• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 3 Mei 2024

Opini

Tips Memilih Info yang Kredibel Agar Terhindar Berita Hoaks Jelang Pemilu 2024

Tips Memilih Info yang Kredibel Agar Terhindar Berita Hoaks Jelang Pemilu 2024
Tips Memilih Info yang Kredibel Agar Terhindar Berita Hoaks Jelang Pemilu 2024. (Foto: istimewa)
Tips Memilih Info yang Kredibel Agar Terhindar Berita Hoaks Jelang Pemilu 2024. (Foto: istimewa)

Oleh Cep Herry Syarifuddin
Menjelang perhelatan nasional di tahun 2024 yakni Pilpres (Pemilihan Presiden), Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) maupun Pilleg (Pemilihan Anggota Legislatif), maka di media sosial banyak sekali berseliweran beraneka ragam berita ataupun pendapat baik yang benar maupun yang ngawur. 


Terlebih lagi bagi tim buzzer masing-masing calon yang dijagokan sudah pasti akan selalu memuji jagoannya serta yang tidak fair akan mencari-cari kesalahan untuk menjatuhkan yang menjadi saingannya. Tidak heran ada berita yang baik dan benar, tapi lebih banyak lagi yang bohong palsu alias hoaks.


Lalu bagaimana cara memilah dan memilih berita yang benar serta menghindari dari berita yang palsu? Berikut ini beberapa langkah sederhana untuk mengujinya yaitu:

 

1. Melihat siapa yang berpendapat atau berbicara

Telitilah siapakah yang bicara atau berpendapat itu apakah pembicara/yang berpendapat itu orang yang terkenal keilmuannya serta kesalehannya atau tidak? Kalau tidak terkenal kealiman atau kepakarannya serta tidak saleh pula, maka tidak layak dipercaya pendapatnya.

 

Tapi kalau terkenal kealiman/ kepakarannya, tanyakan lagi: “Apakah beliau itu ahli di bidang yang sedang dibicarakannya atau tidak? Kalau tidak ahli di bidangnya, tidak ada gunanya untuk memperhatikan komentar atau pendapatnya.”

 

Tapi bila bila ahli di bidangnya, perlu ditanyakan lagi: “Apakah ia berbicara secara obyektif (apa adanya) dan faktual ataukah sebaliknya secara subyektif (penilaian sendiri) atau sepihak ? Kalau obyektif, serta sesuai dengan fakta dan data, maka silakan ikuti. Sebaliknya bila subyektif, tak sesuai dengan fakta dan data, maka jangan ikuti, kendati bergelar profesor sekalipun.”

 

2. Melihat Sumber Berita

Apakah dari sumber yang kredibel, telah dipercaya publik sebagai sumber berita yang jujur, beritanya tepat dan tajam serta dapat dipercaya atau tidak? Jika bukan berasal dari sumber yang kredibel, maka janganlah dipercaya. Besar kemungkinan isi beritanya palsu, menipu, bertujuan menghasut dan sebagainya. Tapi jika sumber beritanya sudah terkenal, kredibel dan dapat dipercaya, jangan cepat dipercaya dulu. Teliti lagi hal berikut:


- Apakah sumber berita itu di pihak yang pro atau kontra terhadap yang dikritiknya. Kalau sumber berita itu di pihak yang kontra atau beroposisi dengan pemerintah, maka sebagus apapun kebijakan pemerintah atau sebagus apapun pemikiran seorang ahli/ulama/pakar, pasti akan selalu dipandang salah.


- Sebaliknya jika sumber berita itu pro pemerintah/seorang ulama/pakar, maka pasti akan selalu dibela kendati kebijakannya salah, pendapatnya keliru. Karena itu kebencian dan kecintaan itu tidak bisa jadi alat ukur kebenaran. Mencari kebenaran itu harus adil, sesuai fakta dan data, steril dari berbagai kepentingan yang hina dan rendah. Di sinilah kita diajarkan oleh ulama salaf untuk:


‎انظر ما قال ولا تنظر من قال


Undzur maa qoola wa laa tandzue man qala


"Lihatlah apa yang dibicarakannya, bukan siapa yang berbicara."
 

‎خذ ما صفى و دع ما كدر


Khudz maa shofa wa da’ maa kadaro


"Ambillah yang baik, tinggalkan yang buruk."


3. Cari Berita Pembanding

Lebih baik lagi mencari berita pembanding atau pendapat dari ulama/pakar lainnya. Jangan percaya dari satu sumber saja. Jika dari beberapa sumber kredibel ternyata berita atau keterangannya cenderung sama, berarti berita atau keterangan itu layak dipegang dan dipercaya.


Penulis adalah Pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrahim Mekarsari Cileungsi Bogor.


Opini Terbaru