• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Selasa, 30 April 2024

Ngalogat

Kisah Mahasiswa Amerika Jadi 'Santri' 6 Bulan di Ponpes Mahasiswa Universal Kota Bandung

Kisah Mahasiswa Amerika Jadi 'Santri' 6 Bulan di Ponpes Mahasiswa Universal Kota Bandung
Kisah Mahasiswa Amerika Jadi 'Santri' 6 Bulan di Ponpes Mahasiswa Universal Kota Bandung
Kisah Mahasiswa Amerika Jadi 'Santri' 6 Bulan di Ponpes Mahasiswa Universal Kota Bandung

Indonesia merupakan negara yang kaya keberagaman budaya dan agama. Salah satu prinsip utama yang dianut bangsa ini adalah "Bhinneka Tunggal Ika" atau 'Berbeda-beda tetapi tetap satu'. Dalam hal keberagaman, disinilah moderasi beragama mempunyai peran penting untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, khususnya Negara Kesatuan Republlik Indonesia (NKRI). 


Konsep Moderasi beragama dugunakan untuk mewujudakn suasana yang damai dan jadi inspirasi politik, dan mencerminkan komitmen nasional dalam menjaga keberagaman, toleransi terhadap berbeda keyakinan. Namun, ada dua ancaman utama dalam konteks berbangsa dan bernegara yaitu ekstremisme dan liberalisme. Hal ini sering kali menyebabkan konflik sektarian dan bentrokan ideologis. Di sisi lain, liberalisme memiliki dampak negatif pada berbagai aspek kehidupan masyarakat. 


Oleh karena itu, di tengah gejolak yang terjadi, salah satu pondok pesantren di bandung sudah sejak lama  terbuka terhadap kelompok non-Muslim, terbuka untuk berdialog, terbuka untuk mempertimbangkan berbagai keinginan orang yang berbeda dalam berpendapat, bahkan samasekali tidak tertutup.  


Pondok Pesantren Universal yang bekerjasama bersama Pesantren for Peace, Pesantren Perdamaian Islam, merupakan salah satu tempat dimana Pesantren Universal menggarap pesan perdamaiannya dengan menarik di berbagai kalangan non-Muslim untuk mengikuti pembelajaran dan studi banding di Pesantren Universal.  


Adalah mahasiswa asal Amerika Collin Flake. Saat ini, ia sedang menempuh perkuliahan di jurusan Teologi Kristen di Wheaton College University yang merupakan mahasiswa program beasiswa penelitian skripsi di Chicago. Collin adalah perwakilan mahasiswa yang dianjurkan dosen ke indonesia untuk meneliti perdamaian dan menginap di salah satu Pesantren Mahasiswa Universal. 


Collin atau bhemaa sapaan akrab indonesia, menjalani penelitian skirpsi diindonesia selama 6 Bulan. Mulai dari Juli- Oktober 2017. Dalam kesempatan tersebut, ia mengatakan bahwa saya diberkati dalam hidup, 6 bulan waktu di indonesia, bertemu banyak orang  yang sangat keren sejak saya tiba disini hingga hari saya harus pergi. 


“Enam bulan di indonesia, dengan menggunakan media kreatif untuk menyebarkan perdamaian kepada anak-anak dan membesarkan generasi, bersemangat tentang perdamaian, jadi jadwal saya sangat bervariasi tergantung apakah saya pergi ke tempat lain atau ada acara tertentu," ucapnya. 


"Saya sangat bersyukur atas kesempatan untuk belajar bersama orang indonesia, saya rasa pernah membuat pengalaman banyak, hal yang saya miliki belajar dari banyak yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk ditulis," sambungnya. 


"Mereka telah membuat pengalaman saya disini menjadi kesempatan yang luarbiasa untuk membangun hubungan dengan orang-orang yang biasanya tidak akan pernah saya miliki kesempatan untuk bertemu berinteraksi dan saya menganggap banyak teman dekat disini di pesantren Universal, kantor dan hanya dari semua petualangan acak  saya alami di indonesia, yang paling dikenang dalam hidup saya sejauh ini menyimpan pengalaman yang di lalui bersama dengan sangat dekat di hati." jelas Collin pada video youtub dilihat oleh NU Online Jabar). 


Collin mengungkapkan, dirinya saat bangun jam 7 pagi, ternyata semua orang sudah bangun dan bergerak, selama beberapa jam  itu saya biasanya bangun. Kadang di putar saya biasanya bisa kembali tidur dan kemudian ketika saya bangun saya biasanya berdoa, membaca kitab suci sedikit dan makan sarapan, di pesantren baik sendiri atau bersama dengan para santri dan mandi. 


Suatu saat di pagi hari, kami berbagi sedikit tentang hal-hal yang terjadi dalam hidup kami, bagaimana kami melakukan nya sehingga mereka dapat terhubung pada tingkat kemanusiaan sebelum benar mulai merencanakan acara dan mencoba menciptakan perdamaian dunia yang dapat kami tangani sedikit tentang apa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan kemudian itu adalah pengalaman yang sangat berharga dan cara yang bagus untuk memulai hari. 


"Ketika saya kembali ke pesantren saya biasanya berkumpul dengan teman-teman, selalu ada santri dan acara yang sedang berlangsung, ngaji, sholawatan, membaca kitab, jadi sangat menarik jika duduk disana dan bertanya, kemudian menjalani hidup bersama, belajar bersama dan menghabiskan waktu bersama," tuturnya 


Collin memberitahu temannya yang beragama kristen bahwa dirinya hidup di pesantren. Saat temannya tahu, mereka bertanya:


"Apa sih pesantren? kenapa kamu diasana?, Apakah kamu membuat takut mereka? Begitulah pertanyaanya. Saat pertama kali kami ke pesantren apakah kamu tidak takut untuk hidup dikelilingi oleh ratusan muslim dan kamu satu-satunya orang kristen di sana. Bagiku itu sangat menarik karena dalam enam bulan disini menurutku ketakutan bukanlah sesuatu yang aku rasakan, karena orang-orang disekitarku begitu luar biasa dan penuh kasih sayang,"ucapnya.


Saat di Islam  atau kristen aku merasa banyak kebingungan karena tidak tahu apa yang terjadi, terkadang mereka tau aku seorang kristen dan bertanya apakah kamu ingin pergi kesana itu sangat aneh bagi saya, konsep tersebut seseorang yang bukan bagian dari kelompok itu bahkan memasuki tempat itu adalah hal yang tabu. 


"Sampai batas tertentu hal itu berlaku dua arah banyak dari umat islam di indonesia yang tidak pernah pergi ke gereja. Saya rasa mereka tidak tahu apa yang terjadi di gereja. Banyak sekali umat islam di indonesia sangat terkejut ketika mereka mendengar bahwa satu-satunya waktu saya berinteraksi dengan tuhan bukan hanya di hari minggu pagi selama satu jam. Saya juga berdoa seperti yang mereka lakukan dan seringkali ketika teman-teman saya mencari sesuatu yang baru untuk penjual acara lotting, saya berdoa.  di kamar saya, kami berdoa di atap atau membaca kitab suci. Dan banyak hal yang kami lakukan," 


"Yang mereka lakukan di gereja hampir sama dengan dilakukan oleh orang islam di mesjid saat idul fitri, salat jumat atau saat acara lighting. pasti ada perbedaanya namun banyak hal yang mirip dengan hal yang dilakukan dalam upaya mencintai Allah dan melihat untuk mencintai satu sama lain,  kita jatuh ke dalam beberapa pola yang sama dan  pola-pola itu adalah area di mana kita dapat berusaha untuk bekerja sama sepanjang garis itu untuk mencapai tujuan bersama, " ujarnya. 


Sementara itu, Pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa Universal KH Tatang Astarudin mengungkapkan, pihaknya mempunyai tradisi transformasi keagamaan-ilmuwan sejak dahulu kala, yang berlandaskan pada model Al-Qur’an, penyampaian ilmu kepada para santri, yang terkadung dalam Delapan Panca (Asta) Jiwa dari Pondok Pesantren Mahasiswa Universal diantaranya Kebangsaan (Nasionalisme), Keilmuan, keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, kebersamaan, kebebasan, keseimbangan. 


Selanjutnya sambung, collin menyebutkan pesan Kiai Tatang Astarudin yang menjelaskan penerapan 3 prinsip yang dipegang teguh yang harus diterapkan oleh para santri Ma’had Universal yaitu sebagai berikut:  


Pertama, Willingnes to feel, Kepekaan dalam kemampuan perasaan terhadap kesulitan orang tua, kesulitan teman sebaya dan masyarakat sekitar.
Kedua, Willingnes to pay, Kemampuan dalam membayar, membayar tersebut ialah kemandirian secara ekonomi.
Ketiga, Willingnes to fighter, Kesiapan untuk berkelahi “berjuang” untuk menghadapi masa depan, sehingga tidak cengeng dan tidak putus asa. 


Terkait itu, Collin mengakui bahwa dirinya belajar, orang indonesia adalah orang-orang yang hangat dan ramah secara keseluruhan seperti mereka suka bercanda, suka tersenyum, mencintai bahkah ketika saya melakukan hal-hal bodoh.


“Ketika  tidak mengerti apa yang terjadi  ternyata saya berjalan ke dalam kamar orang-orang dengan menggunakan sepatu bahkan begitu banyak yang telah dilakukan dengan orang-orang dan sangat ramah terhadapku,  apakah mereka teman baik saya diindonesia orang yang baru saja temui, saya memiliki banyak pengalaman menarik, berkeliling dan mendengarkan banyak cerita orang-orang dari berbagai lapisan masyarakat,latar belakang yang berbeda,” tandasnya.


Ngalogat Terbaru