• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Selasa, 23 April 2024

Profil

Kang Sanadi, Istiqamah Kaji Kitab Besar di Kampung Kecil

Kang Sanadi, Istiqamah Kaji Kitab Besar di Kampung Kecil
Kang Sanadi instikomah mengajar kita kuning (Foto: NU Online Jabar)
Kang Sanadi instikomah mengajar kita kuning (Foto: NU Online Jabar)

Salah satu kekuatan Nahdlatul Ulama adalah banyaknya para kiai kampung dan ustadz yang secara ikhlas menjaga umat, mengajari ngaji dan mengkaji kitab-kitab klasik keagamaan yang disebut dengan kitab kuning. Mereka secara istiqamah berkhidmah meski jauh dari hiruk pikuk kehidupan modern dan  tidak peduli dengan publisitas serta tidak berharap popularitas. Mereka hidup di desa-desa bahkan banyak yang berada di kampung-kampung kecil yang jauh di pelosok pedesaan. 

Salah satunya adalah Ustadz Sanadi, pria kelahiran Indramayu pada  1980. Jebolan  Buntet Pesantren Cirebon ini istiqamah melakukan kajian kitab-kitab besar seperti Fathur Rabbani karya Syekh Abdul Qadir Jailani, Al-Minahus Saniyyah karya Syekh Abdul Wahab Sya'rani dan Al-Hikam Karya Syekh Ibnu Atha’illah Assakandari, di kampung kecil bernama Desa Bogor Kecamatan Sukra Kabupaten Indramayu.

Bogor adalah salah satu desa yang berada di ujung barat Indramayu dan berbatasan dengan Kabupaten Subang. Kehidupan masyarakat desa meskipun berada di perkampungan namun gencarnya budaya modern sudah merambah dan merasuki warganya, sehingga terjadi pergeseran budaya yang ujung-ujungnya dapat menjauhkan kehidupan masyarakat dari agama. 

“Saya sangat prihatin melihat kondisi kehidupan masyarakat terutama generasi muda yang mulai terpengaruh kehidupan modern apalagi sekarang dengan berkembang pesatnya medsos, maka pada tahun 2017 saya mulai merintis pengajian kitab kuning di kampung saya, semata-mata untuk meningkatkan kesadaran beragama dan sekaligus meneruskan estafet perjuangan para leluhur kami di kalangan ulama NU, karena sekarang terjadi krisis kesadaran berilmu terutama akhlak serta melestarikan sanad keilmuan,” ungkap ayah dari dua orang putera ini.

“Tujuan diadakannya kajian kitab kuning ini adalah  agar masyarakat lebih giat dalam mempelajari agama  dan tahu sumber-sumber rujukan keislaman yang benar sesuai ajaran ulama Nahdlatul Ulama, juga untuk meminimalisir kegiatan-kegiatan negatif di kalangan remaja maupun dewasa,” tambahnya.

Kang Sanadi, demikian ia biasa dipanggil, rutin mengadakan kajian kitab kuning tiga hari setiap minggu di Masjid Jami At-Taqwa Desa Bogor mulai pukul 20.00 sampai pukul 22.00. Pada Hari Selasa dibahas kitab Fathur Rabbani karya Syekh Abdul Qadir Jailani, Rabu Kitab Al-Minahus Saniyyah karya Syekh Abdul Wahab Sya'rani dan Sabtu kitab Al-Hikam karya Syekh Ibnu Atha’illah Assakandari.

Pengajian kitab kuning ala pesantren yang dibacakan Ketua Ranting  GP Ansor Desa Sukra ini diikuti ratusan peserta baik dari kalangan pemuda maupun masyarakat umum. Selepas pembahasan, para peserta diberikan kesempatan untuk bertanya dalam forum tanya jawab, sehingga pengajian berjalan dinamis karena mengungkap berbagai permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

“Di awal pengajian kitab kuning, para pemuda terlihat kurang respons,  namun saya tetap untuk berusaha istiqamah. Walaupun satu dua peserta kajian yang datang, saya tetap ngaji saja. Akhirnya dengan berbagai pendekatan dan pemberian pemahaman kepada para pemuda serta masyarakat, maka dengan berjalannya waktu sedikit demi sedikit masyarakat terbuka dan ikut dalam pengajian tersebut,” ungkap pria yang sehari-hari menjabat sebagai Kepala MTs Ma'arif Al Fatah Ujunggebang, Sukra ini.

Istiqamahnya Kang Sanadi dalam mengkaji kitab kuning ala pesantren tersebut akhirnya berbuah manis. Terbukti sekarang ini telah terjadi perubahan besar di kampungnya, karena selain masyarakat giat mengaji juga ada nilai tambah  di kalangan pemuda yakni ikut peduli dalam berbagai bidang agama dan lainnya termasuk sosial bahkan kesadaran keilmuan mereka semakin tinggi, hingga banyak warga desa yang sudah menuntut ilmu hingga perguruan tinggi.

“Antusiasme masyarakat sekarang ini sudah sangat luar biasa, bukan hanya dari kalangan orang dewasa, para pemuda dan remaja bahkan yang lanjut usia pun sangat aktif mengikuti pengajian ini. Semoga ke depannya masyarakat lebih mengenal Islam dan memperkuat keimanan dalam menghadapi zaman yang terus berkembang,” tutur Kang Sanadi.

Pengajian kitab Al-Hikam saat ini sudah memasuki pembahasan hikmah ke-80, sementara kitab Fathur Robani memasuki kajian majelis ke-3 dan kitab Al-Minahus Saniyah memasuki bahasan halaman 10 tentang 'uzlah.

“Sengaja saya mengambil kitab-kitab besar untuk dijadikan bahan kajian meskipun kami berada di kampung kecil dan jauh dari kehidupan pesantren. Hal ini semata-mata karena berdasarkan kebutuhan warga dan disesuaikan dengan kondisi masyarakat yang memang harus dikuatkan aqidah dan motivasinya dalam menjalani kehidupan ini, agar mereka tidak jauh dari tuntunan agama dan tidak terfokus hanya mencari kehidupan dunia semata,” tutup Kang Sanadi.

Penulis: Syaekhudin
Editor: Iing Rohimin


Profil Terbaru