• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 20 April 2024

Opini

Tiga Pesan Moral Penyelenggaraan Piala Dunia Sepak Bola di Qatar 2022

Tiga Pesan Moral Penyelenggaraan Piala Dunia Sepak Bola di Qatar 2022
Tiga Pesan Moral Penyelenggaraan Piala Dunia Sepak Bola di Qatar
Tiga Pesan Moral Penyelenggaraan Piala Dunia Sepak Bola di Qatar

Setiap negara di dunia mempunyai identitas yang berbeda-beda. Misalnya, ada negara yang dikenal karena mampu menciptakan beragam peralatan militer, mampu menciptakan kecanggihan teknologi, mapan dalam dunia ekonomi, memiliki keragaman budaya, serta memiliki ketersediaan hasil alam yang melimpah, dan lain sebagainya.


Adapula negara yang dikenal secara luas karena mampu berprestasi dalam event-event olah raga internasional. Brazil, Italia, Jerman, Argentina, misalnya menjadi sejumlah negara yang sering mengukir prestasi dalam dunia olahraga sepak bola. Mereka pun dikenal tidak hanya dalam soal pencapaian menjuarai piala dunia, juga dikenal karena memiliki kemampuan dalam menghasilkan pemain-pemain yang berkualitas.


Bagi sebagian negara, sepak bola menjadi salah satu alternatif untuk menunjukkan eksistensinya. Melalui sepak bola juga, sebuah negara dapat dihargai dan dihormati dengan baik oleh dunia internasional.


Sementara, bagi negara yang belum memiliki prestasi membanggakan dalam dunia sepak bola, salahsatu alternatif agar dikenal luas oleh mancanegara yakni dengan menjadi penyelenggara gelaran piala dunia, meskipun hal itu tidak mudah dicapai. 


Senyatanya, menjadi penyelenggara piala dunia tidak hanya soal bagaimana cara menyukseskan penyelenggaraannya. Tetapi ada yang lebih penting dari itu, yakni terkait dengan pesan moral dari penyelenggaraan piala dunia itu sendiri. 


Melalui piala dunia, sekat-sekat perbedaan setiap bangsa di dunia tidak terlihat. Yang terlihat hanya satu, yakni semangat perjuangan dari setiap negara dalam meraih prestasi untuk menjadi juara sejati sehingga di kemudian hari dapat tercatat sebagai negara yang mampu menginspirasi dunia melalui olahraga. 


Paling tidak ada tiga pesan moral dari penyelenggaraan piala dunia Qatar 2022.


Pertama, runtuhnya dominasi negara-negara Eropa dan Amerika dalam soal penyelenggaraan piala dunia.


Apresiasi yang tinggi bagi Qatar karena berhasil menjadi tuan rumah piala dunia 2022. Mengingat menjadi penyelenggara piala dunia itu tidak mudah, maka keberanian Qatar menjadi penyelenggara piala dunia seolah meruntuhkan dominasi negera-negara Eropa dan Amerika sebagai negara yang sering menjadi tuan rumah piala dunia. 


Selama piala dunia berlangsung, tercatat tujuh kali digelar di benua Amerika (Uruguay, 1930), (Brazil, 1950 & 2014), (Chili, 1962), (Meksiko, 1970 & 1986), (Amerika Serikat, 1994). Sementara di benua eropa digelar sebanyak sebelas kali (Italia, 1934 & 1990), (Prancis, 1938 & 1998), (Swiss, 1954), (Swedia, 1958), (Inggris, 1966), (Jerman, 1974 & 2006), (Spanyol, 1982), (Rusia, 2018). Sisanya satu kali digelar di Asia (Jepang & Korea Selatan, 2002) dan satu kali di benua Afrika (Afrika Selatan, 2010).


Kedua, kekuatan baru dalam soal penyelenggaraan piala dunia. 


Selama piala dunia berlangsung, tercatat piala dunia Brazil (2014) dan Rusia (2018) menjadi piala dunia termahal dengan menghabiskan biaya sekitar 15 dolar AS. Sementara, gelaran piala dunia Qatar tahun ini (2022) disinyalir menghabiskan biaya sebesar 200 miliar dolar AS (“Pikiran Rakyat” 18/11/2022).


Itu artinya, Qatar telah  menjadi kekuatan baru dalam soal penyelenggaraan piala dunia. Dari data di atas, sudah dipastikan bahwa piala dunia Qatar 2022 merupakan piala dunia termahal sejak gelaran ini di mulai pada tahun 1930.


Ketiga, pesan perdamaian agama.


Sebagaimana diketahui, pasca tragedi World Trade Center (WTC) 11 September 2001, dunia dihadapkan pada krisis kepercayaan terhadap Islam. Terlebih dengan lahirnya gerakan Islam berfaham radikal seperti ISIS, wajah Islam seolah tereduksi oleh kepentingan-kepentingan yang jauh dari nilai dan norma agama. 


Oleh karena itu, melalui gelaran piala dunia, Qatar seolah ingin menunjukkan kepada negara-negara di dunia, bahwa Islam yang sesungguhnya adalah Islam yang menghargai setiap perbedaan keragaman budaya mapun agama dari setiap bangsa. Hal ini terlihat jelas dari perhelatan piala dunia Qatar 2022, disitulah terjadinya persinggungan ragam budaya dan agama tanpa mendeskreditkan budaya dan agama yang lain.


Rudi Sirojudin Abas, salah seorang peneliti kelahiran Garut.


Opini Terbaru