• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Rabu, 15 Mei 2024

Opini

Menulis Cara Sehat Jaga Mental dan Wujud Jihad Santri Jayakan Negeri

Menulis Cara Sehat Jaga Mental dan Wujud Jihad Santri Jayakan Negeri
Ilustrasi menulis di era digital (Foto: freepik)
Ilustrasi menulis di era digital (Foto: freepik)

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi telah menyelesaikan jarak interaksi antar sesama manusia di masa lalu, sekaligus memberi kita masalah psikologis baru dan fenomena sosial. Kemajuan internet telah membantu semua orang dewasa ini dimana mereka lebih mudah dalam mengakses informasi, namun disisi lain menimbulkan sumber ketidaknyamanan akan informasi palsu, dusta, (hoaks), dengan kata lain disinformasi. 


Lalu sejauh manakah kepedulian santri dalam mengupayakan ghirah aksi Jihad-nya di era digitalisasi kini bila dikaitkan sebagaimana spirit jargon peringatan Hari Santri Nasional, 22 Oktober 2023 yaitu "Jihad Santri, Jayakan Negeri". 


Menurut Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, "Santri itu ditakdirkan untuk menjadi pemenang sejarah, pemenang sejarah itu adalah mereka yang berani menghadapi sejarah dengan segala kenyataannya, jadi apapun yang ada di depannya itu tidak akan membuatnya takut," jelasnya  sewaktu acara peluncuran Launching Logo Hari Santri 2023, di Auditorium HM Rasjidi, Gedung Kementerian Agama Jakarta, Jumat (6/10). 


Pada logo Hari Santri 2023 mengandung makna semangat nasionalisme yang merupakan salah satu ciri melekat erat pada diri santri yaitu mencintai tanah air (hubbub al-wathan). 


Kemudian melalui tema ini, "Jihad Santri, Jayakan Negeri" Gus Yaqut sapaan akrab Menag mengajak para santri untuk terus berjuang membangun kejayaan negeri dengan semangat jihad intelektual di era transformasi digital. Secara kontekstual, jargon HSN 2023 juga menegaskan bahwa santri terus berkontribusi aktif dalam memajukan negeri di berbagai lini.


Era digital telah memberikan perubahan besar dalam cara kita berinteraksi, bekerja, dan menjalani aktivitas hidup sehari-hari. Sementara teknologi memberikan manfaat yang luar biasa, seperti kemudahan akses informasi dan konektivitas. Oleh karenanya, semakin baik literasi digital seseorang, maka dapat dikatakan semakin baik pula orang tersebut dalam menjaga kesehatan mental, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Dan bukan hanya secara tekstual tetapi juga harus memahami kontekstual, yakni membaca situasi dan kondisi lingkungan serta perkembangan zaman. 


Gejala paling umum yang ditemukan di era digital ini, generasi muda yang merupakan pengguna aktif sosial media mereka mudah mengalami; merasa sedih, cemas, dan gelisah dalam kurun waktu yang lama, mengisolasi diri, acuh terhadap orang lain, karir, hobi, dan pendidikan, dan besarnya penghakiman terhadap diri sendiri. Bahkan dalam kasus ekstrem, yang pernah meramaikan jagat dunia maya bisa jadi seorang remaja dapat dengan mudah terserang panik, melukai diri sendiri baik dengan benda tumpul maupun tajam, serta menunjukkan tendensi untuk bunuh diri. 


Terkadang timbul pula kecemasan yang berlebihan karena opini orang lain, atau menjadi bahan pembicaraan di kalangan pergaulan dengan teman-teman sebayanya, atau barangkali ada yang dianggap sebagai seseorang yang cari perhatian (caper) semata. Atas dasar inilah kebanyakan generasi muda di era digital memilih untuk menghadapi perasaan mereka sendiri yang berkecamuk dan "menyerang" bertubi-tubi tiada henti. 


Di era yang serba digital ini, maka diperlukan cara me-lockdown agar tidak mengalami mental down atau bahkan lebih dari situasi itu. Memang sudah menjadi rahasia umum, bahwa transformasi digitalisasi akan punya dampak positif dan negatif yang harus kita terima secara kritis namun tetap objektif dan terbuka. 


Salah satu cara santri berjihad di era digital ini yaitu salah satunya dengan literasi atau menulis, aktivitas tersebut bisa menghibur diri sendiri atau orang lain, serta dapat berbagi pengalaman, dan berbagi pengetahuan. Me-lockdown, mental down melalui tulisan. Pasti akan ada manfaat dari kegiatan menulis, baik itu menulis buku harian, atau semacam jurnal harian terutama bagi kesehatan mental kita. 


Sebagaimana yang diungkapkan Gus Yaqut "Santri itu ditakdirkan untuk menjadi pemenang sejarah. Dengan begitu, jadilah pemenang dan tulislah sejarahmu sendiri. Para santri harus tetap berpegang pada prinsip-prinsip moral dan etika dalam menggunakan teknologi. Santri harus menjadi pionir dalam menjaga keselarasan antara nilai-nilai keagamaan dan teknologi yang digunakan.


Abdul Majid Ramdhani, salah seorang kontributor dari Cirebon, juga alumni santri Ponpes Al-Hamidiyah Depok


Opini Terbaru