memunculkan motivasi yang kuat karena mengetahui 7 keajaiban menghafal Al-Qur’an. 

Menurut Ketua Pusat Halal PWNU Jawa Barat ini, poin kelima pada keajaiban menghafal Al-Qur’an adalah Sukses dan tidaknya seseorang bergantung sejauh mana karakter sukses melekat dalam diri seseorang. Sayangnya, karakter sukses tak bisa disulap bim salabim, jadi. Butuh waktu dan perjuangan untuk memiliki karakter sukses. Dari dulu hingga saat ini karakter orang sukses tetaplah sama. Artinya, orangnya boleh saja berganti-ganti tapi karakternya tetaplah sama. 

Menghafal Al-Qur’an, Menurut Kang Lukman, berarti sedang menanamkan karakter sukses. Orang yang menghafal Al-Qur’an sedang membangun 9 karakter sukses yaitu:

Mandiri 
Kemandirian identik dengan hidup dengan tangan dan kaki sendiri. Tidak terlampau berpangku tangan dan menghilangkan ketergantungan pada orang lain. Orang yang memiliki kemandirian cenderung untuk sukses. Mengapa? Karena dengan kemandirian, ia akan berani untuk memikirkan ide, berani bertindak, dan berani bertanggung jawab. Karakter ini bisa dibentuk dari menghafal Al-Qur’an karena menghafal membutuhkan kemandirian. Jika tidak mandiri, ia tak akan sukses menghafal.

Disiplin 

Sukses tidak akan bisa diraih tanpa disiplin. Kata ini memang mengerikan bagi mereka yang tak ingin melakukan perubahan apalagi bagi mereka yang hanya ‘berani’ bermimpi untuk sukses. Disiplin dapat dikatakan sebagai latihan yaitu latihan membentuk pola sikap dan kebiasaan agar sampai pada tujuan yang ingin diraih. Uniknya, disiplin tak dapat ditemukan, tapi harus diciptakan. Melatih disiplin dapat diproses melalui menghafal Al-Qur’an. Sebab, menghafal adalah aktivitas yang menuntut disiplin tinggi. Bukankah kata nabi Al-Qur’an itu seperti unta, jika tidak diikat ia akan lari. Maka, menghafal akan melatih orang menjadi disiplin untuk menambah dan menjaga hafalan.

Kerja Keras 
“Banting Tulang”, sebuah kata yang belakangan jarang terdengar di telinga kita. Mungkin, istilah ini telah kalah populer dengan istilah-istilah lainnya. Di dunia serba efisien ini, jarang orang yang mau berpikir banting tulang, kerja keras. Padahal ada adagium populer bahwa kerja keras tidak akan mengkhianati hasil. Ya, tak banyak yang kerja keras padahal inilah energi kesuksesan sebenarnya. Nah, dengan menghafal Al-Qur’an, karakter kerja keras akan mulai dibentuk karena menghafal bukan untuk ‘orang manja’.

Ulet 
Ada usaha maka akan ditemukan sejumlah hambatan. Kebanyakan orang menyebut hambatan ini sebagai masalah. Orang dengan karakter ulet akan melihat ini bukan sebagai masalah melainkan tantang bahkan peluang. Ulet adalah karakter seseorang yang tidak mudah putus asa disertai kemauan keras dalam berusaha mencapai tujuan dan cita-cita. Menghafal juga membutuhkan keuletan yang membuat seseorang tidak memutuskan untuk menyerah dan motivasi kuat untuk menyelesaikan hafalan.

Tanggung Jawab 
Satu karakter lainnya adalah tanggung jawab. Sukses itu bergantung seberapa besar tanggung jawab yang ia emban. Cita-cita boleh saja tingi menjulang, tapi jika karakter tanggung jawab tidak dimiliki maka musnah lah semuanya. Sukses tidak hanya diukur dari raihan-raihan kita selama ini. justru, menjadi pribadi bertanggung jawab adalah kesuksesan tersendiri. Jika ingin melatih karakter tanggung jawab maka mulailah menghafal Al-Qur’an. Ia akan mencoba berlatih bertanggung jawab atas hafalannya. Saat hafalannya mandeg ia akan bertanggung jawab untuk memulai kembali. Saat hafalannya ‘kacau’, dengan berani ia memperbaikinya.

Menghargai Waktu 
Banyak orang mengeluhkan tentang waktu atau ada juga yang menganggap waktunya ‘biasa-biasa’ saja. Tidak demikian bagi mereka yang mampu memaknai waktu: al waqt ka ash shaif. Waktu itu setajam pedang. Jika tidak digunakan dengan baik, maka ia siap ‘menebas’ kita. Semua ini karena waktu sangat berharga. Karakter ini dapat diasah melalui menghafal Al-Qur’an. Di mana ia harus mengatur waktu agar efektif dan efisien juga tak akan membiarkan waktu terbuang percuma (baca: produktif).

Berani Menghadapi Tantangan 
Hari demi hari adalah tantangan. Adakalanya tantangan itu berubah menjadi besar dan menakutkan. Saat lain, tantangan itu menjadi kecil dan mudah. Keduanya ditentukan oleh cara pandang kita terhadap diri kita sendiri. Tantangan menjadi besar dan berat sebab kita memandang diri kita kecil dan tidak mampu. Sebaliknya, ia menjadi kecil dan mudah karena kita merasa mampu menyelesaikannya. 

Dalam hidup, tantangan pasti kita jumpai karena kita terus bergerak maju. Pertanyaannya, apakah tantangan itu akan dihadapi? Bergantung apakah anda mengedepankan ketakutan ataukah keberanian. Agar tetap berani, menghafal Al-Qur’an dapat dijadikan solusi. Setiap hari ia akan ditantang untuk ‘melahap’ ayat-ayat baru sembari merawat hafalan lama.

Gemar Membaca 
Bill Gates, tentu anda mengenalnya. Raja software dunia ini memiliki kebiasaan membaca 50 buku dalam satu tahun. Orang-orang sukses memiliki karakter gemar membaca. Kita ingat sebuah istilah: membaca adalah jendela dunia. Hal inilah yang ingin diteguhkan oleh wahyu pertama, bacalah! Nah, mengapa menghafal Al-Qur’an mampu membentuk karakter membaca? Sebab, menghafal tak bisa dilepaskan dari membaca dan membaca. Jika anda ditanya, lebih cepat mana, ngantuk karena membaca status Facebook, buku, novel, komik, dan Al-Qur’an? Pasti, jika membaca Al-Qur’an menjadi kegemaran maka membaca yang lain tidak akan menjadi masalah.

Patuh 
Salah satu karakter yang ingin dibentuk dari proses menghafal Al-Qur’an adalah karakter patuh. Coba bayangkan, adakah seorang profesor membaca Al-Qur’an dengan harakat kasrah semua? Atau diinovasi dengan fathah atau dhammah saja? Tidak ada. Karena ada aturan-aturan dalam membaca Al-Qur’an yang harus dipenuhi. Kepatuhan ini akan menghantarkan orang pada pembentukan diri yang patuh.

“Sembilan karakter sukses tersebut, yakni mandiri, disiplin, kerja keras, ulet, tanggung jawab, menghargai waktu, berani menghadapi tantangan, gemar membaca, dan patuh akan bisa diperoleh oleh para penghafal Al-Qur’an, sehingga bisa menjadi modal besar bukan hanya dalam hal menghafal Al-Qur’an, melainkan juga dalam menjalani kehidupan sehari-hari sehingga bisa menjadi manusia yang memiliki karakter kuat, unggul dan siap bersaing (dalam hal kebaikan) dengan orang lain,” pungkas kiai yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua PWNU Jawa Barat ini.

Penulis: Iing Rohimin
Editor: Abdullah Alawi 


Profil Terbaru