• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Selasa, 30 April 2024

Opini

Jadi Wartawan yang Nyantri, Merawat Narasi Keagamaan dan Menolak Ujaran Kebencian 

Jadi Wartawan yang Nyantri, Merawat Narasi Keagamaan dan Menolak Ujaran Kebencian 
​​​​​​​Abdul Majid Ramdhani, salah seorang kontributor NU Online Jabar dari Kota Cirebon
​​​​​​​Abdul Majid Ramdhani, salah seorang kontributor NU Online Jabar dari Kota Cirebon


"Selamat Hari Lahir ke-20 NU Online (11 Juli 2003-11 Juli 2023)." Sebagai media online, NU Online telah berperan penting dalam membentuk persepsi masyarakat yang lebih kuat tentang keislaman dan keindonesiaan yang tak bisa terpisahkan dan potensi-potensi masyarakatnya dengan kompleksitas agama dan budaya. 


Adanya keserasian antara pemahaman keislaman dan keindonesiaan melalui narasi yang ditulis para jurnalis NU Online, juga bagaimana wacana islam yang ramah mengisi kolom-kolom pemberitaan. Tentu segenap awak media di NU Online melandasi khidmah-nya, bahwa Indonesia bisa menjadi bangsa yang besar sampai hari ini, berkat peran para ulama-ulama NU di Nusantara. NU mencintai Nusantara ini. 


Boleh jadi 'visi jurnalisme' yang dituju NU Online adalah humanisme. Kemudian pertanyaannya ialah, "Apakah kaum santri telah mendapat tempat yang memadai di ruang media?."


Lanskap media (mediascape) dan pola-pola representasi mengenai dunia santri hari ini di era kemudahan digitalisasi beserta tantangan agar melek literasi. Dengan adanya media NU Online dapat dijadikan wadah atau tempat bagi mereka membagi penilaian, pengalaman, pandangan, serta wawasan pengetahuan mereka untuk memberikan citra dan suara kemanusiaannya. Bagi penulis, "suara santri adalah suara kemanusiaan." 


Media berita lokal harus memberi prioritas bagi berita-berita yang ditulis langsung oleh kaum santri dari persoalan-persoalan tentang sosial-keagamaan, politik, budaya, ekonomi, lingkungan dan lain sebagainya. From Inside and From Below, dari dalam atau bawah dengan cara demikian media-media lokal bisa memberi suara yang lebih memadai bagi 'orang-orang pesantren' atau santri. Jadi wartawan yang nyantri, demi merawat narasi keagamaan dan menolak ujaran kebencian. 


Di mana kaum santri sebagai realitas yang dengan mudah kita temui di banyak tempat dari pesantren-pesantren yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Tentu jika para santri lebih mendominasi dalam peranannya sebagai wartawan, atau jurnalis di berbagai media lokal maupun nasional akan memberi makna bagi dunia kepesantrenan di masa yang akan datang. 


Wartawan merupakan perantara budaya dan menegosiasikan idealismenya di ruang media. Secara tidak langsung dengan melihat posisi itu, Wartawan sebagai penyampai informasi, penafsir, pemberi interpretasi, dan 'instrumen pemerintah' dengan kata lain lending it self as channel or mirror, (meminjamkan dirinya sebagai saluran atau cermin masyarakat.)


Dengan begitu pers berfungsi sebagai pihak yang mewakili publik. Setidaknya peran wartawan juga mencerdaskan kehidupan bangsa lewat karya jurnalistiknya. 


Seni mengelola informasi yang disajikan oleh para wartawan amat sangat penting dalam membentuk masyarakat yang kritis, kreatif, dan produktif, sehingga di dalam hal ini fungsi pers sebagai kontrol terhadap berbagai isu menjadi lebih teratur dan peran wartawan dapat menangkal segala informasi atau berita dangkal yang mengandung berita dusta (hoaks). 


Karena di era kemudahan digital dengan pemutakhiran teknologi yang berintegrasi dengan komunikasi dan informasi telah menciptakan ekosistem pergaulan di ruang digital. Tapi penulis yakin bahwa prinsip-prinsip kejurnalistikan tidak berubah, yang berubah hanya pada media alat teknologi dan komunikasi. 


Sudahilah narasi-narasi yang membenturkan Islam dengan ujaran kebencian. Bahwa bilamana ada umpatan yang ditujukan pada seorang muslim, yang kebetulan adalah seorang pengasuh dari "Pondok Pesantren Buah Mewah" yang pada belakangan ini mencuri seluruh perhatian publik se-Indonesia dengan kontroversinya itu, dan jadi sorotan media semoga tidak serta-merta menjadikan informasi berita yang disebarkan dapat menyebabkan kebenciaan dihati masyarakat atas polemik itu. 


Pendistribusian informasi yang dikemas jadi berita secara konstruktif terangkum dalam jiwa para jurnalis, pewarta dan pokok pikiran Islam melalui konsep umat tengahan atau ummatan wasathan. Ketidakpuasan masyarakat terhadap keadaan tertentu tidak menjadi alasan untuk berpikir dan mengambil langkah ekstrim atas polemik pemberitaan "Pondok Pesantren Buah Mewah", Indonesia tetap harus bebas dari segala bentuk separatisme dan anarkisme. Terlepas sumbu masalahnya itu masalah “konflik ideologi” atau “konflik sosial-politik” atau "konflik cinta" si pemimpin "Pondok Pesantren Buah Mewah." 


Di sinilah pentingnya memahami Indonesia dan keindonesiaan dalam perspektif yang luas dan mendalam sebagai narasi dan cara pandang memosisikan negara dan bangsa yang besar seperti Indonesia. Di sinilah pentingnya andil awak-awak media NU online untuk tetap menjaga toleransi, dan menolak radikalisme dengan visi-misi jurnalisme-nya. NU Online untuk itu mendapatkan apresiasi tinggi dengan meraih dua penghargaan sekaligus KASAD award, untuk kategori "Keberagaman dan Toleransi" dan "Melawan Radikalisme" pada 10 Juli 2023 di Markas Besar Angkatan Darat. 


Abdul Majid Ramdhani, salah seorang kontributor NU Online Jabar dari Kota Cirebon


Opini Terbaru