• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Rabu, 1 Mei 2024

Opini

Banjir Indramayu 2021 dan Respons Kemanusiaan Kita

Banjir Indramayu 2021 dan Respons Kemanusiaan Kita
Banjir Indramayu (NU Online Jabar)
Banjir Indramayu (NU Online Jabar)

Oleh Yahya Ansori

Sebelum banjir besar yang menjangkau 22 kecamatan di Indramayu ini, sekitar 3 bulan yang lalu saya berkesempatan mengunjungi daerah aliran sungai di blok Balong desa Druntenwetan kecamatan Gabuswetan Indramayu, warga kampung saya menyebutnya sungai Ciperawan, saya saksikan lebar sungai yang terlihat air hanya sekira 3 meter. 

Rerimbunan pohon bambu membuat sungai terasa sempit ditambah kelokan-kelokan di sana-sani menjadikan tempat nangkringnya beragam material sampah dan kemudian mengumpulkan material lumpur dan muncul tumbuhan baru ketika tidak sedang musim hujan.

Sekitar 1 kilometer dari blok Balong terdapat jembatan megah yang melintas di sungai Ciperawan tersebut. Jembatan yang terletak di blok Bojong desa Druntenwetan tersebut memiliki panjang 110 meter dengan lebar 7 meter, konon jembatan tersebut menghabiskan anggaran 8.5 milyar. Bangunan jembatan yang megah tersebut terlihat kontras dengan lebar sungai di blok Balong yang kata warga yang bermukim di bantaran kali tersebut sudah terbiasa dengan banjir di musim hujan. Mungkin sejatinya sungai ini harusnya lebar seperti panjang jembatan. Namun faktanya di daerah aliran sungainya hanya menyisakan sekian meter dapat dibuktikan dengan hadirnya jembatan kayu yang menghubungkan blok Balong dengan blok Karangasem di desa Druntenwetan.

Sungai-sungai yang lain mungkin juga mirip-mirip sungai Ciperawan dikampung saya, seperti sungai Cimanuk, Cibuaya, Cilalanang, dan Cipunegara. Sungai itu tampak lebar terurus di sekitar jembatan namun dibiarkan terbengkalai di bagian daerah aliran sungai yang lain. Terutama di bagian-bagian yang sulit dijangkau alat berat. Dibiarkan tak terurus, tidak ditanggul, bahkan terkesan di wilayah daerah aliran sungai yang ada pemukiman biarlah tembok bangunan warga yang menjadi tanggul sungai tersebut. Jadilah sungai itu makin mengecil makin sempit dan ketika akan dikeruk atau dinormalisasi menjadi problem sosial baru karena bersentuhan dengan kepentingan warga masyarakat sekitar sungai.

Banjir besar tahun 2021 ini adalah yang terbesar yang saya ingat, belum pernah ada banjir sehebat ini di Indramayu. Tentu benar banjir ini disebabkan karena curah hujan tinggi. Sungai-sungai tak mampu mengalirkan air dari hulu sungai dari pegunungan Sumedang, Majalengka dan Subang yang kemudian dialirkan ke laut.

Namun seharusnya kita mengusahakan agar ke depan peristiwa ini tidak terulang kembali. Harus ada perbaikan daerah aliran sungai, bila perlu kita harus persiapkan banjir kanal seperti yang dimiliki Jakarta. Indramayu dialiri sungai-sungai besar yang bersumber dari mata air dari pegunungan dan yang bersumber dari air hujan. Muara dari air tersebut adalah ke pesisir laut Indramayu.

Air hujan tersebut jika dikelola dengan baik akan berimplikasi positif bagi daerah pertanian Indramayu, masih banyak wilayah pertanian yang masih tadah hujan. Seringkali terulang setelah sebulan atau 2 bulan kita  dirundung banjir besar, bulan berikutnya kita kesulitan air. Petani dimana-mana antri membeli bensin untuk memompa sumur pantek untuk menyelamatkan tanamannya dari kekeringan, terus seperti itu berulang-ulang.

Kita sudah membabat habis hutan-hutan di kawasan selatan Indramayu seperti di wilayah kecamatan Haurgeulis, Gantar, Kroya, Cikedung, Trisi, Tukdana. Bahkan tanaman-tanaman besar di sekitar daerah aliran sungai pun di tebang jadi bahan bangunan. Akar tanaman besar menghunjam mirip seperti lubang biopori yang menyerap air dalam jumlah besar. Selain membuat sungai  kembali seperti lebarnya semula, penting juga kita kembali melakukan reboisasi terutama di sekitar daerah aliran sungai. Semoga juga ke depan ada waduk-waduk besar yang menjadi transit agar air hujan bisa ditahan terlebih dahulu dalam wadah-wadah besar sehingga tak langsung dibuang ke laut.

Selain kita memikirkan soal sungai dan pohon tak kalah pentingnya juga kita harus mulai berfikir bijak dalam mengelola sampah. Harus menjadi kampanye besar agar tercipta kesadaran semua warga bahwa menanggulangi banjir ini adalah kerja-kerja kita semua tanpa terkecuali. Sumbangsih kita dalam mengelola sampah dengan bijak juga bisa mengurangi kemungkinan banjir. Tuhan sayang kepada kita semua dengan memberikan berkah hujan. Hanya saja kita tak sadar dan paham bagaimana mengelola anugerah Tuhan. Hujan-hujan itu harusnya bisa kita konversi menjadi bahan pangan, kemakmuran dan juga kebahagiaan.

Respons semua pihak bahu membahu dari elemen Nahdlatul Ulama seperti LZISNU, Ansor Banser, Muslimat, Fatayat, IPNU, LKNUdan juga dari berbagai ormas lain dalam meringankan korban banjir tentu sangat menggembirakan kita. Kita punya empati yang besar dalam kerja-kerja kemanusiaan. Namun akan sangat bagus jika energi itu juga ke depan menjadi kesadaran kita semua bahwa kerja-kerja di sektor ekologi dan perbaikan lingkungan juga adalah bernilai sama dengan kerja-kerja kemanusiaan. 

Semoga pasca banjir besar ini kita bisa bergerak bersama-sama memperbaiki lingkungan kita, sungai kita dan juga hutan kita. Di masa mendatang setiap perhelatan Harlah NU perlu kita adakan gerakan menanam pohon dengan melibatkan IPNU, IPPNU, Ansor, Fatayat dan semua elemen Nahdlatul Ulama. Bisa kita bayangkan jutaan pohon kita tanam tiap tahun di musim penghujan di bulan Januari sebagai sumbangsih kita bagi masa depan kemanusiaan.

Penulis adalah warga Kecamatan Gabuswetan, Kabupaten Indramayu
 


Opini Terbaru