• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 20 April 2024

Profil

Dua Tahun Jadi Kepala Sekolah, Suyanto Berhasil Tingkatkan Jumlah Murid SMA Medina

Dua Tahun Jadi Kepala Sekolah, Suyanto Berhasil Tingkatkan Jumlah Murid SMA Medina
Kepala Sekolah SMA Medina Kota Bandung, Suyanto (Foto: Istimewa)
Kepala Sekolah SMA Medina Kota Bandung, Suyanto (Foto: Istimewa)

Suyanto berhasil meningkatkan jumlah peserta didik (murid) di Sekolah Menengah Atas (SMA) Medina, sebuah lembaga pendidikan di bawah naungan Yayasan Pendidikan Islam Nahdlatul Ulama (Yapinu) PCNU Kota Bandung. 

Menurut Suyanto, ia mulai dipercaya memimpin sekolah yang terletak di Jalan KH Ahmad Dahlan No 13-15, Kelurahan Burangrang, Kecamatan Lengkong, Kota Bandung, tersebut pada 2019. Waktu itu ia diminta Sekretaris Yapinu untuk menjadi kepala sekolah. Meskipun masih muda, ia dinilai memiliki dedikasi dalam bidang pendidikan setelah menjadi guru di beberapa lembaga pendidikan.  

“Tahun itu, jumlah murid hanya 62 orang, yang ada muridnya hanya kelas 10 dan 11, sementara kelas 12 tak ada muridnya, padahal SMA ini sudah berdiri tahun 1980,” katanya, di kantor PCNU Kota Bandung, Jalan Sancang No 8, Kota Bandung, Ahad (3/10).

Calon magister jurusan Pendidikan Geografi di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung itu, saat dipercaya menjadi kepala sekolah SMA Medina berlangsung pada pertengahan tahun ajaran sehingga belum bisa melakukan apa-apa selain melanjutkan program yang sudah ada. 

Hal yang pertama dihadapinya adalah akreditasi yang berjalan tiap 5 tahun. Waktu itu, lajang kelahiran Ciamis 1989 tersebut tidak berpikir muluk-muluk, bisa mempertahankan akreditasi B saja sudah sangat bagus. 

Pasalnya pada 2019 SMA Medina tidak memiliki murid di kelas XII. Itu akan menjadi preseden buruk dalam akreditasi karena lembaga pendidikan dinilai  mempertahankan murid tiap tahun. Padahal lembaga pendidikan tersebut sudah berlangsung puluhan tahun.   

Saat Suyanto masuk, keuangan sekolah pun dalam kondisi krisis. Sekolah saat itu memiliki utang Rp30 juta, yang merupakan akumulasi beberapa tahun yang digunakan untuk operasional. 

“Lalu kita menghadapi akreditasi dan biaya operasional sekolah yang dihitung-hitung membutuhkan Rp 25 juta, di antaranya untuk nge-print administrasi pembelajaran dan melengkapi 8 standar pendidikan yang menjadi barometer penilaian administrasi,” jelasnya, “dari mana saya mencari utangan? Saya putar otak,” ceritanya

Waktu itu, lanjut Ketua Lembaga Takmir Masjid PCNU Kota Bandung, ia tak berpikir meminjam uang kepada sesama lembaga NU karena tahu kondisi keuangannya. Ia kemudian mencoba mencari pinjaman kepada teman-teman dan keluarganya. 

“Saya meminjam kepada seorang teman, kader NU, seorang pengusaha, masih muda. Responsnya bagus. Dia siap meminjamkan, tapi harus dikembalikan 4 bulan ke depan. Saya menyanggupinya,” katanya. 

Empat bulan kemudian, Suyanto berhasil menepati janji kepada temannya itu dari uang BOS dan BPMU. Namun, upayanya untuk mempertahankan akreditasi gagal. Targetnya tetap B, malah menjadi C.  

Namun, kegagalan itu bukan membuatnya patah hati, malah memicunya  untuk lebih baik lagi dengan meningkatkan kuantitas murid yang diiringi kualitas. 

Saat tahun ajaran baru 2019-2020, ia melakukan pendekatan ke pesantren-pesantren para pengurus NU yang tidak ada sekolah formal agar para santrinya menjadi peserta didik di sekolahnya. Tahun itu ia berhasil menambah jumlah siswa. Begitu juga tahun ajaran 2020-2021 dan 2021-2022. 

“Sekarang jumlah siswa secara keseluruhan 233 siswa dari yang semula hanya 62 siswa. Cara meningkatnya pertama, melakukan sosialisasi pendekatan kepada kiai-kiai NU di sekitar Lengkong, kepala-kepala  sekolah di SMP dan MTs di sekitaran kecamatan Lengkong negeri maupun swasta. Ada 10 sekolah umum yang didatangi. Responsnya bagus.  Dari mereka ada 35 siswa putra-putri yang sekarang menjadi murid kami,” jelasnya. 

Suyanto berhasil meyakinkan para kepala sekolah itu sehingga mereka mau turut membagikan informasi SMA Medina kepada anak didiknya dalam bentuk flayer. Pada flayer itu, diinformasikan tentang fasilitas pembelajaran mendukung dan milik sendiri, memiliki ekstrakulikuler berbasis kepesantrenan, lapangan olahraga, beasiswa, selama 3 tahun, masing-masing mendapatkan ponsel Android gratis, mendapatkan seragam gratis (putih abu, batik, dan olahraga, dan jas almamater). Juga dengan tenaga guru-guru muda yang kompeten di bidang masing-masing. 

Berikut ini grafik jumlah siswa SMA Medina selama dipimpin Kepala Sekolah Suyanto: 
Tahun ajaran 2019-2020 kelas X: 50 orang, kelas XI: 12 orang, kelas XII: 0
Tahun ajaran 2020-2021 kelas X: 60 orang, kelas XI: 52 orang, kelas XII: 12 orang
Tahun ajaran 2021-2022 kelas X: 105 orang, kelas XI: 70 orang, kelas XII: 58 orang
Jumlah keseluruhan 233.  

 

"Tahun depan saya menargetkan 200 siswa baru. Saya ingin mewujudkan lembaga pendidikan NU yang berkualitas bagus, dipercaya para wali murid," katanya. 

Penulis: Abdullah Alawi 
 


Profil Terbaru